SEKRETARIAT PIMPINAN PUSAT KMHDI

Sekretariat Operasional (Surat Menyurat):
Jalan Kakatua Blok AA No. 14 Perumahan Cipinang Indah II, Kelurahan Pondok Bambu, Kecamatan Duren Sawit Jakarta Timur 13430
* Fax. : 021 – 86600779
Sekretariat Domisili :
Jalan Anggrek Nelly Murni Blok A No. 03, RT/RW 02/03 ,
Kelurahan Kemanggisan, Kecamatan Palmerah – Jakarta Barat 11480

Loading

Oleh : Desak Gede Desita Pramesti Cahyani (Kader PC KMHDI Denpasar)

Hari suci Kuningan adalah salah satu hari suci besar yang dirayakan oleh umat Hindu. 10 hari setelah hari suci Galungan, tibalah hari suci Kuningan yang jatuh pada hari sabtu (Saniscara) Kliwon, wuku Kuningan sehingga hari suci Kuningan biasa disebut dengan tumpek kuningan. Lalu bagaimana umat Hindu merayakan hari suci Kuningan? Umat Hindu merayakan hari suci Kuningan dengan melaksanakan persembahyangan di pura, baik pura desa setempat, pura rumah masing-masing, maupun pura-pura umum lainnya. Namun, banyak para orang tua yang mengatakan bahwa tidak boleh melakukan persembahyangan diatas jam 12.00 siang. Diyakini bahwa setelah siang hari, maka kelima energi panca maha bhuta akan melebur kembali ke nirwana. Lalu bagaimana dengan yang bersembahyang di atas jam 12.00 siang?

Sejatinya, tidak ada batasan waktu bagi umat Hindu untuk melaksanakan persembahyangan karena Tuhan ada dimana-mana (nirwikara). Dalam kitab Bhagavad Gita Bab 11 Sloka 54 dituliskan :

bhaktya tv ananyaya sakya, aham evam vidho rjuna

jnatum drastum ca tattvena, pravestum ca parantapa

Artinya : Arjuna yang baik hati, hanya melalui bhakti yang murni dan tidak dicampur dengan kegiatan yang lain. Aku dapat dimengerti menurut kedudukan-Ku yang sebenarnya, yang sedang berdiri dihadapanmu dan dengan demikian aku dapat dilihat secara langsung. Hanya dengan cara inilah engkau dapat masuk ke dalam pengertian-Ku (Bhagavad Gita oleh Prabhupada).

Dari sloka diatas bahwa tidak ada batasan waktu untuk memuja Tuhan, tidak ada batasan cara untuk memuja Tuhan. Bahwasannya yang hanya diperlukan untuk memuja Tuhan adalah bhakti atau mengerti Tuhan. Mengenai Bhakti dalam mengerti Tuhan, juga dituliskan dalam kitab Bhagavad Gita Bab 18 Sloka 55 :

bhaktya mam abhijanati, yavan yas casmitattvatah

tato mam tattvato jnatva, visate tad anantaram

Artinya : Seseorang dapat mengerti tentang-Ku menurut kedudukan-Ku yang sebenarnya, sebagai kepribadian Tuhan Yang Maha Esa, hanya dengan cara bhakti. Apabila ia sudah sadar akan Diri-Ku sepenuhnya melalui bhakti seperti itu, ia dapat masuk ke kerajaan-Ku (Bhagavad Gita oleh Prabhupada).

Dari pengertian sloka diatas, bhakti merupakan jalan yang diperlukan oleh umat Hindu pada jaman modern ini untuk senantiasa menghayati, memahami dan menciptakan konektivitas dengan Tuhan Yang Maha Esa.

Mengenal Bhakti Yoga

Bhakti yoga adalah jalan untuk mendekatkan diri kepada Tuhan Yang Maha Esa melalui sujud bhakti dengan rasa cinta kasih dan dilakukan dengan pikiran yang terpusat kepada Tuhan (Sutarti, 2019).  Seorang bhakta memuja Tuhan yang Saguna atau berpribadi yang diwujudkan dalam arca atau Pratima. Bukan berarti umat Hindu menyembah patung, sebab tujuan dari perwujudan Tuhan menjadi arca atau pratima adalah sebagai media untuk memusatkan pikiran kepada Sang Pencipta. Dengan demikian pratimadan arca adalah simbol atau gambar yang bukan perwujudan Tuhan yang sesungguhnya karena Tuhan adalah Awikara (tak berubah-ubah).

Berbagai Bentuk Bhakti

Dalam kitab Bhagavata Purana kanda 7 bab 5 sloka 23 diceritakan mengenai seorang penyembah Krsna yang mulia bernama Prahlada yang menguraikan sembilan bentuk bhakti atau nawa vidha bhakti kepada Tuhan yang Saguna. 

Sravanam kirtanam visnah

Smaranam padasevana

Arcanam vandanam dasyam

Sakhyam atmanivedanam

Artinya : bhakti kepada Tuhan Yang Maha Esa (Visnu) dapat dilakukan dengan cara sravanam, kirtana, smaranam, padasevanam, arcanam, vandanam, dasyam, sakhyam dan atmanivedanam.

