![]()
Denpasar, kmhdi.org – Kita sering mendengar istilah kader terbaik. Tapi sebenarnya, apa yang dimaksud dengan kader terbaik itu?
Apakah mereka yang paling sering berbicara di forum?
Yang paling lantang menyampaikan pendapat?
Atau yang paling cepat mendapatkan posisi?
Atau jangan-jangan, kita terlalu mudah memberi label “terbaik” hanya karena seseorang terlihat aktif di permukaan, tanpa pernah benar-benar melihat bagaimana ia bekerja saat tidak disorot?
Jika kader terbaik adalah soal kehadiran, maka apakah mereka yang hanya muncul saat acara besar bisa disebut demikian?
Jika kader terbaik adalah soal gagasan, maka bagaimana dengan mereka yang bekerja diam-diam memastikan semua berjalan rapi?
Dan jika kader terbaik adalah soal loyalitas, apakah loyalitas itu diukur dari kata-kata atau dari tindakan?
Mungkin, kader terbaik bukan mereka yang selalu benar, tetapi mereka yang bersedia belajar ketika salah.
Bukan mereka yang paling banyak bicara, tetapi mereka yang paling bisa dipercaya.
Bukan mereka yang paling cepat naik, tetapi mereka yang paling konsisten bertahan dalam proses.
Kader terbaik juga terlihat dari cara mereka menghadapi perbedaan. Apakah memilih berdialog atau justru menciptakan jarak? Apakah menguatkan organisasi atau memperlemah dari dalam? Saat konflik datang, di situlah karakter diuji.
Lalu, bagaimana dengan sikap terhadap tanggung jawab?
Apakah ia menyelesaikan apa yang sudah disanggupi, atau justru sibuk mencari alasan?
Apakah ia hadir sebagai solusi, atau hanya sebagai pengamat yang gemar mengomentari?
Dan satu hal yang sering luput: kader terbaik adalah mereka yang tidak mudah diadu domba. Mereka berpikir jernih, tidak reaktif, dan memilih klarifikasi daripada prasangka. Mereka sadar bahwa organisasi tidak butuh drama, tetapi kedewasaan.
Jadi, sebelum kita sibuk menunjuk siapa kader terbaik, mungkin yang lebih penting adalah bertanya:
standar apa yang kita pakai?
Karena jika kader terbaik hanya dinilai dari siapa yang paling terlihat, maka kita sedang mengabaikan mereka yang paling bekerja.
Dan jika kader terbaik hanya dinilai dari suara, maka kita sedang menutup mata terhadap karakter.
Kader terbaik bukan soal siapa dia.
Tapi tentang bagaimana ia bertanggung jawab ketika dipercaya.
Ni Luh Putu Keysha Maharani, S.Kes (Kader Pimpinan Cabang KMHDI Denpasar)
