SEKRETARIAT PIMPINAN PUSAT KMHDI

Sekretariat Operasional (Surat Menyurat):
Jalan Kakatua Blok AA No. 14 Perumahan Cipinang Indah II, Kelurahan Pondok Bambu, Kecamatan Duren Sawit Jakarta Timur 13430
* Fax. : 021 – 86600779
Sekretariat Domisili :
Jalan Anggrek Nelly Murni Blok A No. 03, RT/RW 02/03 ,
Kelurahan Kemanggisan, Kecamatan Palmerah – Jakarta Barat 11480

Loading

.

Klungkung, kmhdi.org Halo, saya Becing! Yap betul, seorang kader organisasi mahasiswa Hindu Jawa Barat yang sebentar lagi akan melangkah keluar dari panggung sandiwara ini. Bukan karena menyerah, tapi karena akhirnya saya tahu kapan harus berhenti menepuk bahu harapan yang tidak pernah benar-benar bangun. Di ambang kepergian ini, Becing ingin meninggalkan jejak untuk “ADEK ABANG” di Jawa Barat, yang masih menyalakan semanagat: sejumput api, sebelum semuanya padam oleh angin wacana yang terlalu sering berputar tanpa arah. Dan mungkin, jejak kecil yang saya tinggalkan akan membantu “ADEK ABANG” berjalan, agar tak perlu tersandung ditempat yang sama seperti Becing.

PEMUDA HINDU PUNYA MIMPI

Sejak awal bergabung di KMHDI, saya selalu disambut dengan kalimat dengan mantra diulang-ulang seperti kaset lawas “Pemuda Hindu Punya Mimpi”. Kalimat itu begitu megah, begitu heroik, sayangnya hanya berhenti sampai MPAB (Masa Penerimaan Anggota Baru). Mimpi itu begitu besar, tapi hasilnya entah di mana. Senior-senior terdahulu rajin bercerita tentang jaman kejayaan mereka, tentang betapa hebatnya dunia ketika “abang-abang dulu” masih beraksi. Tapi lucunya, saya tidak pernah melihat satupun aksi yang selangkah dengan cerita mereka sekarang. Mereka hadir dengan nostalgia, bukan kontribusi nyata. Katanya KMHDI memberikan relasi? Tapi selama saya disini, relasi itu seperti makhluk gaib, sering disebut! Tapi tidak pernah muncul. Saya justru membangun semuanya sendiri, meraba sendiri, berjalan sendiri, yang seharusnya bisa mereka buka. Aneh ya? Mereka bangga dengan masa lalu mereka, tapi lupa bahwa masa kini membutuhkan lebih dari sebuah cerita. Masa kini butuh aksi, sesuatu yang sayangnya tidak ikut mereka bawa saat datang.

Semakin lama ada di dalam ruang ini, justur membuat luka kecil ini tumbuh menjadi semakin besar. Maaf, mungkin bukan besar tapi BESAR!!!. Sebab semakin saya menunggu, Semakin jelas bahwa sebagian dari mereka lebih sibuk menjaga legenda pribadinya daripada membimbing generasi yang sedang berjuang. Mereka datang membawa cerita, tapi pergi meninggalkan kehampaan. Dan disela-sela itu, kami dipaksa tumbuh tanpa tangan yang menuntun. Rasanya seperti berlari dalam gelap sambil mendengarkan orang-orang yang sudah berhenti berlari memberi ceramah tentang bagaimana cara mencapai garis akhir. Ironis ya? Mereka bangga dengan perjuangan yang dulu mereka lakukan, sementara kami berjuang menambal lubang-lubang yang mereka tinggalkan. Dan entah kenapa, setiap kali melihat mereka tersenyum bangga pada masa lalu, saya justru semakin sadar bahwa masa kini tidak pernah benar-benar menjadi perhatian mereka. Kami hanya generasi baru yang diharapkan mengulang cerita lama, tanpa mereka ikut menuliskan bab terbaru bersama kami.

