![]()
Denpasar, kmhdi.org – Sebuah persepsi umum digaung-gaungkan oleh kaum Hindu adalah dharma selalu menang. Bagi saya persepsi ini tidak hanya digaungkan oleh umat ber-Tuhan, kadang para pendosa handal pun juga menggaungkan kata kata ini. Entah karena orang itu menyatakan dirinya tidak berdosa atau memang ingin pamer kalau Tuhan akan melindungi dia. Entahlah, saya tidak akan bahas itu disini.
Ada satu pertanyaan yang kadang terbesit dalam pikiran saya tentang alasan dibalik aturan dharma selalu menang. Menurut kalian mengapa orang-orang yang berada pada jalan dharma itu selalu berjaya? Mengapa adharma selalu tidak berdaya dihadapan dharma? Apakah kawan-kawan punya jawaban dari pertanyaan ini atau malah baru kepikiran juga? Jika seandainya kawan-kawan ingin mengetahui mengapa dharma selalu berjaya ketika berhadapan dengan adharma, saya rasa kawan-kawan perlu membaca penuh tulisan saya ini.
Kita seringkali mendengar dan juga telah membaca cerita kepahlawanan kuno yang menjelaskan bagaimana orang-orang yang selalu berada dalam kebenaran (dharma) selalu saja berjaya ketika berhadapan dengan ketidakbenaran (adharma). Para Pandawa contohnya ketika di medan Kurukshetra tetap saja menang walaupun secara kekuatan militer para Pandawa masih kalah jauh dengan kekuatan militer Kurawa.
Kebenaran selalu berjaya karena dibalik kebenaran selalu ada Tuhan yang membantu orang-orang yang ada dijalan tersebut. Dijelaskan dalam kitab Bhagavad Gita Adhaya 4 Sloka 7
yadā yadā hi dharmasya
glānir bhavati bhārata
abhyutthānam adharmasya
tadātmānaṁ sṛjāmy aham
Artinya :
Kapan pun dan di mana pun pelaksanaan dharma merosot dan hal-hal yang bertentangan dengan dharma merajalela—pada waktu itulah Aku Sendiri menjelma, wahai putera keluarga Bhārata.
Selanjutnya dijelaskan lebih detail lagi dalam sloka selanjutnya
paritrāṇāya sādhūnāṁ
vināśāya ca duṣkṛtām
dharma-saṁsthāpanārthāya
sambhavāmi yuge yuge
Artinya :
Untuk menyelamatkan orang saleh, membinasakan orang jahat dan untuk menegakkan kembali prinsip-prinsip dharma, Aku sendiri muncul pada setiap jaman.
Tuhan Yang Maha Kuasa, pemilik semua alam yang ada adalah hakim atas segala perkara. Dan disaat yang bersamaan Tuhan sendiri telah menyatakan bahwa untuk melindungi dharma, Tuhan pun bersedia untuk turun ke dunia demi melenyapkan adharma. Tentu siapapun yang dibantu oleh Tuhan, pasti selalu berjaya atas segala kesusahan.
Orang yang berjalan dalam perbuatan dharma selalu dilindungi oleh Tuhan Yang Maha Kuasa. Tentu alasannya adalah karena dharma merupakan jalan menuju pada kebahagiaan. Tuhan menginginkan umatnya bahagia dan tentram, untuk itu Ia melindungi orang-orang yang selalu berada pada jalan dharma.
Terlepas dari alasan tersebut, terkadang kita pun bingung, sebenarnya inti dari perbuatan berlandaskan dharma itu seperti apa? Banyak orang yang setuju bahwa berbohong bukanlah perbuatan dharma, namun ada juga berbohong yang dibenarkan. Terkadang kita juga selalu bingung tentang ajaran ahimsa. Kita diajarkan untuk tidak membunuh (ahimsa) namun disisi lain ada ritual keagamaan kita yang selalu disuguhi dengan adegan pembunuhan hewan untuk korban suci yadnya. Lalu yang mana sebenarnya kegiatan berlandaskan dharma itu? Untuk menjawab pertanyaan tersebut kitab Bhagavata Purana Skanda 1 Adhaya 2 Sloka 6 menyatakan
sa vai puṁsāṁ paro dharmo
yato bhaktir adhokṣaje
ahaituky apratihatā
yayātmā suprasīdati
Artinya :
Dharma tertinggi bagi seluruh umat manusia adalah yang dengannya manusia dapat mencapai bhakti yang penuh kasih kepada Tuhan. Bhakti yang demikian haruslah tidak termotivasi dan tidak terputus-putus agar dapat memuaskan diri sepenuhnya.
Disebutkan juga dalam kitab yang sama Skanda 6 Adhaya 3 Sloka 22
etāvān eva loke ’smin
puṁsāṁ dharmaḥ paraḥ smṛtaḥ
bhakti-yogo bhagavati
tan-nāma-grahaṇādibhiḥ
Artinya :
Bhakti, yang dimulai dengan mengucapkan nama suci Tuhan, adalah prinsip dharma tertinggi bagi makhluk hidup dalam masyarakat manusia.
Dari sloka diatas dapat disimpulkan bahwa dharma tertinggi umat manusia adalah berbhakti kepada Tuhan Yang Maha Kuasa. Artinya mau tidak mau kehidupan manusia haruslah mengabdi kepada Tuhan (melaksanakan Bhakti). Sloka diatas juga divalidasi oleh kitab lain seperti Bhagavad Gita 18.66 yang berbunyi :
sarva-dharmān parityajya
mām ekaṁ śaraṇaṁ vraja
ahaṁ tvāṁ sarva-pāpebhyo
mokṣayiṣyāmi mā śucaḥ
Artinya :
Tinggalkanlah segala jenis dharma dan hanya menyerahkan diri kepada-Ku. Aku akan menyelamatkan engkau dari segala reaksi dosa. Jangan takut.
Dari sini kita dapat menyimpulkan bahwa setiap umat manusia wajib hukumnya untuk mengabdi kepada Tuhan. Pengabdian kepada Tuhan Yang Maha Kuasa merupakan dharma yang tidak boleh kita tinggalkan apapun alasannya.
Ditulis oleh :
Kabid Litbang PC KMHDI Denpasar 2023-2025
I Gede Panca Kusuma Ramadi
