![]()
“Ku bertanya pada bintang ketika dia padam, arti hidup yang kita jalani…”
– Superman Is Dead, Bangkit dan Percaya
Bandung, kmhdi.org – Setiap kader yang bergabung dengan KMHDI pasti membawa harapan—harapan untuk belajar, berkembang, dan berkontribusi bagi umat serta masyarakat. Organisasi ini seharusnya menjadi rumah, tempat kita bertumbuh bersama, bukan sekadar singgahan yang kita datangi tanpa rasa memiliki.
Namun, seiring waktu, banyak kader mulai mempertanyakan: Apakah KMHDI masih menjadi ruang yang merangkul setiap anggotanya? Atau justru berjalan tanpa memperhatikan satu sama lain?
Tantangan Kebersamaan dalam Organisasi
Lagu Bangkit dan Percaya – Superman Is Dead berbicara tentang perjuangan menghadapi kegelapan dan keterpurukan. Dalam konteks KMHDI, kegelapan itu bukan hanya tantangan eksternal, tetapi juga perasaan terasing di dalam organisasi sendiri.
Sering kali, kader di berbagai tingkatan menghadapi kesulitan tanpa adanya ruang yang cukup untuk berbagi dan mendapat dukungan. Ada pengurus cabang yang berjuang menggerakkan anggotanya, pengurus daerah yang menghadapi kompleksitas koordinasi, dan pengurus pusat yang memikul tanggung jawab besar menjaga keberlangsungan organisasi. Jika kita tidak membangun kebersamaan, masing-masing dari kita bisa merasa berjalan sendiri, tanpa arah yang jelas.
“Dengarkan hatiku, kita semua berbeda, tak pernah ‘ku menginjakmu…”
Perbedaan kondisi di setiap tingkatan seharusnya menjadi kekuatan, bukan pemisah. KMHDI bukan sekadar struktur formal, tapi jejaring kebersamaan. Jika komunikasi tersendat dan kepedulian berkurang, kita bisa terjebak dalam pola kerja yang individualistis, di mana setiap orang hanya berfokus pada tugasnya tanpa rasa keterikatan yang kuat.
Menghidupkan Kembali Rasa Memiliki
KMHDI tidak bisa hanya berjalan dengan program kerja yang terencana, tetapi juga harus memastikan bahwa kadernya merasa diperhatikan dan berkembang bersama. Sudah saatnya kita membuka ruang komunikasi yang lebih inklusif, di mana setiap kader bisa menyuarakan gagasan, keluhan, dan kebutuhannya tanpa ada sekat tingkatan. Komunikasi yang baik akan menciptakan rasa memiliki, sehingga organisasi ini tidak terasa asing bagi kadernya sendiri.
Selain itu, kebersamaan dalam organisasi tidak hanya dibangun di atas rapat dan agenda formal. Ada saatnya kita perlu keluar dari rutinitas struktural dan mendekatkan diri sebagai sahabat seperjuangan. Diskusi santai, kumpul kader, hingga kegiatan berbasis minat bisa menjadi cara untuk memperkuat hubungan personal yang sering kali terlupakan di tengah kesibukan organisasi.
Lebih dari itu, KMHDI juga harus menjadi ruang belajar yang progresif. Bukan hanya tentang bagaimana menjalankan organisasi, tetapi juga bagaimana setiap kader bisa berkembang secara pribadi. Ruang-ruang edukatif yang membangun keterampilan kepemimpinan, wawasan keilmuan, hingga penguatan spiritual harus terus diperbanyak agar kader tidak merasa stagnan. Jika kader terus berkembang, maka semangat perjuangan pun akan tetap terjaga.
Namun, semua itu tidak akan berjalan tanpa semangat gotong royong. Kita harus menumbuhkan kesadaran bahwa jika ada cabang yang mengalami kesulitan, daerah harus hadir membantu. Jika ada daerah yang menghadapi kendala, pusat harus menjadi fasilitator. KMHDI adalah organisasi yang lahir dari semangat kolektif, dan hanya dengan bergerak bersama, kita bisa menjaga api perjuangan tetap menyala.
“Ku kan bangkit dan percaya…”
Lagu Bangkit dan Percaya mengajarkan kita untuk tidak menyerah dalam menghadapi tantangan. Begitu pula dengan KMHDI—jika kita ingin organisasi ini tetap hidup dan relevan, maka setiap kader harus memiliki inisiatif untuk saling peduli dan membangun. Jangan menunggu perubahan terjadi dari atas atau dari bawah, tetapi mulailah dari diri sendiri.
KMHDI bukan sekadar tempat singgah, tetapi rumah yang harus kita jaga bersama. Jika kita benar-benar percaya pada visi perjuangan ini, sudah seharusnya kita tidak membiarkan satu sama lain berjalan sendiri. Kini saatnya kita bertanya: Apakah aku sudah berkontribusi menjaga rumah ini, atau aku hanya sekadar singgah tanpa rasa memiliki?
Penulis : Lingga Dharmananda Siana (Fungsionaris PP KMHDI)