Jika memang KMHDI menjadi jembatan yang menghubungkan kami dengan alumni-alumni hebat, sayapun sering bertanya dalam hati: jembatan yang mana ya? Sejauh yang saya rasakan saat ini, jembatan itu hanya terbentang untuk mereka yang duduk di kursi paling tinggi, sementara kami di daerah hanya berdiri di tepi, menunggu kesempatan yang tak pernah tiba. Bagaimana kata “kaderisasi” sering diucapkan dengan lantang, tapi nyatanya kami yang menjaga kader di bawah hanya menjadi wayang, digerakkan ketika perlu, diabaikan saat selesai pertunjukan. Satu per satu teman becing memilih pergi, bukan karena mereka tidak mampu bertahan, tetapi karena mereka lelah menunggu sentuhan yang dijanjikan tapi tak pernah datang. Lupa kah? Bahwa yang seharusnya dirawat bukan mereka yang sedang duduk nyaman di atas, melainkan orang-orang yang sedang berperang di bawah, yang tiap hari berhadapan dengan realita yang tidak bisa ditutup dengan pidato. Aneh bagaimana suara dari bawah ini sering dianggap kecil, padahal justru di situlah kehidupan organisasi sesungguhnya berdetak.

VALID GA SIH CING?

Mungkin kalian yang baca saat ini meragukan omongan ini dan kalau ada yang meragukan omongan Becing, saya rasa pengalaman pribadi sudah cukup menjadi bukti yang tidak perlu dibantah. Ambil saja contoh dari program kerja Diklat Kewirausahaan Daerah yang saya jalankan. Pendanaannya? Relasi? Dukungan? Semua itu datang dari usaha dan jaringan yang saya bangun sendiri, bukan dari tangan-tangan yang katanya siap membimbing dari belakang. Alumni? Mereka hadir pada kolom komentar saja, ketika waktunya membantu membuka jalan, entah mengapa jejak mereka selalu samar. Sejauh mata ini memandang, tidak ada wajah yang familiar dari mereka. Hanya kami, para kader yang masih basah oleh realita, berjalan dalam kekacauan yang tidak mereka saksikan. Begitu lucunya perjuangan kami seperti suara yang tenggelam di ruang kosong, sementara mereka sibuk berdiri di podium kenangan masa lalu.

LUPAKAN CERITA MEREKA, BUATLAH CERITA BARU!

  Kini, semua itu hanyalah kisah yang saya lewati, jelaga pengalaman yang mungkin tidak semua orang rasakan, tapi cukup untuk membuat diri ini belajar melihat KMHDI dengan mata yang lebih jernih. Teruntuk “ADEK ABANG” yang masih bertahan di organisasi ini, satu hal yang ingin saya tinggalkan: jangan menilai KMHDI dari sudut alumni yang jarang hadir atau dari cerita yang tidak pernah kalian saksikan sendiri. KMHDI itu bukan mereka, KMHDI adalah kalian yang bekerja setiap hari, yang menggerakan, yang menjaga nyala kecil agar tidak padam. Kalian mungkin harus berusaha sendiri, bertahan sendiri, dan melangkah dalam diam ketika jalan terasa berat. Tapi apapun yang terjadi, tetaplah fokus pada tujuan kalian disini. jalankan KMHDI, hidupkan KMHDI. Selama langkah yang kalian ambil baik untuk umat, baik untuk kader, dan baik untuk masa depan, maka teruskanlah. Jika nanti kalian bingung dipersimpangan jangan ragu untuk menghubungi Becing, jangan takut untuk bercerita!

Akhir dari Becing, perjalanan ini mengajari saya bahwa organisasi bukan tentang yang hadir di podium, melainkan tentang siapa yang tetap berdiri ketika lampu padam. Jadi untuk kalian yang meneruskan langkah ini, jangan pernah biarkan kekecewaan menghapus idealisme kalian, jadilan angin yang menggerakkan, bukan bayang-bayang yang menunggu. Jika orang lain memilih absen, maka hadirkanlah diri kalian dengan lebih utuh. Bangunlah KMHDI dengan kerja nyata, dengan hati yang jujur, dan dengan semangat yang tidak bisa dihentikan oleh apapun. Karena selama kalian tetap berjuang, KMHDI tidak akan pernah menjadi ruang kosong, ia akan menjadi rumah bagi harapan yang hidup dam generasi yang tidak takut melangkah lebih jauh dari mereka yang datang sebelumnya.

“Jangan bangga menjadi bagian dari KMHDI, tapi buatlah KMHDI bangga dengan adanya kalian didalamnya, saya titipkan organisasi ini sepenuhnya. Kecebong pamit undur diri”

SATYAM EVA JAYATE

BERNAFAS, BERISIK, BERTARUNG

MERAH MERAH MENANG

HORE!

.

Gede Narayana Putra Mahardhika

Share:

administrator