Badung, kmhdi.org – Dewasa ini kita sering dihebohkan dengan berita-berita di sosial media tentang bisnis yang dilakukan oleh bule di Bali yang mengikis potensi mata pencaharian masyarakat lokal. Masifnya pembangunan villa hingga pusat hiburan berdampak pada semakin menyempitnya lahan yang bisa dikelola masyarakat lokal untuk dijadikan potensi pendapatan masyarakat Bali. Apalagi bagi masyarakat Bali yang mayoritas beragama Hindu yang sangat bergantung pada hasil pertanian untuk mencukupi kebutuhan bebantenan.
Secara kasat mata kita bisa melihat masyarakat Hindu di perkotaan di Bali terlihat hidup berkecukupan, namun bagaimana dengan nasib masyarakat Hindu di Desa?. Dengan kondisi ekonomi pariwisata yang tidak stabil dan masifnya alih fungsi lahan pertanian, masyarakat desa generasi sekarang kesulitan untuk mengelola sisa-sisa lahan yang ada untuk dijadikan usaha karena mindset yang telah dibangun oleh generasi-generasi sebelumnya adalah jalan kesejahteraan melalui pekerjaan bidang pariwisata.
Bali tidak bisa 100 persen bergantung pada pariwisata, terbukti pada masa covid-19. Sehingga untuk membangun masyarakat yang sejahtera dibutuhkan adanya suatu pemerataan ekonomi di setiap desa. Tentu pemerataan bukanlah sebuah penyeragaman yang mengabaikan corak ekonomi suatu desa. Misalnya di suatu desa tersebut secara geografis adalah daerah dengan budaya subak (pertanian), maka pemerataan yang diperlukan adalah adanya dukungan dari sisi teknologi, dan kuota pembelian dengan harga yang stabil. Dengan menghimpun data-data yang ada di setiap desa, KMHDI bisa menyusun suatu kajian untuk pemetaan sentra-sentra produksi yang mampu menjadi penghasilan masyarakat desa secara kolektif untuk meningkatkan taraf ekonominya.
Namun, semua inovasi dan pemerataan akan menjadi sia-sia ketika generasi mudanya enggan berwirausaha
Di Tangan KMHDI, Pertanian Bisa Jadi Jalan Kemandirian Ekonomi Umat
Alih fungsi lahan bisa terjadi terus-menerus karena banyak anak muda yang lebih memilih bekerja di sektor formal atau pariwisata dan enggan mengelola tanah warisan keluarganya. Padahal, jika dikelola dengan baik dan dikembangkan melalui pendekatan modernisasi, inovasi di bidang pertanian, lahan tidak produktif warisan keluarga dapat menjadi jalan menuju kemandirian ekonomi keluarga dan masyarakat sekitarnya.
Walaupun kondisinya seperti disebutkan diatas, KMHDI harus berani mengambil peran menjadi motor penggerak perubahan untuk mendorong generasi muda Hindu agar mau kembali melihat pertanian sebagai sektor strategis di masa mendatang. Sebagai wadah kaderisasi mahasiswa Hindu, KMHDI memiliki peran penting untuk membangun kesadaran, memberikan edukasi, dan menghadirkan solusi bagi krisis pertanian dan menurunkan angka kemiskinan umat.
KMHDI dappat merancang program seperti pelatihan pertanian modern, pengolahan hasil tani menjadi produk kreatif, hingga pemasaran digital. Dengan pendekatan kearifan lokal seperti Tri Hita Karana, sistem Subak dan semangat gotong-royong, pertanian tidak hanya menjadi sarana mencari nafkan, melainkan juga bentuk pengabdian dan pelestarian budaya Hindu Bali.
Berfokus dalam membangun kesadaran bertani ini sejalan dengan arah pemerintahan hari ini yang menggaungkan wacana ‘hilirisasi sektor produksi’ dimana produk-produk pertanian adalah bahan baku yang menjadi hulu dan produk-produk kreatif turunannya. Beberapa hal sederhana yang bisa dilakukan KMHDI untuk membangun kesadaran generasi muda untuk bertani diantaranya:
- Pelatihan pertanian organik dan hidroponik dengan langsung turun ke kawasan pertanian
- Pelatihan pengolahan hasil tani menjadi produk bernilai
- Pelatihan pemasaran produk di platform digital
- Membangun komunitas Tani Muda Bali sebagai wahana kolaborasi antara KMHDI, Petani, UMKM, dan Pemerintah.
Dengan memadukan teknologi, semangat gotong royong, serta nilai-nilai Hindu, langkah ini diharapkan menjadi langkah nyata KMHDI dalam menurunkan angka kemiskinan dan memperkuat ekonomi masyarakat Hindu secara berkelanjutan.
Membangun Kelompok Wirausaha Muda, KMHDI Yang Buka Aksesnya
Masalah utama generasi muda enggan memulai suatu wirausaha adalah karena pengaruh sosial media yang terus menampilkan estetika visual sehingga terbentuk gengsi tinggi dalam mengekspektasikan sebuah usaha. Gengsi ini akan dapat teratasi apabila generasi muda memulai suatu usaha dengan bersama-sama, saling membantu, dan tentunya didampingi oleh yang senior dalam dunia usaha.
