![]()
Mataram, kmhdi.org – Di tengah semangat saya membangun ruang diskusi yang informatif, masih ada “penonton bayaran” dalam panggung keberanian. Ironisnya, mereka bersuara di balik akun anonim, menyebar sindiran, menghasut lewat kata-kata manis yang menurut saya beracun. Seolah memperjuangkan kebenaran, padahal hanya menuntaskan persoalan drama pribadi.
Ruang media yang mengatasnamakan KMHDI bukan tempat curhat tanpa tanggung jawab. Ini bukan tempat adu sindir seperti sinetron telenovela. Ini ruang intelektual tempat mahasiswa Hindu membicarakan solusi, bukan melampiaskan emosi dan hasrat pribadi.
Anonim bukan bentuk kritik, tapi bentuk bersembunyi di balik ketakutan, takut berpendapat, takut dibantah, takut salah kemudian bersembunyi sembari menggoreng opini. Sayangnya, yang digoreng bukan gagasan, tapi perpecahan.
Kepada seluruh kader KMHDI, jika benar ingin memperbaiki keadaan, datanglah dengan data, gagasan, dan identitas. Diskusi butuh mental dan substansi, bukan nyinyiran seperti aktor antagonis dalam sinetron cengeng. Media KMHDI tidak dibangun untuk memenuhi hasrat perlombaan sindiran, tapi untuk kolaborasi pikiran.
Saya mengajak seluruh kader untuk kembali menghidupkan budaya intelektual yang sehat. Saling ber-adu argumen untuk mendapatkan solusi, bukan sekedar sindiran pribadi yang di bantu chatGpt lalu sembunyi. Jika KMHDI ingin tetap menjadi ruang pembelajaran, maka jangan rusak atmosfernya hanya demi kepuasan pribadi yang cengeng dan tak bernyali.
Karena kalau kita terus begini, mungkin kita memang bukan sedang membangun organisasi kader, tapi sedang mengelola grup lambe-lambe berjubah idealisme.
KMHDI bukan tempat pelampiasan, tapi ladang perjuangan.
Yang siap berpikir, ayo diskusi.
Penulis: I Putu Eka Widiantara (Ketua PC KMHDI Mataram)
