SEKRETARIAT PIMPINAN PUSAT KMHDI

Sekretariat Operasional (Surat Menyurat):
Jalan Kakatua Blok AA No. 14 Perumahan Cipinang Indah II, Kelurahan Pondok Bambu, Kecamatan Duren Sawit Jakarta Timur 13430
* Fax. : 021 – 86600779
Sekretariat Domisili :
Jalan Anggrek Nelly Murni Blok A No. 03, RT/RW 02/03 ,
Kelurahan Kemanggisan, Kecamatan Palmerah – Jakarta Barat 11480

Loading

Palangkaraya, kmhdi.org – Kehidupan masyarakat selalu mengalami perubahan, baik itu ke arah negatif maupun positif. Perubahan sosial merupakan bagian dari perubahan kebudayaan. Salah satu aspek perubahan sosial adalah perubahan dalam bidang agama, di mana sistem kepercayaan satu beralih atau berpindah ke kepercayaan yang lain.

Agama mengandung nilai-nilai yang penting untuk diikuti karena memiliki makna dan fungsi dalam kehidupan sosial. Agama adalah kebutuhan hidup yang dipenuhi melalui interaksi antarumat beragama. Manusia menggunakan ajaran dan nilai agama sebagai salah satu cara untuk memvalidasi kebenaran. Selain itu, dalam kehidupan modern, pemerintah atau negara seringkali menjadikan nilai dan ajaran agama tertentu sebagai dasar kehidupan masyarakat dan negaranya. Dalam kehidupan sosial, kebenaran agama terkadang menjadi doktrin atau dogma yang tidak dapat ditolak, yang kemudian menimbulkan fanatisme di antara penganut agama tertentu. Ajaran dan nilai agama tersebut memiliki kekuasaan atau dominasi atas nilai-nilai kehidupan, norma, atau kebudayaan kelompok masyarakat tertentu.

Indonesia adalah negara multikultural, yang berarti memiliki beragam budaya, agama, suku, dan bangsa. Kesadaran beragama dalam masyarakat sangat penting. Sikap untuk menumbuhkan toleransi, menghargai, dan menghormati pemeluk agama yang berbeda harus dipelihara. Hidup dalam keberagaman membuat seseorang menyadari bahwa sikap superioritas tidak bermanfaat. Tuhan mengasihi semua manusia tanpa kecuali. Oleh karena itu, sesama manusia seharusnya dapat menjadi sahabat meskipun berbeda agama.

Hegemoni agama melahirkan diskriminasi agama antara pemerintah dan kelompok agama. Melalui kebenaran nilai-nilai agama, misionaris agama melakukan justifikasi/pembenaran terhadap agama yang dianutnya. Kenyataan tersebut memperlihatkan bagaimana agama, melalui pernyataan kebenaran agamanya, mendominasi dan memojokkan agama/kepercayaan lain. Padahal, secara tegas hak-hak menjalankan agama atau kepercayaan dijamin bagi semua pemeluk agama Pemeluk agama dan negara melalui tafsir kebenarannya telah mengasingkan manusia lainnya, menafikan sisi spiritualitas yang dimiliki setiap manusia.

Bagi manusia, agama sangat penting dan menjadi kebutuhan yang tidak dapat dipisahkan. Sepanjang sejarah, agama telah memberikan kedamaian bagi jiwa yang haus dan lapar akan ketenangan batin, sehingga manusia sering melakukan perbaikan dalam aspek keagamaan. Contoh konkret adalah peningkatan kuantitas dan kualitas ibadah serta perbaikan sikap dalam kehidupan sehari-hari. Prinsip ketuhanan yang tercantum dalam UUD 1945 mencerminkan pengakuan terhadap agama, sehingga masalah yang timbul akibat konversi agama menjadi permasalahan antara negara dan masyarakatnya, Dalam hal ini, negara memberikan perlindungan dan keadilan jika terjadi hal negatif terhadap pelaku konversi agama. Masyarakat juga diajak untuk memahami pentingnya saling menghargai dan menghormati, sehingga dapat menghindari tindakan

kekerasan, diskriminasi, dan hal-hal yang merugikan atau memberatkan pelaku konversi tersebut.

