![]()
Buleleng, kmhdi.org – KEDASIH (Kelompok Diskusi Asyik Intelektual Hindu) Bali Utara kembali terselenggara pada Hari Suci Tilem Sasih Kelima, 20 November 2025. Program kolaborasi antara PC KMHDI Buleleng, DPC Prajaniti Buleleng, DPK Peradah Buleleng, serta Penyuluh Agama Hindu Kecamatan Buleleng ini mengangkat tema “Tirta dan Kehidupan: Mensucikan Diri, Menjaga Alam.” (20/11)
Diskusi menghadirkan tiga narasumber, yakni I Kadek Satria, S.Ag selaku Koordinator Penyuluh Agama Hindu Kec. Buleleng; I Nyoman Suwitra, S.T., M.Si Direktur Teknik PDAM Buleleng; dan Made Fery Kurniawan, S.Pd., M.A. Dosen IAHN Mpu Kuturan Singaraja. Peserta kegiatan berasal dari berbagai organisasi kepemudaan serta masyarakat umum.
I Nyoman Suwitra menyampaikan pentingnya memaknai tirta bukan hanya sebagai air suci, tetapi juga sebagai energi kehidupan.
“Fungsi tirta adalah menyucikan bhuwana alit (diri) dan bhuwana agung (alam). Kesucian tidak bergantung pada sumber air, tetapi pada ritual dan ketulusan yajamana,” tegasnya.
Para narasumber juga menyoroti krisis air yang mulai dirasakan di beberapa wilayah Buleleng akibat alih fungsi lahan dan pencemaran.
“Spiritualitas Hindu tidak boleh terlepas dari kesadaran ekologis. Air adalah bagian dari ekosistem yang harus dijaga keberlanjutannya,” ujar Suwitra.
Topik Melasti turut mengemuka dalam diskusi. Secara niskala laut tetap menyucikan, namun pencemaran menjadi tantangan yang harus dijawab dengan aksi nyata menjaga kebersihan pesisir. Made Fery mengaitkan isu air dengan perspektif ekofeminisme.
“Melindungi air berarti melindungi perempuan. Keduanya adalah sumber kehidupan yang seringkali dieksploitasi” ujarnya.
Ia juga menekankan bahwa penggunaan air kran sebagai tirta dapat dilakukan selama melalui prosedur penyucian yang sah dan bernilai ekologis.
I Kadek Satria menyampaikan bahwa menjaga air sama dengan menjalankan dharma.
“Diskusi ini sangat berkaitan bahwa menjaga air sama dengan menjalankan dharma: melestarikan kehidupan. Praktik keagamaan harus bergerak beriringan dengan kepedulian lingkungan dan keadilan sosial agar air tetap suci, baik secara sekala maupun niskala,” ujarnya.
Ketua PHDI Buleleng menutup kegiatan dengan apresiasi terhadap keberlanjutan KEDASIH sebagai ruang intelektual pemuda Hindu.
“Kegiatan ini wajib terus berlanjut untuk memperkuat wawasan keagamaan di tengah perkembangan zaman, serta memperluas pelibatan berbagai pihak.”