Semua ini adalah hal yang sangat mungkin KMHDI lakukan dengan segala akses yang dimilikinya. Hal yang perlu dievaluasi adalah bahwa KMHDI cenderung membangun akses dengan tujuan yang praktis, seperti menyebar proposal dana kegiatan dan mengundang pejabat ke acara seremonial, sehingga secara tidak sadar yang terbangun dalam keseharian diskusi KMHDI adalah diskusi tentang akses politik.
Jika KMHDI membentuk kelomppok yang diisi oleh anggota KMHDI yang memiliki minat wirausaha, secara tidak langsung ini akan membangun budaya berdiskusi tentang kewirausahaan. Dengan sedikit materi tambahan tentang kemandirian ekonomi di setiap kaderisasi formal maupun non-formal cabang, lambat laun kewirausahaan akan menjadi budaya yang normal oleh kader KMHDI, bahkan mungkin jika tidak punya ide usaha akan membuat anggota KMHDI merasa ketinggalan. Tentunya pandangan ini adalah untuk membangun semangat berwirausaha yang tidak meninggalkan semangat gotong-royong pada dharma negara dan dharma agama.
Sebagai organisasi nasional, KMHDI sudah menunjukkan bahwa KMHDI mampu mengakses berbagai stakeholder dari lembaga negara maupun lembaga swasta, terbukti dari acara-acara seremonial KMHDI yang tidak absen diisi oleh pejabat pemerintah dan pengusaha-pengusaha senior. Namun dari sekian banyak kegiatan yang membuka akses, tiada yang berkelanjutan untuk membangun iklim gotong-royong dalam rangka kemandirian ekonomi. Membentuk kelompok dan membuka akses untuk memfasilitasi kader yang memiliki ide usaha ini akan jadi “ngerombo” versi KMHDI.
Akses yang perlu dibuka KMHDI tentunya berkaitan dengan modal kapital, pasar, teknologi, dan pendampingan. Dengan adanya kelompok-kelompok wirausaha muda di dalam organisasi KMHDI, ini akan mendorong kesadaran generasi muda KMHDI yang cenderung konsumtif menjadi beralih ke generasi yang produktif.
Tidak perlu membangun semangat usaha yang ‘ketinggian’ seperti membuka coffeeshop yang butuh modal tinggi atau usaha produksi dupa yang perlu penyertaan alat produksi yang spesifik, semangat usaha ini bisa dimulai dengan membaca peluang konsumsi harian masyarakat Bali seperti banten, atau dengan menitipkan produk makanan/minuman dari hasil pertanian lokal untuk dijual di kantin kampus sendiri. Karena, yang terpenting bukanlah seberapa bagus usaha yang dimulai, melainkan seberapa konsisten usaha tersebut dijalankan.
Edukasi Keuangan Berbasis Digital
Budaya berwirausaha tidak bisa serta merta terbangun hanya dengan wacana satu dua kali. Budaya akan terbentuk bila diwacanakan terus menerus dengan metode yang tepat guna dan tepat sasaran. Melihat intensitas generasi Z dan Alpha yang cenderung menghabiskan banyak waktu melihat sosial media, maka kampanye yang tepat guna adalah dengan memproduksi konten-konten edukasi keuangan di platform Instagram dan tiktok.
Tujuan edukasi:
- Meningkatkan literasi ekonomi dan keuangan
- Mengubah pola pikir dari konsumtif ke produktif
- Menjadikan KMHDI sebagai sumber edukasi kritis yang bisa dipercaya dan diakses luas
Konten-konten edukasi yang diproduksi bisa berupa tips seperti “cara memulai usaha”, “cara membaca peluang usaha”, “sumber-sumber modal usaha”, hingga edukasi yang bersifat praksis seperti “Langkah-langkah mengurus nomor induk berusaha (NIB)” dan ide edukasi lainnya.
Untuk memperbesar relasi organisasi di bidang ekonomi, edukasi juga bisa dilakukan dengan metode live streaming di sosmed dengan mengundang pengusaha-pengusaha yang bisa berinteraksi secara langsung untuk memberi motivasi bisnis, berbagi tips bisnis atau bahkan menawarkan untuk kolaborasi bisnis dengan KMHDI.
Selain mengandalkan sosial media resmi orgasisasi, KMHDI juga bisa menjalin kolaborasi dengan akun-akun populis yang menerima konten edukatif seperti @infobalihindu , @masyarakathinduindonesia , dan akun-akun potensial lainnya.
Penutup
Dengan memaknai kewirausahaan sebagai jalan swadarma umat, KMHDI akan menjadi organisasi yang inovatif, modern dan relevan untuk dinaungi oleh mahasiswa Hindu angkatan-angkatan baru kedepannya.
Penulis: Ni Kadek Ariati, Deni Hidayat, I Kadek Ardana, I Putu Putra Wibawa, Ni Komang Putriani
Editor: Arya Dhanyananda