Konversi agama merupakan suatu fenomena yang tidak baru Proses perpindahan keyakinan sudah sering terjadi belakangan ini Bahkan, sejak dahulu, seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, fenomena konversi agama yang terjadi pada masa sekarang bermacam-macam. Tentu hal ini didukung oleh adanya gejala sosial yang merambat masuk lalu memengaruhi kejiwaan seseorang. Adanya lebih dari satu agama besar dan aliran atau sekte-sekte pada agama tertentu juga membuat fenomena konversi agama beragam. Di desa buntut bali, kasus konversi agama tidak susah untuk ditemukan. Seringkali dijumpai pemeluk agama Hindu Kaharingan berpindah menjadi pemeluk agama Kristen Protestan Kasus konversi agama tidak hanya membuat pelakunya berpindah agama Kadang-kadang yang terjadi ialah peningkatan keyakinan terhadap agama yang akan dipeluknya. Hal itu disebabkan oleh suatu tekanan batin yang justru membuat pelaku berubah sikap dari yang awalnya tidak acuh terhadap ajaran agama misionaris Kristen lalu menjadi taat dan turun ke gereja. Kasus ini terjadi di desa buntut bali Kasus konversi agama tidak sekali dua kali ditemukan. Mayoritas pemeluk agama Kristen Protestan dikenal dengan ketaatannya beribadah di gereja dan aktifnya misionaris/umat untuk menarik umat lain berpindah keyakinan.

Para misionaris mencari peluang untuk mendekati masyarakat yang menganut agama Hindu Kaharingan. Didesa buntu bali, misionaris Kristen aktif dalam upaya penyebaran ajaran Kristen Protestan. Banyak orang mengubah agama mereka dengan berbagai alasan, termasuk karena perkawinan campuran di mana salah satu pasangan yang awalnya menganut agama Hindu Kaharingan mengikuti agama Kristen Protestan pasangannya. Alasan lain termasuk faktor ekonomi, yang sering kali menjadi faktor yang mempengaruhi keputusan konversi agama.

Konversi agama yang disebabkan oleh masalah ekonomi sering kali menjadi topik yang diperbincangkan. Misionaris Kristen Protestan berusaha meyakinkan individu untuk mengadopsi agama mereka dengan menyoroti masalah-masalah yang dianggap penting dalam kehidupan dan kematian. Beberapa masyarakat Hindu Kaharingan kemudian beralih keyakinan karena terpengaruh oleh upaya persuasi dari misionaris tersebut. Kritik terhadap ritual kematian seperti tiwah, yang dianggap memerlukan pengeluaran yang besar, menjadi salah satu faktor pendorong bagi sebagian masyarakat Hindu Kaharingan yang berada dalam kondisi ekonomi rendah untuk melakukan konversi agama.

Penyebab Konversi Agama Pada Masyarakat Hindu Kaharingan Didesa Buntut Bali

Proses konversi agama atau perubahan sikap seseorang terhadap agama yang dianutnya menunjukkan bahwa masih ada kekurangan dalam pemahaman atau praktik agamanya. Konversi atau perpindahan keagamaan seseorang tidak hanya terjadi secara spontan, tetapi dipengaruhi oleh faktor-faktor yang melatarbelakangi dan menyebabkannya. Berikut ini adalah beberapa faktor dan alasan mengapa masyarakat Hindu Kaharingan melakukan konversi agama dari Hindu Kaharingan ke agama Kristen di desa buntut bali.

1)Pengaruh Ekonomi

Faktor ekonomi merupakan salah satu penyebab masyarakat Hindu Kaharingan di Desa Buntut Bali beralih agama Kondisi sosial ekonomi yang sulit dan mendesak akan kebutuhan pangan sehari- hari serta kebutuhan sandang menimbulkan dampak negatif dalam hidup. Perasaan kemiskinan yang masuk ke dalam jiwa dan kehidupannya akan memunculkan konflik jiwa dalam dirinya. Keadaan ekonomi yang lemah membuat misionaris Kristen bisa menanamkan nilai-nilai baru dengan menawarkan berbagai bantuan untuk menunjang kehidupan ekonomi masyarakat Hindu Kaharingan.

