SEKRETARIAT PIMPINAN PUSAT KMHDI

Sekretariat Operasional (Surat Menyurat):
Jalan Kakatua Blok AA No. 14 Perumahan Cipinang Indah II, Kelurahan Pondok Bambu, Kecamatan Duren Sawit Jakarta Timur 13430
* Fax. : 021 – 86600779
Sekretariat Domisili :
Jalan Anggrek Nelly Murni Blok A No. 03, RT/RW 02/03 ,
Kelurahan Kemanggisan, Kecamatan Palmerah – Jakarta Barat 11480

Loading

.

Denpasar, kmhdi.orgTidak dapat dipungkiri di era digitalisasi ini, manusia di tuntut untuk hidup berdampingan dengan teknologi. Bahkan banyak yang tak menyadari, bahwa kebutuhan manusia di masa kini tidak hanya berupa sandang, pangan dan papan. Realitanya, kebutuhan akan akses berkomunikasi yang cepat pun sudah memasuki tataran kebutuhan primer dalam kehidupan sosial. Fenomena ini pun didukung oleh berbagai perusahaan yang menghadirkan beragam merek smartphone dengan berbagai fitur yang bersaing. Bahkan persaingan tidak hanya terjadi di dunia industri teknologi, namun juga di lingkungan sosial konsumen.

Salah satunya yakni smartphone dengan merek Iphone, adalah jenis smartphone yang paling digandrungi masyarakat. Tidak heran minat terhadap merek smartphone ini sangat tinggi di pasaran, hal itu disebabkan kualitas dari fitur dan spesifikasi-nya yang unggul. Sehingga menjadikan-nya sebagai primadona, walaupun dibandrol dengan harga yang fantastis. Istilahnya, eksistensi smartphone ini sejalan dengan peribahasa ”Ada harga ada kualitas”. Realitanya setiap keluaran Iphone terbaru, selalu menghebohkan para konsumen, khususnya di lingkungan pergaulan pemuda. Hal ini membuktikan bahwa setiap perkembangan produk yang dilakukan oleh label ini, sukses menarik perhatian. Pasalnya Iphone hampir setiap tahun rutin mengeluarkan produk terbarunya dengan fitur dan spesifikasi ter-update, juga dengan harga jual yang lebih tinggi dibanding keluaran sebelumnya.

Ya walaupun secara tidak langsung kehadiran smartphone dengan nilai jual yang tinggi ini, seperti menebalkan garis kesenjangan sosial. Bisa dikatakan smartphone yang satu ini adalah smartphone kaum menengah keatas. Hal ini pun sejalan dengan hasil survei, yang dibagikan melalui blog suara merdeka.com yang menyatakan bahwa, Gen Z di Amerika Serikat merasa malu sebagai pengguna ponsel android. Hal ini disebabkan kesenjangan sosial yang timbul dalam lingkup pertemanan dengan pengguna Iphone, (Suaramerdeka.com, 2024). Lalu, apakah hasil survey ini pun sejalan dengan Gen Z di Indonesia ya?.

Pada realitanya, banyak konsumen yang berlomba lomba untuk memiliki keluaran paling terbaru. Kasarnya, hal ini terlihat semacam ajang bergengsi, apalagi bila dilatar belakangi dengan kemampuan finansial yang terbatas. Kamera yang jernih, fitur yang eksklusif hanya ada di produk tersebut, menjadi pemantik hasrat di dalam diri konsumen, khususnya dikalangan muda. Sebenarnya hal ini tentu saja tidak masalah, namun hendaknya sebelum memutuskan suatu hal, tidak hanya mengutamakan hasrat, namun juga perlu mempertimbangkan keadaan dan kebutuhan.

Bahkan dalam diskusi ringan yang sering saya lakukan dengan teman teman, dari berbagai kalangan. Pasti tidak jauh dari topik merek smartphone ini. Seakan semua mata tertuju pada smartphone primadona tersebut. Tua, muda, bahkan anak anak pun menggandrungi-nya. Dan tidak sedikit yang mengaku memiliki keterbatasan finansial untuk mewujudkan keinginan tersebut. Ironinya hal serupa memantik fenomena tragis yang dilansir dalam kanal suara merdeka.com. Bahwa seorang pemuda di China mengaku pernah menjual ginjalnya untuk membeli Iphone dan Ipad 2 pada tahun 2010 silam, (suaramerdeka.com, 2021). Pemandangan ini cukup tragis, mempresentasikan kejinya pengaruh digitalisasi dapat mempengaruhi pola pikir manusia.

