![]()
Mataram, kmhdi.org – Undangan sudah tersebar dan acara sudah akan dimulai , undangan belum datang dan tidak ada konfirmasi kedatangan. Inilah ironisnya organisasi keumatan hindu kita yang seharusnya organisasi keumatan menjadi ruang pengabdian, ruang belajar, dan laboratorium kaderisasi, nyatanya justru semakin menjelma menjadi panggung pertunjukan pencitraan personal. Nilai-nilai kolektif terkikis perlahan, digantikan dengan ambisi pribadi yang menyamar sebagai pengabdian. Bahasa halusnya komunikasi bak raja, padahal isinya cuma skenario pencitraan.
Fenomena baru ? Tentu tidak, seseorang hanya hadir dalam forum jika ada “panggung dan sambutan”. Kalau tak diberi mikrofon dan tepuk tangan, jangan harap kakinya mau menginjakkan tanah di lokasi kegiatan. Organisasi berubah fungsi menjadi panggung pencitraan, bukan lagi ruang kolaborasi. Lucunya, yang bersaing bukan soal ide atau gagasan, tapi soal siapa yang lebih banyak disorot kamera dan disebut namanya.
Ironisnya lagi, ada individu yang menjabat sebagai ketua organisasi Hindu, tapi tak punya rekam jejak organisasi sama sekali. Lompatan karier? Mungkin. Tapi ini bukan prestasi, ini adalah penistaan terhadap proses kaderisasi. Lantas, inikah wajah yang pantas dijadikan teladan? Tentu tidak.
Organisasi seharusnya kolaboratif, bukan kompetitif dalam artian dangkal. Ini bukan sirkus untuk memamerkan siapa yang lebih tinggi jabatannya, tapi forum untuk menunjukkan rekam jejak dan kontribusi nyata. Kita lupa bahwa jabatan itu alat, bukan tujuan. Kita disibukkan dengan struktur, tapi melupakan substansi.
Mari kita buka mata. Dalam konteks hukum organisasi, kedudukan KMHDI dan organisasi keumatan lain adalah equal. Yang membedakan hanyalah pengalaman, bukan jabatan. Tapi entah mengapa, beberapa di antara kita masih terjebak dalam ilusi bahwa posisi struktural adalah mahkota, bukan amanah.
KMHDI Mataram, meskipun tetap menghormati para senior, tidak akan tunduk pada feodalisme gaya baru. Hormat tak harus buta. Kritik adalah bagian dari pendewasaan. Dan kalau organisasi hanya menjadi kendaraan ambisi pribadi tanpa arah kolektif, maka kita sedang menuju kecelakaan sejarah dan parahnya, kita tahu tapi diam saja.
Saatnya refleksi. Organisasi bukan tangga menuju panggung, tapi jalan menuju perubahan. Dan perubahan tak lahir dari pencitraan, tapi dari keberanian untuk berkata jujur dan bekerja tulus.
Penulis: I Putu Eka Widiantara (Ketua PC KMHDI Mataram)
