Denpasar, kmhdi.org – Pernahkah kita berpikir, apakah dunia ini ada dalam kendali kita? Atau sebenarnya kita terikat sesuatu yang disebut takdir? Apakah segala kehidupan kita sudah ada takdirnya?
Ada satu sloka yang ingin saya kritisi disini. Semoga saja ada orang yang mau menjawab kritikan saya ini sehingga teman teman Hindu masih memiliki kepercayaan terhadap agamanya sendiri.
Canakya Niti Sastra merupakan salah satu risalah kuno yang sering dikategorikan sebagai kitab Arthasastra. Pustaka suci ini berisi pemikiran pemikiran tinggi tentang moralitas. Dan seringkali Kitab Canakya Niti Sastra dikutip dalam artikel yang menjelaskan tentang kepemimpinan dan politik.
Hal ini tentu terjadi karena Canakya Niti Sastra sering dianggap kitab Arthasastra, yakni kitab yang membahas tentang ilmu politik. Jika dimaknai lebih dalam kitab “Niti Sastra” lebih banyak mengajarkan ilmu pengetahuan tentang moralitas dan budi pekerti. Terkhusus dalam kitab Canakya Niti Sastra ini, juga terdapat sloka-sloka yang mengagungkan Sri Vishnu sebagai Tuhan. Tidak hanya itu, kata “Krishna” dan “Yasodanandana” ditulis secara gamblang dalam sloka-sloka Canakya Niti Sastra.
Namun dalam tulisan saya ini, saya tidak membahas Krishna adalah Tuhan. Melainkan tulisan ini adalah catatan kritis untuk Canakya Niti Sastra. Yang perlu saya tandai adalah sloka yang ada dalam Canakya Niti Sastra bab 4 sloka 1.
“Umur, pekerjaan, kekayaan, pengetahuan dan kematian, kelima ini sudah ditentukan sewaktu kita masih dalam kandungan.” Canakya Niti Sastra 4.1 (terjemahan I Made Dharmayasa)
Jika kita menafsirkan dengan cara cepat dan tanpa pikir panjang, bagi saya ini akan membuat kita menjadi orang malas.
Dalam Canakya Niti Sastra 4.1 dinyatakan bahwa segala hal di dunia ini sudah ditentukan jauh sebelum lahir. Ini artinya kita terikat pada takdir. Dan karena terikat pada takdir, segala hal yang kita lakukan akan menjadi sia-sia saja. Hal ini akan bertentangan dengan segala harapan kita saat hidup. Jika seandainya takdir akan kekayaan sudah ditentukan, maka apa gunanya kita untuk bekerja? Pupus sudah harapan kita untuk menjadi Triliuner jika kita sudah ditakdirkan untuk miskin.
Lantas apa yang bisa kita lakukan?
Sampai saat ini saya masih mencari jawaban untuk permasalahan ini. Satu sisi kita perlu mempercayai kitab suci, dan disisi lain kita perlu mendapatkan kebenaran atas segala-galanya.
Untuk itu kita perlu untuk membuka berbagai catatan kitab suci mengenai proses berjalannya takdir. Dan tidak hanya itu, tentu catatan itu harus sesuai dengan Tri Pramana yang disebutkan dalam Wrhaspati Tattva (Pratyaksa, Anumana, Agama) agar kebenaran yang kita dapatkan otentik.
Apakah ada hipotesis untuk permasalahan takdir ini?
Tentu ada 1 hipotesis yang bisa menjawab pertanyaan ini. Dan tentu jawaban ini tidak membatalkan sloka dari Canakya Niti Sastra dan tidak juga membatalkan ambisi kaum rasionalis. Namun untuk hipotesis ini tidak bisa saya paparkan disini karena belum ada artikel yang membantu saya untuk menyempurnakan tulisan ini.
Penulis : I Gede Panca Kusuma Ramadi (Kabid Litbang PC KMHDI Denpasar)