![]()
Oleh : I Wayan Agus Pebriana, Anggota Kajian dan Isu PP KMHDI
Tulisan ini merupakan kelanjutan dari tulisan awal saya tentang “Mengapa Kita Harus Membentuk Komisariat Kampus” yang juga dipublis pada KMHDI.org. Dalam tulisan tersebut saya mencoba menjelaskan alasan serta implikasi menguntungkan jika KMHDI membentuk struktur organisasinya dikampus.
Pada kesempatan kedua ini saya ingin kembali menegaskan terkait mengapa kita penting menghadirkan struktur oragnisasi didalam kampus. Terlebih dalam beberapa kesempatan diskusi bersama kader-kader KMHDI wacana terkait bagaimana cara masuk kampus, menguasai pos strategis di kampus, dan menjadi pemimpin politik dikampus terus hadir dan mengemuka.
Terdapat banyak pandangan mengenai strategi KMHDI untuk masuk kedalam kampus dalam rangka mewujudkan agenda KMHDI di kampus : menggait kader mahasiswa Hindu serta menguasai kepemimpinan kampus . Beberapa diantaranya adalah mengirim serta mendorong kader-kader KMHDI untuk aktif dalam organisasi kemahasiswaan dikampus seperti BEM, DPM, dan UKM.
Melalui strategi ini, kader-kader KMHDI yang menduduki pos-pos strategi pada organisasi tersebut atau menjadi pemimpin politik dikampus. Lewat kharismanya yang muncul karena jabatan yang diampunya diharapkan mampu menarik mahasiswa-mahasiswa Hindu untuk masuk kedalam KMHDI.
Strategi lainya adalah dengan cara membuat atau menginisiasi serta mengorganisir sebuah acara atau kegiatan besar (big event) yang tujuanya untuk mengundang seluruh Unit Mahasiswa Hindu di kampus-kampus sebagai partisipan dalam acara. Dengan mengundang mereka diharapkan nama KMHDI semakin dikenal dan populer sehingga membuat para mahasiswa tersebut nantinya masuk KMHDI.
Dua strategi tersebut pada porsi tertentu mengandung kelemahan. Misal pada strategi pertama yang mendorong para kader untuk menempati pos strategis di organisasi kampus. Pertanyaanya tentu, seberapa efektifkah sebuah kharisma untuk menyerap mahsiswa agar masuk KMHDI ?.
Bukankah jabatan diorganisasi kampus hanya berkisar 1 tahun kemudian harus demisioner atau dengan kata lain kharisma dari kader KMHDI yang menjabat hanya bisa bertahan 1 tahun setelah itu perlahan akan sirna. Sehingga bisa saja pada tahun dimana kader KMHDI yang menjabat sebagai pimpinan organisasi kampus melalui kharismanya mampu menarik banyak mahasiswa Hindu masuk kedalam KMHDI. Namun, kondisi yang berbeda akan ditemui ketika kader KMHDI yang menjadi pimpinan organisasi harus lengser akibat masa jabatanya habis.
Begitupun dengan strategi yang kedua. Apakah efektif dengan mengorganisir kegiatan besar untuk menarik mahasiswa Hindu untuk masuk KMHDI ?. Bukankah hal ini sering dilakukan KMHDI ditingkat Daerah ataupun Cabang, yaitu dengan mengajak UKM-UKM untuk bekerjasama dan terlibat dalam kegiatan KMHDI. Tapi ternyata masih saja ada keluhan bahwa setiap MPAB masih sedikit yang terdaftar.
Terlepas dari kelemahan dua strategi ini. Terdapat kekuatan-kekuatan yang membuat dua strategi ini memang wajib dijalankan oleh cabang ataupun daerah (dengan menimbang kondisi material) dalam rangka menggait mahasiswa Hindu. Akan tetapi pertanyaan sampai kapan ?. Tentu dalam konteks ini evaluasi strategi sangat perlu dilakukan secara terus-terus.
Oleh karena itu saya ingin tawarkan komisariat kampus sebagai strategi yang efektif dalam menjawab agenda-agenda KMHDI yang berkeinginan menggait serta memperbesar kuantitas kader, masuk dalam kampus, menguasai kepemimpinan kampus, termasuk juga bagaimana menjaga semangat kader tetap berapi-api di KMHDI.
