![]()
Tulisan ini disusun sebagai respon tidak resmi terhadap kegagalan komunikasi pejabat publik hari ini,
yang terlalu sering bicara tanpa isi,
terlalu sering tampil tanpa empati,
dan terlalu sering mengira bahwa rakyat akan terus menerima segalanya dengan diam.
Maka lahirlah tulisan ini.
Bukan untuk membenarkan,
bukan untuk menyelesaikan,
hanya untuk mengatakan, saya mendengar, dan saya muak.
—-
Bahwa sesungguhnya, dalam negara yang mengaku menjunjung tinggi nalar dan etika, setiap pejabat publik diwajibkan untuk menyampaikan pernyataan yang memenuhi unsur kejelasan, ketepatan, dan kepatutan.
Bahwa komunikasi bukanlah sekadar suara, tetapi bentuk tanggung jawab terhadap publik yang menaruh harapan, waktu, dan nasib padanya.
Namun dengan ini perlu dinyatakan bahwa telah terjadi penyimpangan sistematis dalam praktik komunikasi pejabat publik.
Bahasa yang digunakan tidak lagi bertujuan menjelaskan, melainkan menyamarkan.
Kata-kata tidak lagi menjembatani, tetapi memutuskan hubungan antara rakyat dan kekuasaan.
Bahwa pejabat publik hari ini, dalam banyak kesempatan, menyampaikan pernyataan dengan struktur yang longgar, substansi yang kosong, dan logika yang patah.
Tidak ditemukan niat untuk mengedukasi, hanya ditemukan upaya untuk mengalihkan.
Tidak ditemukan ketegasan moral, hanya ketegangan politik yang dibungkus lelucon publik.
Dalam hal ini, setiap tawa yang terdengar dari podium kekuasaan adalah isyarat bahwa mereka telah terlalu lama di sana. Terlalu lama memerintah, terlalu lama bicara, terlalu sedikit mendengar.
Namun dalam menyampaikan pernyataan ini, perlu disisipkan satu bentuk kehati-hatian:
Bahwa siapa pun, termasuk kita, dapat menjadi seperti mereka jika kita memandang dunia dengan cara yang diwariskan.
Jika kita terus dididik untuk bicara sebelum berpikir, menyederhanakan yang rumit, membenarkan yang salah demi stabilitas.
Jika kita belajar lebih banyak untuk tampil, daripada memahami.
Jika kita mengira bahwa komunikasi adalah seni membungkus, bukan seni mengungkap.
Dan kepada siapa pun yang membaca pernyataan ini, diharapkan untuk tidak terlalu berharap. Tulisan ini tidak mengikat secara hukum. Tidak pula menjamin perubahan dalam waktu dekat.
Jika hati Anda bergetar, itu mungkin hanya refleks.
Jika kepala Anda mengangguk, itu mungkin hanya kebiasaan.
Jika Anda merasa tercerahkan, mohon dikaji ulang.
Karena penulis ini tidak memiliki kewenangan.
Bukan pejabat, bukan ahli, bukan siapa-siapa.
Dan besok pagi, suara ini akan hilang.
Penulis : I Made Bayu Satria Nugraha (Ketua PC KMHDI Bandung)