Harapannya, semoga hasrat duniawi yang disebabkan oleh arus perkembangan digitalisasi ini, dapat dicerna dengan akal sehat manusia. Sehingga ide gila semacam hal tersebut, tidak menjadi solusi untuk mewujudkan hasrat dan keinginan kita. Apalagi jika sampai mengorbankan karunia yang Tuhan berikan hanya untuk memuaskan keinginan duniawi. Terlebih lagi dalam Hindu mengajarkan nilainilai moral yang dapat membuka mata manusia, untuk bersyukur dalam menghadapi tuntutan dunia yang fana ini. Salah satunya, dalam kutipan Geguritan Rajapala, Pupuh Durma bait ke 4, yaitu :

”Da i dewa.

Melajahin ngawe hutang,

Mongken ada monto tampi.

Patilesang pesan.

Dewek dadi jatma tiwas.”

Artinya :

Janganlah engkau, belajar berhutang. Berapapun yang ada, terimalah. Sangatlah tahu diri. Kita sebagai orang miskin.

Dalam pupuh Durma geguritan Rajapala, menceritakan kisah seorang ayah yang menasehati anaknya. Salah satu isi nasehat tersebut adalah kutipan diatas. Yang ia maksud adalah agar anaknya mengerti akan rasa syukur dan tahu cara bersyukur. Sehingga apapun yang dimiliki sang putra, sesedikit apapun harta tersebut hendaknya dapat disyukuri oleh sang putra. Karena rasa syukur ini yang akan menghindarkan putranya terjerat dalam hutang piutang. Yang kita tahu sendiri, bahwa terikat hutang adalah salah satu penyebab seseorang merasa tidak damai dalam hidupnya. Tak hanya itu, nilai serupa pun di terangkan dalam kitab Sarasamuccaya, sloka 9, bahwa :

Matangnyan haywa juga wwang manaṣtāpa, an tan paribhawa, si dadi wwang ta pwa kagöngakĕna ri ambĕk apayāpan paramadurlabha iking si janmamānua ngaran ya, yadyapi caṇḍālayoni tuwi.”

Artinya:

”Oleh karena itu, tidak usah bersedih terlahir menjadi manusia walaupun hidupmu tidak sejahtera. Besarkanlah hatimu sebagai manusia sebab amatlah sukar untuk dilahirkan menjadi manusia, bahkan untuk menjadi manusia hina sekalipun.

Dalam sloka tersebut diterangkan bahwa, sesulit apapun keadaan yang dialami manusia, hendaknya tidak mengurangi rasa syukur dalam diri-nya. Karena seburuk apapun itu, sesungguhnya berkesempatan lahir sebagai manusia adalah yang paling mulia. Sungguh serakah seorang yang tidak bersyukur dalam menjalani kehidupan ini. Sehingga kita, sebagai seorang manusia, hendaknya tidak sekalipun merasa kurang, walaupun sedang mengalami kesulitan.

Nilai-nilai mulia ini, sepatutnya menjiwai setiap manusia khususnya kader KMHDI sebagai umat Hindu. Nilainilai tersebut membawa manusia untuk bersikap bijak, dalam menghadapi tuntutan zaman yang terus berubah. Juga kerasnya hidup di era digitalisasi yang karakternya Serba Uang, hendaknya dapat diingat bahwa:

.

Sekalipun kita merasa tidak cukup dengan artha yang kita miliki. Sejatinya kekayaan bukanlah pada orang yang memiliki banyak harta, tetapi pada orang yang mengerti cara bersyukur.

.

.

Oleh: Ni Putu Febbyana Maharani

(Anggota Bidang Sosial Masyarakat PC KMHDI Denpasar)

.

Sumber Referensi:

Suaramerdeka.com. 2024. Survei Mengatakan Gen Z Malu Memiliki Ponsel Android, Takut Merasa Dikucilkan dalam Pertemanan, Benarkah?. Diakses pada 27 Januari 2024, dari https://www.suaramerdeka.com/teknologi/0411551495/survei-mengatakan-gen-z-malu-memiliki-ponsel-android-takut-merasa-dikucilkan-dalam-pertemanan-benarkah

Suaramerdeka.com. 2022. Kisah Remaja Jual Ginjal Demi Iphone, Kini Sakit Parah. Diakses pada 27 November 2024, dari https://www.suaramerdeka.com/internasional/pr-045244813/kisah-remaja-jual-ginjal-demi-iphone-kini-sakit-parah?page=2

G.R. Mirah Maharani. 2001. Beberapa geguritan: Raja Pala, Salia, Jaya Prana, Pakang Raras, Basur, Candrabherawa, Karmaphala : kawewehin antuk makudang-kudang pupuh. Jungutbatu.

Tim Penyusun. 2021. SARASAMUCCAYA DAN TERJEMAHANNYA. Jakarta : Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Hindu Kementerian Agama RI.

Share:

administrator