![]()
Denpasar, kmhdi.org – Kepala Departemen Kajian dan Isu (Kajisu) Pimpinan Pusat Kesatuan Mahasiswa Hindu Dharma Indonesia (PP KMHDI), Agus Pebriana, menegaskan bahwa kader KMHDI harus menjadi garda terdepan dalam menjaga Bali dari berbagai persoalan struktural yang kian kompleks. Pernyataan tersebut disampaikan saat membuka kegiatan Lokasabha KMHDI Bali yang digelar di Kantor PHDI Bali, Jumat (26/12).
Agus Pebriana menyoroti kondisi Bali sebagai wilayah dengan luas geografis yang relatif kecil, yakni sekitar 5.590 kilometer persegi, namun memiliki daya tarik global yang sangat besar. Menurutnya, daya tarik tersebut justru menjadikan Bali sebagai arena pertarungan berbagai kepentingan, mulai dari pemodal besar, korporasi, hingga kepentingan politik.
“Alih fungsi lahan di Bali terjadi secara masif, mencapai sekitar 600 hingga 1.000 hektare per tahun. Pembangunan yang tidak terkendali serta komersialisasi ruang hidup masyarakat menjadi ancaman serius bagi keberlanjutan Bali,” ujarnya.
Selain itu, ia juga menyinggung jumlah penduduk Bali yang telah mencapai sekitar 4,32 juta jiwa dan terus mengalami peningkatan. Pertumbuhan tersebut berdampak pada meningkatnya kebutuhan pangan, air bersih, perumahan, dan lapangan kerja, yang tidak selalu sejalan dengan daya dukung lingkungan.
Lebih lanjut, ia menilai adat, tradisi, dan kearifan lokal Bali mulai mengalami pengikisan. Nilai-nilai luhur yang selama ini menjadi fondasi kehidupan masyarakat kerap terpinggirkan oleh kepentingan ekonomi jangka pendek, bahkan tidak jarang budaya hanya diposisikan sebagai komoditas pariwisata.
Persoalan lain yang disoroti adalah keterbatasan sumber daya alam Bali. Menurunnya ketersediaan air tanah, berkurangnya lahan produktif, serta tekanan terhadap ekosistem dinilai berpotensi menimbulkan krisis lingkungan di masa depan jika tidak dikendalikan secara serius.
Di sektor pangan, Bali juga dinilai semakin bergantung pada pasokan dari luar daerah. Ketergantungan tersebut membuat Bali rentan terhadap gejolak harga dan krisis distribusi, meskipun Bali memiliki warisan sistem pertanian subak yang telah diakui dunia.
Melalui Lokasabha ini, Kadep Kajisu menegaskan peran strategis mahasiswa sebagai agen kritik, perubahan, dan solusi. Ia mendorong KMHDI untuk terus menyuarakan pembangunan yang berkeadilan, pelestarian budaya yang substansial, serta kedaulatan sumber daya dan pangan.
“Bali tidak boleh dikorbankan demi kepentingan sesaat. Pembangunan harus berpihak pada keberlanjutan agar Bali tetap lestari, berdaulat, dan bermartabat,” tegasnya.
