Karangasem, kmhdi.org – Organisasi yg merupakan wadah tentu tidak terlepas dari dua hal ini yakni kritik dan apresiasi. Demi tercapai tujuan dan visi misi organisasi harus ada evaluasi melalu kritik dan saran yg membangun. Akan tetapi bagaimana implementasi di dalamnya??
Kebebasan berpendapat, berargumen, beropini itu menjadi hak setiap orang. Tapi tahukah ketika organisasi hanya dijadikan ajang mengkritisi antar sesama anggota berimpact pada ketidaknyamanan kader. Tidak salah mengkritik kader yang memang ada kekeliruan ketika berproses dan berkegiatan. Manusiawi jika salah karena manusia adalah tempatnya kesalahan. Hal itu juga perlu digarisbawahi untuk tidak mengulang kesalahan yang sama.
Selain kritik, apresiasi di awal penting sekali dilakukan agar mereka merasa dihargai. Dalam roda organisasi pasti akan selalu ada kesalahan kecil hingga besar dilakukan, namun bisakah apresiasi dulu baru kritik?
Apresiasi akan meningkatkan kenyamanan kader bahwa mereka sudah berupaya semaksimal mungkin untuk berproses dalam roda organisasi. Apresiasi tidak akan membuat hina bagi yang memberi. Setelah apresiasi baru kita evaluasi melalui kritik agar apa yang menjadi kekeliruan atau kesalahan bisa diperbaiki. Nada berbicara juga perlu dibenahi bukan hanya gaya bahasanya. Tidak semua orang punya telinga tebal untuk mendengar namun semua orang punya mulut untuk berucap lebih sopan.
KMHDI sebagai organisasi keumatan, berlandaskan ajaran suci weda salah satunya Tri Kaya Parisudha hendaknya diamalkan. Bagian Tri Kaya Parisudha yaitu Wacika artinya berkata yang baik tentu harus jadi pedoman kader kmhdi dalam berucap atau berkomunikasi.
Maka sejatinya penting sekali untuk berucap yang mengapresiasi atas apa yang telah kader kmhdi lakukan dalam berproses, berkegiatan, berdiskusi sebelum mengkritik untuk evaluasi.
Penulis : Ni Wayan Sukarini (Kabid Litbang PC KMHDI Karangasem)
