SEKRETARIAT PIMPINAN PUSAT KMHDI

Sekretariat Operasional (Surat Menyurat):
Jalan Kakatua Blok AA No. 14 Perumahan Cipinang Indah II, Kelurahan Pondok Bambu, Kecamatan Duren Sawit Jakarta Timur 13430
* Fax. : 021 – 86600779
Sekretariat Domisili :
Jalan Anggrek Nelly Murni Blok A No. 03, RT/RW 02/03 ,
Kelurahan Kemanggisan, Kecamatan Palmerah – Jakarta Barat 11480

Loading

Oleh :

Ni Komang Deviana, S.Par

Kader PC KMHDI Buleleng

Sangkuni dalam kisah Mahabharata digambarkan sebagai tokoh yang licik dan penuh intrik. Dengan kecerdikannya, ia mampu memainkan peran kunci dalam berbagai konflik, bahkan seringkali menggunakan taktik yang curang dalam mengeksploitasi kesalahan orang lain untuk keuntungannya sendiri. Karakternya mencerminkan sisi gelap dan manipulatif dalam kisah tersebut, hingga menjadi penyebab beberapa tragedi dalam perjalanan Mahabharata. Karakter Sangkuni membentuk gambaran yang kompleks dan gelap, dijelaskan sebagai individu licik yang cerdas dan terampil dalam menyusun intrik, seringkali memanfaatkan kelemahan dan kesalahan orang lain untuk mencapai tujuannya yang seringkali tidak berm0oral, memberikan dimensi konflik dan tragedi yang mendalam dalam naratif keseluruhan kisah Mahabharata.

.

Sebagai salah satu bagian dari keluarga Kaurava, Sangkuni memiliki kedekatan keluarga yang seharusnya menjadi dasar kepercayaan. Namun ironisnya, ia menggunakan hubungan tersebut sebagai alat untuk menghancurkan saudara-saudaranya sendiri. Ciri khasnya yang licik dan tanpa belas kasihan menciptakan ketegangan yang terus tumbuh dalam alur cerita Mahabharata, menciptakan pertanyaan moral tentang batas-batas keadilan dan kebenaran. Tergambar dalam perannya sebagai penasehat Duryodhana, Sangkuni merancang berbagai strategi kotor untuk memastikan keunggulan Kaurava dalam pertempuran melawan Pandava. Salah satu taktiknya yang paling terkenal adalah permainan dadu yang sangat dipertanyakan, di mana ia berhasil memanipulasi situasi sehingga Pandava kehilangan kerajaan dan bahkan kesempatan hidup mereka sendiri. Keberhasilannya dalam mengeksploitasi perasaan benci dan iri diantara “para saudara” tersebut menciptakan dasar terjadinya pertempuran besar.

.

Kelicikan Sangkuni tidak hanya terbatas pada medan perang, melainkan juga terbentang ke ranah politik. Dalam berbagai dialog dan pertemuan, ia terlibat dalam intrik-intrik kompleks yang membentuk nasib keluarga Kuru. Penggambaran gaya bahasanya yang tajam dan penuh sindiran memberikan dimensi tambahan pada karakternya, menciptakan aura ketidakpastian dan ketegangan dalam setiap kisah di mana ia muncul. Kehadiran Sangkuni tidak hanya menjadi penggerak plot, tetapi juga cerminan dari sisi gelap manusia, menimbulkan pertanyaan filosofis tentang moralitas dan etika. “Apakah tindakannya yang curang dan kejam diilhami oleh dendam pribadi atau oleh ambisi tak terbatas?.”. Pertanyaan-pertanyaan semacam ini menyiratkan kompleksitas karakternya, mengeksplorasi aspek-aspek gelap dalam diri manusia yang dapat muncul di tengah konflik dan persaingan. Dalam akhir cerita Mahabharata, peran Sangkuni mencapai puncaknya saat ia terlibat dalam perang besar di Kurukshetra. Meskipun kecerdikannya memberikan keuntungan sementara bagi Kaurava, akhirnya Sangkuni menghadapi kehancuran dan kematian tragis. Meskipun ia memainkan peran antagonis dam memberikan warna yang mendalam pada kisah Mahabharata, membuktikan bahwa dalam setiap cerita, bahkan karakter dengan sisi gelapnya sendiri dapat menimbulkan refleksi dan pemahaman yang mendalam tentang kompleksitas manusia.

.

Dalam ajaran kepemimpinan, kita dapat mengambil pelajaran moral yang relevan dari karakter Sangkuni. Pertama, penting untuk menghindari taktik curang dan intrik dalam sikap kepemimpinan. Kecerdikan seharusnya digunakan untuk memajukan kebaikan bersama dan bukan untuk kepentingan pribadi bahkan merugikan orang lain. Kedua, integritas dan moralitas memainkan peran krusial dalam membentuk kepemimpinan yang efektif. Sifat licik dan manipulatif Sangkuni menciptakan ketidakstabilan dan ketidakpercayaan di antara anggota keluarga Kuru, memberikan pelajaran bahwa kejujuran dan moralitas membangun dasar yang kuat untuk kepemimpinan yang berkelanjutan. Selain itu, Sangkuni juga mengingatkan kita tentang bahaya dari ambisi yang tidak terkendali. Pemimpin harus memiliki visi yang positif dan tujuan yang jelas, tetapi ambisi yang berlebihan dan tidak terkontrol dapat mengakibatkan tindakan curang dan merugikan. Dengan demikian, moral yang dapat diambil dari sifat Sangkuni dalam implementasi ajaran kepemimpinan adalah pentingnya etika, kejujuran, dan pengendalian diri bagi seorang pemimpin. Kepemimpinan yang berlandaskan pada nilai-nilai positif ini cenderung memberikan dampak yang lebih baik dan berkelanjutan bagi yang dipimpinnya^^

.

Share:

administrator