Misionaris Kristen di Desa Buntut Bali merupakan orang yang rata-rata mampu secara finansial sehingga tidak sulit bagi mereka untuk membantu masyarakat Hindu Kaharingan yang kondisi sosial ekonominya lemah. Walaupun para misionaris tidak mengakui kebaikan tersebut dimaksudkan untuk mengonversi masyarakat Hindu Kaharingan, banyak masyarakat Hindu Kaharıngan yang melakukan konversi agama setelah menerima bantuan, terutama yang berhubungan dengan finansial. Hal tersebut dinyatakan oleh salah satu pelaku konversi agama didesa Buntut Bali, “Saya melakukan konversi agama bukan karena dibujuk atau dipaksa, tetapi merupakan kemauan dari dalam diri saya sendiri karena saya hidup sebatang kara dan tidak ada orang lain yang dapat membantu saya jika dalam keadaan mendesak Selama ini hanya mereka (misionaris Kristen) yang berani meminjami saya uang jika saya lagi perlu.” Pernyataan tersebut di atas menunjukkan bahwa pelaku konversi agama menyatakan bahwa dia melakukan konversi agama bukan karena dibujuk atau dipaksa, melainkan kemauan dari dalam dirinya sendiri Hidup sendiri akan sangat sulit dijalani jika suatu saat mengalami masalah seperti sakit atau sekadar menopang kehidupannya sehari-hari. Dia merasa hanya mereka (misionaris Kristen) yang selalu ada ketika dia berada dalam masalah ekonomi. Masyarakat Hindu Kaharingan yang bernasib kurang beruntung secara ekonomi kurang mendapat perhatian dari masyarakat Hindu Kaharingan di sekitarnya. Ketika mendapat bantuan dari masyarakat non-Hindu, masyarakat Hindu Kaharingan perlahan-lahan mulai untuk melakukan konversi agama. Masyarakat Kristen di Desa Buntut Bali yang memiliki iman yang kokoh pada ajaran agamanya, serta kestabilan ekonomi yang kuat, menjadi target utama bagi misionaris Kristen dalam usaha mereka untuk mengonversi mereka ke agama Kristen.

Individu Hindu Kaharingan yang mengalami kesulitan ekonomi cenderung lebih mudah menerima agama yang menawarkan harapan untuk kehidupan dunia yang lebih baik. Kehidupan sehari-hari yang membutuhkan kebutuhan dasar seperti sandang dan pangan dapat mempengaruhi keyakinan mereka. Ketika keadaan ekonomi keluarga membaik, kehidupan anggota keluarga juga terjamin secara finansial. Sebaliknya, jika ekonomi keluarga memburuk, kesejahteraan anggota keluarga juga ikut terganggu. Faktor ekonomi merupakan salah satu pertimbangan utama bagi masyarakat Hindu Kaharingan yang memutuskan untuk berpindah agama dari Hindu Kaharingan ke Kristen. Ketidakstabilan ekonomi, terutama disebabkan oleh anggota keluarga yang sakit, berdampak besar pada kehidupan keluarga. Kondisi sosial ekonomi yang buruk juga dapat menimbulkan dampak negatif yang signifikan dalam kehidupan sehari-hari mereka.

2)Pengaruh Ajakan

Orang-orang yang sedang mengalami krisis emosional cenderung lebih terbuka terhadap ajakan, saran, atau bujukan dari pihak lain, terutama jika ada janji akan pembebasan dari penderitaan atau kesulitan batin yang mereka alami. Mereka yang sedang menghadapi kegelisahan atau krisis emosional cenderung merindukan pembebasan dari penderitaan yang mereka alami. Dalam situasi ini, misionaris sering mengunjungi individu yang mulai meragukan keyakinan mereka karena berbagai alasan, seperti masalah ekonomi, masalah dalam keluarga, persoalan pribadi, dan pertimbangan moral. Misionaris datang dengan membawa nasihat, bujukan, dan bantuan praktis yang dapat menarik simpati dari orang- orang yang sedang mengalami krisis tersebut. Mereka mencari pedoman baru yang sangat dibutuhkan dalam momen tersebut.