Berikut adalah bagian-bagian Nawa Widha Bhakti:

  1. Sravanam bhakti : bhakti dengan cara mendengarkan kegiatan-kegiatan tentang Tuhan, mendegarkan pitutur yang baik.
  2. Kirtanam bhakti : bhakti dengan cara melantunkan, menghafalkan lagu-lagu suci atau menyanyikan secara berulang-ulang nama-nama suci Tuhan.
  3. Smaranam bhakti : bhakti dengan cara mengingat-ingat nama dan wujud Tuhan.
  4. Padasevanam bhakti : bhakti dengan cara menyembah kaki padma Tuhan.
  5. Arcanam bhakti : bhakti dengan cara melakukan pemujaan kepada Tuhan melalui arca.
  6. Wedanam bhakti : bhakti dengan cara membaca sloka-sloka di kitab suci weda maupun sastra suci lainnya.
  7. Dasyam bhakti : bhakti dengan cara pengabdian dan pelayanan.
  8. Sakhyam bhakti : bhakti dengan cara mengadakan hubungan dengan Tuhan seperti bersahabat dengan Tuhan.
  9. Atmanivedana bhakti : bhakti dengan cara menyerahkan diri sepenuhnya tanpa mengharapkan apapun dariNya.

Tingkatan Bhakti

Dalam proses pelaksanaannya, ajaran Bhakti dibagi menjadi dua tingkatan yaitu Apara Bhakti dan Para Bhakti. Apara Bhakti adalah cinta kasih yang perwujudannya masih lebih rendah dan dilakukan oleh mereka yang belum mempunyai tingkat kerohanian atau kesucian tinggi. Pada tingkatan ini, manusia melakukan pemujaan dengan menggunakan upacara-upacara yadnya atau sarana-sarana upakara seperti daun, bunga, air, buah. Para Bhakti adalah seseorang yang memuja Tuhan tidak lagi memohon atau mengharapkan balasan dari Tuhan atau Bhakti yang dilakukannya. Pada tingkatan ini manusia melaksanakan bhakti dengan menggunakan mantra dan nyanyian-nyanyian suci atau pujaan (Gunawijaya, 2020).

            Kebanyakan umat Hindu memilih ajaran Apara Bhakti yang pelaksanaannya diwujudkan melalui upacara-upacara yadnya maupun menggunakan upakara. Namun, pemujaan menggunakan upakara maupun mengadakan upacara-upacara yadnya juga termasuk dalam Para bhakti karena dalam pelaksanaan upacara menggunakan lantunan mantra-mantra suci. Hakikatnya berbhakti kepada Tuhan Yang Maha Esa dengan permohonan. Seperti pada kitab Bhagavad Gita Bab IX sloka 22 :

Ananyas cintayanto mam ye janah paryupasate

Tesam nityabhiyuktanam yoga ksamam vahamy aham

Artinya : mereka yang senantiasa berbakti kepada Aku, merenungkan Aku selalu, kepada mereka Aku bawakan segala kebutuhannya dan Kulindungi segala miliknya (Bhagavad Gita oleh Prabhupada).

Sloka diatas memberikan cerminan kepada manusia untuk senantiasa berbakti kepada Tuhan dengan wujud bhakti apapun asalkan bersifat tulus. Dalam tingkatan kerohanian yang tinggi (para bhakti) seorang bhakti tidak melakukan permohonan dengan meminta melainkan permohonan dengan menyerahkan diri sepenuhnya kepada Tuhan Yang Maha Esa (Heriyanti, 2020). Namun meskipun memiliki tingkatan kerohanian yang rendah (para bhakti), manusia sepatutnya melaksanakan bhakti dengan tulus.

Kesimpulan

            Dari pemaparan mengenai bhakti, dapat kita simpulkan bahwa bhakti sangat perlu diaplikasikan untuk memuja Tuhan. Untuk melakukan persembahyangan baik pada hari suci Kuningan, hari suci lainnya maupun persembahyangan biasa tidak ada batasan waktu. Bukan berarti kalimat yang sering diucapkan oleh para orang tua kepada kita ‘sembahyang harus selesai dilaksanakan sebelum pukul 12.00 siang’ ini kita kesampingkan. Tujuan para orang tua berkata seperti ini tidaklah salah. Hal ini untuk membangun kesadaran kepada umat Hindu untuk senantiasa memuja Tuhan atas berkat yang dilimpahkan. Selain itu memberikan semangat kepada kita agar berbhakti dengan tulus, bersikap disiplin terhadap kewajiban diri kepada Tuhan. Dalam ajaran Bhakti memiliki tingkatan yaitu apara Bhakti dan para bhakti. Dari bentuknya terdapat sembilan bentuk atau cara untuk berbhakti atau disebut nawa widha bhakti. Sehingga dalam perayaan hari suci Kuningan, makna bhakti senantiasa diterapkan oleh setiap insan agar memaknai setiap pemujaan atau persembahyangan secara tulus.

Daftar Pustaka

Gunawijaya, I. W. T. (2020). Teologi Seks Dalam Penciptaan Keturunan Suputra. Genta Hredaya, 3(2).

Heriyanti, K. (2020). Bhakti Marga Jalan Menuju Tuhan Dan Mempertahankan Kebudayaan Lokal. Sruti : Jurnal Agama Hindu, 1(1).

Sutarti, T. (2019). Menghayati Ajaran Hindu Ke Dalam Diri (Vol. 24).https://news.okezone.com/read/2017/11/11/340/1812363/meriahnya-hari-suci-kuningan-di-bali-umat-hindu-berbondong-bondong-sembahyang-bersama diakes pada 16 Juni 2022

Share:

administrator