SEKRETARIAT PIMPINAN PUSAT KMHDI

Sekretariat Operasional (Surat Menyurat):
Jalan Kakatua Blok AA No. 14 Perumahan Cipinang Indah II, Kelurahan Pondok Bambu, Kecamatan Duren Sawit Jakarta Timur 13430
* Fax. : 021 – 86600779
Sekretariat Domisili :
Jalan Anggrek Nelly Murni Blok A No. 03, RT/RW 02/03 ,
Kelurahan Kemanggisan, Kecamatan Palmerah – Jakarta Barat 11480

Loading

Bangli, kmhdi.org – Pimpinan Cabang Kesatuan Mahasiswa Hindu Dharma Indonesia (PC KMHDI) Bangli kupas tuntas kajian perdana Ngobrol dan Mengoreksi Informasi (Ngoreksi) dalam Ngorta Bareng (Ngobar) KMHDI pada senin (02/08).

Menjadi kajian perdana Ngoreksi dengan mengusung tema “Karakter Anak dalam Sastra”, Ngobar KMHDI menghadirkan I Gede Mardi Yasa selaku pematik dalam Ngoreksi yang sudah terlaksana (25/07) kemarin sebagai bintang tamu.

Melalui kanal Youtube PC KMHDI Bangli, dipandu oleh host Ni Kadek Dian Utari, berbagai pertanyaan terkait kajian yang berjudul “ Menanamkan Karakter Pada Anak di Era 4.0 dalam Perspektif Sastra Bali Tradisional dan Modern” pun dilontarkan dalam konten yang berdurasi 19 Menit 02 Detik tersebut.

Ketua Bidang Penelitian dan Pengembangan (Litbang) PC KMHDI Bangli, I Putu Wirayasa Prajahita mengungkapkan bahwa dalam menyambut Hari Anak Nasional (HAN) tahun 2021, Litbang PC KMHDI Menggelar Ngoreksi secara daring via google meet dan menjadi kajian perdana serta akan kolaborasi dengan Bidang Departement Data dan Informasi (DDI) dalam membahas secara tuntas Kajian di Podcast Ngobar KMHDI.

“Saya sudah sampaikan sebelumnya kepada I Komang Nada Kusuma selaku Ketua Bidang Departement Data dan Informasi (DDI) bahwa setelah kegiatan Ngoreksi terselenggara, sesegera mungkin kami akan kolaborasi dan bersinergi untuk mengupas tuntas kajian yang sudah didiskusikan kemarin dalam acara podcast salah satu konten Ngobar KMHDI” Ungkap Wira panggilan akrabnya.

Dalam penjelasannya I Gede Mardi Yasa mengatakan penanaman karakter anak dalam sastra di era 4.0 sangat berbeda apalagi jika ditinjau dari sastra bali tradisional dan modern.

“Di era 4.0 karakter anak sangat berbeda apalagi jika ditinjau dari sastra bali tradisional dan modern seperti perkembangan karakter anak yang sekarang diera millenial bisa dibilang lebih maju karena perkembangan teknologi yang semakin pesat namun ada beberapa daerah yang menolak perkembangan teknologi untuk menanamkan karakter anak dengan sastra bali tradisional seperti contohnya di tenganan” Jelas I Gede Mardi Yasa

Terkait peran sastra Bali tradisional dan Modern pada anak, I Gede Mardi Yasa mengatakan bahwa peran sastra Bali tradisional dan modern sangat erat kaitannya dengan kesusastraan yang mana artinya suatu ilmu yang sifatnya baik untuk mengarahkan kita menjadi yang lebih baik sesuai jenjangnya.

“Jika pada anak, sastra bali tradisional pada tahap awal bisa diberikan gending seperti sekar rare dan sekar alit contohnya meong-meong, bebeke putih jambul, dan lainnya. Tidak hanya itu, sastra bali modern pun ada jenjangnya dan terletak pada unsur kebahasaan dan perkembangan teknologi contohnya puisi bali modern. Setiap sastra itu memiliki perannya masing-masing untuk mengembangkan karakter anak menjadi anak yang suputra” Kata pemuda asal kintamani itu.

Ia pun menambahkan bahwa peran orang tua dan keluarga sangat penting dalam perkembangan karakter anak apalagi dalam memahami arti sebuah sastra Bali baik itu tradisional maupun modern.

“Tentu dalam perkembangan anak, peran keluarga sangat diharapkan khususnya orang tua karena sastra harus diajarkan sesuai jenjang usia. Jika anak sedikit saja mempelajari sastra yang belum sebenarnya ia siap, bisa saja sang anak buduhin sastra” tutupnya dalam podcast itu.

Share:

administrator