Peristiwa konversi agama terjadi karena ajakan dan pengaruh persuasif. Awalnya, ini mungkin hanya bersifat permukaan dan belum sampai pada perubahan yang mendalam atau transformasi kepribadian. Ajakan atau pengaruh seseorang kepada individu lain dengan cara tertentu merupakan strategi yang digunakan oleh misionaris dalam usahanya untuk mengkonversi masyarakat Hindu Kaharingan di Desa Buntut Bali. Salah satu pernyataan teman saya yang melakukan konversi agama ia menyatakan, “Alasan saya memutuskan untuk berpindah agama ke Kristen dimulai ketika saya masih SMA dan tinggal bersama tante yang beragama Kristen. Meskipun saya aktif dalam kegiatan keagamaan Hindu Kaharingan saat itu dan saya rajin sekali membaca kitab suci agama Hindu Kaharingan, perubahan terjadi ketika saya mulai membaca buku-buku renungan Kristen yang ada di rumah tante saya. Bahasa yang digunakan dalam bacaan Kristen tersebut sangat mudah saya pahami, dan renungan-renungan di dalamnya memberikan solusi untuk menjalani kehidupan sehari-hari yang tidak saya temukan dalam ajaran Hindu Kaharingan. Hal tersebut membuat saya semakin yakin untuk beralih ke agama Kristen.”

Dari pernyataan di atas dapat disimpulkan bahwa konversi agama masyarakat Hindu Kaharingan sering kali dipengaruhi oleh karakteristik pribadi seseorang yang berperan penting dalam perkembangan spiritual dan mendorong keputusan untuk berpindah agama. Proses konversi agama melibatkan perubahan batin yang sangat fundamental dalam kehidupan seseorang. Konversi agama yang terjadi secara spontan dapat mengubah pola hidup yang telah lama terbentuk menjadi pola hidup yang baru. Perubahan dalam pandangan hidup yang dipicu oleh energi spiritual yang mempengaruhi pusat jiwa seseorang juga memengaruhi aspek-aspek kognitif, afektif/konatif, dan psikomotorik yang tercermin dalam motivasi, sikap, dan perilaku individu. Dengan terjadinya konversi agama, individu tersebut dapat mengembangkan persepsi baru yang membentuk sikap, motivasi, dan perilaku keagamaan dalam kehidupannya.

Upaya Pendidikan Untuk Memperkuat Sradha Dan Bhakti Masyarakat Hindu Kaharingan Di Desa Buntut Bali

Pendidikan pada hakikatnya bukan sekadar tentang mengajarkan individu untuk mencari kekayaan. Tujuan utama pendidikan adalah untuk membantu individu mencapai kebahagiaan baik secara jasmani maupun rohani. Perilaku yang selalu mencerminkan

nilai-nilai agama yang mulia dapat membantu mencapai tujuan hidup yang bahagia. Memahami agama harus dimulai dengan keyakinan yang berasal dari dalam diri sendiri. Keyakinan ini dapat diperoleh melalui pembelajaran dan pengamalan ajaran agama, yang melibatkan tindakan, kata-kata, dan pemikiran. Upaya pendidikan untuk memperkuat sradha (kepercayaan spiritual) dan bhakti (pengabdian) masyarakat Hindu Kaharingan di Desa Buntut Bali mengadopsi metode pembelajaran agama Hindu yang dikenal sebagai Sad Dharma. Penerapan Sad Dharma tidak hanya diterapkan oleh lembaga pendidikan keagamaan Hindu, tetapi juga oleh lembaga pendidikan formal yang biasanya dipandu oleh guru agama Hindu di sekolah atau masyarakat yang memiliki pengetahuan di bidang agama. Sad Dharma pada dasarnya merupakan metode pembelajaran efektif untuk meningkatkan sradha dan bhakti serta menanamkan nilai-nilai agama bagi masyarakat Hindu Kaharingan di desa buntut bali, yang masih dipegang teguh oleh sebagian besar penduduk setempat. Selain diterapkan dalam pembelajaran agama Hindu secara formal dan informal, Sad Dharma juga sering digunakan dalam ritual keagamaan. Metode Sad Dharma yang dilakukan dalam kegiatan pasraman di Balai Basarah Hindu Kaharingan di Desa Buntut Bali sebagai berikut seperti: Dharma Wacana, Dharma Tula, Dharma Gita, Dharma Yatra, Dharma Sadhana, dan Dharma Santih.