Komisariat kampus merupakan mesin organisasi KMHDI yang bergerak menjalankan tugas kaderisasi dan organisir ditingkat kampus. Dalam hal ini Komisariat kampus tidak hanya sebagai struktur organisasi di tingkat kampus semata, melainkan mempunyai misi untuk menjaring para mahasiswa Hindu serta mengorganisir mereka seusai dengan agenda-agenda organisasi.
Dengan adanya komisariat kampus sebagai mesin organisasi yang bergerak secara terus menerus ditingkat basis (mahasiswa-kampus). Maka dapat dipastikan komisariat kampus tentu lebih efektif dibandingkan hanya mengandalkan kharisma kader ataupun kegiatan seremonial untuk menggait mahasiswa Hindu.
Sementara, dalam rangka menguasai kepemimpinan kampus. Hal yang perlu disadari oleh KMHDI adalah bahwa menguasai kepemimpinan kampus membutuhkan langkah strategis dan politis. Untuk itu cara pertama adalah bagaimana KMHDI menyusun langkah strategis dan politis tersebut.
Jika dalam penyusunan hanya mengandalkan cabang atau daerah maka tidak akan efektif dan kecenderungan subjektif. Hal ini karena struktur KMHDI ditingkat cabang dapat dikatakan terlalu jauh dengan kampus yang ada pada tingkat basis. Sehingga isu-isu mahasiswa ditingkat kampus cenderung tidak jernih dipandang.
Untuk itulah kita memerlukan struktur yang memang berasal dari tingkat basis kampus, yang hidup ditengah-tengah mahasiswa, dan ikut merasakan dan menyaksikan isu-isu kemahasiswaan yang sedang berlangsung. Hal ini karena menguasai isu adalah langkah strategis dan politis untuk mengambil hati para mahasiswa.
Selain penguasaan terhadap isu, pengorganisiran mahasiswa menjadi langkah strategis dan politis berikutnya yang penting dalam rangka ingin menguasai kampus. Komisariat kampus adalah struktur yang palling efektif untuk melakukan pengorganisiran mahasiswa didalam kampus.
Dengan berdiri langsung dikampus dan ditengah-tengah mahasiswa. Komisariat kampus bisa secara langsung malakukan penggorganisiran mahasiswa dari hari ke hari, melakukan pendidikan, sambil tepat berjuang ditengah-tenaghh mahasiswa.
Dalam konteks ini, jika KMHDI ingin menguasai kepemimpinan kampus, ia harus dituntut untuk selalu menyatu dengan mahasiswa. KMDHI berkewajiban selalu membangkitkan semangat mahasiswa, menjalankan pendidikan penyadarann kepada mahasiswa sehingga melalui aktivitas-aktivitas demikian KMHDI akan mendapatkan posisi didalam hati mahasiswa.
Terakhir, untuk memastikan semangat kader di KMHDI tetap berapi-api, maka yang harus dipahami terlebih dahulu adalah mengapa semangat kader bisa redup di KMHDI ? ada banyak jawaban dan alasan, bahkan masing-masing cabang dan daerah punya jawaban dan alasan tersendiri terkait pertanyaan tersebut.
Namun, dalam pandangan saya, salah satu alasan mendasar adalah jauhnya struktur KMHDI ditingkat cabang atau daerah dengan mahasiswa dikampus. Matsudnya struktur cabang KMHDI yang berposisi ditingkat kabupaten/kota tidak bisa menjadi magnet yang efektif untuk tetap menjaga semangat kader KMHDI yang berada dikampus. Sehingga tak jarang para kader-kader KMHDI lepas entah kemana dan tidak ada kabar, tanpa diketahui oleh pengurus ditingkat cabang.
Berangkat dari itu, kehadiran komisariat kampus ditingakt basis bisa menjadi solusi dimana komisariat akan menjadi magnet baru yang lebih efektif dalam menarik kader-kader KMHDI untuk tetap berada di KMHDI. Alasan tentu jelas karena komisariat kampus berkedudukan dtingkat basis kampus sehingga sangat dekat dengan mahasiswa, bisa mengawasi serta tetap menjadi penarik kader-kader KMHDI secara langsung.
