![]()
Denpasar, kmhdi.org – Di hari Pahlawan Nasional sudah barang tentu kita rayakan dengan kilas balik menyoal apa itu pahlawan, siapa itu pahlawan, dan pastinya kenapa disebut pahlawan. Indonesia merupakan negara dengan penduduk terbesar keempat di dunia, telah mengalami perjalanan panjang dalam sejarah kepemimpinannya. Namun, dalam beberapa tahun terakhir, kita telah menyaksikan krisis kepemimpinan politik yang mendalam. Salah satu gejala yang paling mencolok dari krisis ini adalah kurangnya sosok negarawan yang mampu memimpin negara dengan bijak dan visioner.
Negarawan, dalam definisi klasik, adalah seseorang yang memiliki pengetahuan, keterampilan, dan pengalaman dalam bidang politik, pemerintahan, dan kenegaraan. Mereka adalah pemimpin yang memiliki visi jauh ke depan, mampu mengambil keputusan yang tepat, dan memiliki integritas yang tinggi. Namun, dalam beberapa tahun terakhir, kita telah menyaksikan bahwa banyak pemimpin politik di Indonesia yang lebih mementingkan kepentingan pribadi dan golongan daripada kepentingan negara dan rakyat.
Krisis negarawan di Indonesia dapat dilihat dari beberapa aspek. Pertama, kurangnya pemimpin yang memiliki visi jauh ke depan. Banyak pemimpin politik di Indonesia yang lebih fokus pada kepentingan jangka pendek daripada memikirkan masa depan negara. Mereka lebih sibuk dengan urusan politik praktis daripada memikirkan strategi jangka panjang untuk memajukan negara.
Kedua, kurangnya integritas dan akuntabilitas. Banyak pemimpin politik di Indonesia yang terlibat dalam kasus korupsi, nepotisme, dan penyalahgunaan kekuasaan. Mereka lebih mementingkan kepentingan pribadi dan golongan daripada kepentingan negara dan rakyat.
Ketiga, kurangnya kemampuan dalam mengambil keputusan. Banyak pemimpin politik di Indonesia yang tidak mampu mengambil keputusan yang tepat dan berani. Mereka lebih suka mengundurkan diri daripada menghadapi tantangan dan mengambil risiko.
Apakah seorang Negarawan bisa dikatakan Pahlawan atau sebaliknya Pahlawan harus memiliki jiwa Negarawan?
Maka jawabnya ialah, Para tokoh pahlawan – pejuang tanah air pada masa nya sudah pasti memiliki jiwa Negarawan, begitu juga sebaliknya jiwa negarawan merupakan syarat pertama yang harus ada dan melekat pada diri si tokoh.
Empat serangkai di atas tersebut merupakan tokoh bangsa yang memiliki jiwa kenegaraan yang kokoh. Karena itu mengapa mereka menjadi pahlawan negara sebab mereka memiliki segala ciri-ciri sosok Negarawan, pemahaman politiknya sudah melanglang buana dan diatas rata-rata. Kita kembali ke tagline di atas yang di mana saat ini kita mengalami krisis.
Negarawan, kita tidak temukan pada pemimpin bangsa saat ini yang memiliki jiwa Negarawan, wawasan Politik mereka selalu kita ragukan. Jika hal tersebut terus berlangsung maka akibatnya adalah:
Dalam kesimpulan, krisis negarawan di Indonesia merupakan masalah yang sangat serius dan perlu diatasi segera. Kita perlu meningkatkan kualitas pendidikan dan pelatihan bagi pemimpin politik, meningkatkan transparansi dan akuntabilitas dalam pemerintahan, dan meningkatkan partisipasi rakyat dalam proses politik. Dengan demikian, kita dapat membangun negara yang lebih maju, stabil, dan sejahtera.
Sekali lagi dihari Pahlawan Nasional ini penting adanya proses refleksi kembali mengingat sejarah, membaca ulang pemikiran tokoh pendahulu bangsa, meneladani sikap kepemimpinannya serta jiwa Negarawan yang perlu kita aplikasikan sedari dini.
Satyam Eva Jayate
Selamat Hari Pahlawan Nasional RI |10 November 2025
Penulis : Pitriyou (Pengurus PP KMHDI)
