![]()
Bandung, kmhdi.org – Ketika roket-roket diluncurkan di Timur Tengah, ketika kilang minyak terbakar di Iran dan pusat penelitian hancur di Israel, sebagian dari kita mungkin merasa itu terlalu jauh, terlalu rumit, dan terlalu “bukan urusan kita”. Tapi, benarkah demikian?
Kita sedang hidup dalam dunia yang semakin rapuh—baik secara moral maupun ekonomi. Perang antara Iran dan Israel bukan hanya menciptakan tragedi kemanusiaan, tapi juga menyulut efek domino yang bisa menjalar ke meja makan warga di Bogor, Bandung, Denpasar, bahkan pelosok desa di Ambon. Dan ingat, umat juga termasuk warga.
Harga minyak naik. Rupiah tertekan. Inflasi membayangi. Lalu, siapa yang paling rentan? Mereka yang tidak punya akses pada sumber daya, pekerjaan layak, dan pendidikan berkualitas. Mereka yang kita temui setiap hari—pedagang kecil, buruh informal, mahasiswa yang kuliah sambil bekerja. Mereka yang selalu diminta bersabar atas situasi yang bukan mereka ciptakan.
Ahimsa Bukan Hanya Ajaran, Tapi Tindakan Politik
Sebagai mahasiswa Hindu, kita tidak hanya mewarisi teks suci atau upacara adat. Kita mewarisi ajaran tentang ahimsa (tanpa kekerasan), satya (kebenaran), dan karma (tanggung jawab kolektif). Dan dalam dunia yang diliputi konflik, ajaran itu bukan sekadar nilai spiritual, tapi posisi politik.
Sikap kita terhadap perang bukan netral. Netralitas di tengah kekejaman hanya akan menguntungkan pihak yang paling bersenjata. KMHDI harus berpihak pada perdamaian, pada suara korban, pada upaya diplomasi dan evakuasi WNI, bukan diam dalam ketakutan diplomatik.
Indonesia, sebagai bangsa yang menjunjung tinggi Pancasila dan perdamaian dunia, tidak boleh kehilangan arah kompasnya hanya karena diplomasi kita takut dibilang “terlalu keras” atau “terlalu lembek”.
Menolak Diam, Menolak Bungkam
KMHDI, dari Sumatera sampai Ambon, bukan hanya organisasi keumatan. Kita adalah kekuatan sosial-politik yang tumbuh dari tanah keberagaman dan penderitaan. Maka ketika dunia sedang luka, kita tidak boleh bungkam.Ketika rakyat terancam karena fluktuasi harga dan kapitalisme global yang tak kenal belas kasihan, kita tidak boleh pura-pura suci dan sibuk dengan ritual.
Ajaran Hindu tidak pernah mengajarkan kita untuk apatis. Justru sebaliknya: dalam Bhagavad Gita, bahkan Arjuna yang awalnya menolak perang akhirnya diberi pemahaman bahwa diam di tengah ketidakadilan adalah pengkhianatan terhadap dharma.
Saatnya Bicara, Saatnya Bergerak
Ini bukan tentang Iran atau Israel semata. Ini tentang siapa kita, apa posisi kita, dan nilai apa yang ingin kita bawa ke masa depan. Sebagai mahasiswa Hindu, sebagai KMHDI, sudah waktunya kita bersuara lebih keras, berpihak lebih tegas, dan bergerak lebih radikal dalam memperjuangkan keadilan.
Kita tidak hidup di dunia yang jauh. Kita hidup di dunia yang saling terhubung. Maka, krisis kemanusiaan di belahan dunia mana pun, adalah panggilan untuk berdharma, berpihak, dan bertindak.
Penulis: Lingga Dharmananda Siana (Fungsionaris PP KMHDI)