Kesimpulan

Misionaris Kristen memainkan peran yang sangat signifikan dalam proses konversi agama masyarakat Hindu Kaharingan di Desa Buntut Bali. Dengan berbagai strategi dan pendekatan yang terstruktur, misionaris Kristen berhasil mempengaruhi keyakinan spiritual masyarakat Hindu Kaharingan. Pendekatan personal menjadi salah satu metode yang paling efektif, di mana misionaris secara langsung berinteraksi dengan individu, memberikan dukungan moral, dan menawarkan solusi atas permasalahan sehari-hari yang mereka hadapi. Keadaan ekonomi yang sulit di Desa Buntut Bali menjadi faktor utama yang memudahkan proses konversi ini. Misionaris Kristen seringkali datang dengan bantuan ekonomi yang sangat dibutuhkan oleh masyarakat setempat. Mereka menawarkan bantuan finansial, makanan, pakaian, dan dukungan lainnya yang langsung menyentuh kebutuhan dasar masyarakat. Bantuan ini tidak hanya memperbaiki kondisi kehidupan masyarakat secara langsung tetapi juga menumbuhkan rasa terima kasih dan simpati yang besar terhadap misionaris. Keguncangan batin juga menjadi faktor yang signifikan dalam konversi agama. Masyarakat yang mengalami kegelisahan batin atau masalah emosional cenderung lebih mudah dipengaruhi oleh ajakan dan sugesti dari misionaris. Dalam keadaan tersebut, janji akan kedamaian batin dan solusi spiritual yang ditawarkan oleh misionaris Kristen sangat menarik bagi mereka yang sedang mencari pelarian dari penderitaan batin. Misionaris memberikan nasihat, dukungan moral, dan bantuan spiritual yang membantu meredakan keguncangan batin, sehingga membuat ajaran Kristen menjadi lebih menarik dan relevan. Proses konversi agama ini seringkali dimulai dengan ajakan dan sugesti yang dangkal namun kemudian berkembang menjadi perubahan keyakinan yang mendalam. Misionaris juga menggunakan berbagai metode komunikasi untuk menyampaikan ajaran Kristen, termasuk melalui literatur, diskusi kelompok, dan kegiatan keagamaan yang melibatkan partisipasi aktif masyarakat. Melalui pendekatan ini, masyarakat Hindu Kaharingan mulai mempelajari dan memahami ajaran Kristen, yang

akhirnya mengarah pada perubahan keyakinan spiritual mereka. kegiatan yang dilakukan oleh misionaris juga berperan penting dalam memperkuat konversi agama. Misionaris sering mengadakan kegiatan keagamaan yang menarik partisipasi masyarakat, seperti perayaan Natal. Kegiatan ini tidak hanya menjadi sarana untuk menyebarkan ajaran Kristen tetapi juga menciptakan rasa kebersamaan dan solidaritas di antara para peserta. Selain itu, misionaris Kristen juga memanfaatkan media dan teknologi untuk menyebarkan ajaran mereka. Dengan menggunakan media sosial, situs web, dan platform digital lainnya, mereka dapat menjangkau masyarakat yang lebih luas dan menyampaikan pesan-pesan keagamaan dengan cara yang menarik dan mudah diakses. Ini membantu memperkuat pengaruh mereka dan menarik lebih banyak orang untuk mempelajari ajaran Kristen. Secara keseluruhan, misionaris Kristen berhasil memainkan peran kunci dalam mengkonversi agama masyarakat Hindu Kaharingan di Desa Buntut Bali melalui kombinasi pendekatan personal, bantuan ekonomi, dukungan moral, dan pemanfaatan teknologi. Upaya mereka yang terstruktur dan penuh empati berhasil menciptakan perubahan mendalam dalam keyakinan spiritual dan kehidupan sehari-hari masyarakat setempat. Proses konversi ini mencerminkan dinamika kompleks dari interaksi antaragama dan menunjukkan bagaimana berbagai faktor sosial, ekonomi, dan spiritual dapat mempengaruhi perubahan keyakinan dalam masyarakat.

 

Disusun Oleh : Beny Saputra (Kabid DDI PC KMHDI Palangkaraya) 

Share:

administrator