SEKRETARIAT PIMPINAN PUSAT KMHDI

Sekretariat Operasional (Surat Menyurat):
Jalan Kakatua Blok AA No. 14 Perumahan Cipinang Indah II, Kelurahan Pondok Bambu, Kecamatan Duren Sawit Jakarta Timur 13430
* Fax. : 021 – 86600779
Sekretariat Domisili :
Jalan Anggrek Nelly Murni Blok A No. 03, RT/RW 02/03 ,
Kelurahan Kemanggisan, Kecamatan Palmerah – Jakarta Barat 11480

Loading

Denpasar, kmhdi.org – Menanggapi kasus bunuh diri yang menimpa salah satu mahasiswa Universitas Udayana (UNUD) baru-baru ini, Pimpinan Cabang Kesatuan Mahasiswa Hindu Dharma Indonesia (KMHDI) Buleleng menyampaikan turut berduka cita dan keprihatinan mendalam atas meninggalnya alm. Kamerad Timothy. KMHDI Buleleng menyerukan pentingnya layanan konseling yang kuat di lingkungan kampus. Tragedi ini menjadi pengingat bahwa kesehatan mental mahasiswa merupakan isu serius yang tidak boleh diabaikan (17/10).

Tri Budi Santoso, kader KMHDI Buleleng, menyampaikan bahwa kampus harus menjadi ruang aman bagi setiap mahasiswa untuk berkembang, bukan tempat yang menakutkan yang dapat menimbulkan tekanan sosial atau psikologis.

“Kampus menjadi tempat yang menumbuhkan. Kasus ini menunjukkan bahwa kita semua perlu lebih peka terhadap kondisi mental teman-teman mahasiswa,” ujar Tri Budi.

Peristiwa bunuh diri yang terjadi di lingkungan UNUD menjadi sorotan publik setelah diketahui korban sempat mengalami gangguan kesehatan mental sejak lama. Meski pihak kampus telah menegaskan tidak ada bukti bullying langsung sebelum kejadian, munculnya komentar ejekan di media sosial setelah tragedi tersebut menandakan bahwa budaya menghina dan meremehkan masih ada di kalangan mahasiswa.

Menurut Tri Budi, hal seperti itu tidak boleh dibiarkan.

“Satu ejekan bisa menjadi luka yang dalam. Kita perlu membangun budaya empati dan solidaritas, bukan cemoohan. KMHDI Buleleng mendorong setiap kampus di Bali memperkuat sistem konseling dan membangun komitmen kampus bebas bullying,” tegasnya.

KMHDI Buleleng juga menilai bahwa layanan konseling mahasiswa harus diperkuat secara struktural dan kultural. Tidak hanya menyediakan konselor, tetapi juga menciptakan sistem peer counselor — teman sebaya yang terlatih untuk mendengarkan dan memberi dukungan awal bagi mahasiswa yang mengalami tekanan.

Selain itu, KMHDI Buleleng mengajak pihak rektorat, fakultas, dan organisasi mahasiswa untuk rutin melakukan edukasi kesehatan mental, pelatihan pencegahan bullying, serta membuka ruang dialog terbuka bagi mahasiswa yang membutuhkan tempat berbagi.

“Kita ingin kampus di Bali dikenal bukan hanya karena prestasi akademik, tapi juga karena kepeduliannya terhadap kemanusiaan. Layanan konseling bukan fasilitas tambahan, tapi kebutuhan bagi kampus sebagai mitigasi kesehatan mental mahasiswa,” tambah Tri Budi.

KMHDI Buleleng juga menegaskan bahwa kampus yang bebas dari bullying dan stigma terhadap kesehatan mental akan melahirkan generasi muda yang lebih berdaya, empatik, dan tangguh dalam menghadapi tekanan hidup di masa depan.

Tragedi mahasiswa UNUD menjadi cermin penting bahwa isu kesehatan mental di kalangan muda harus ditangani bersama — dengan kesadaran, kasih sayang, dan langkah nyata dari seluruh elemen kampus.

KMHDI Buleleng berkomitmen terus mendorong lahirnya gerakan Kampus Ramah Mental ataupun Rumah Aman di seluruh perguruan tinggi di Bali. Melalui kampanye edukatif, advokasi, dan kolaborasi lintas kampus, KMHDI berharap tidak ada lagi mahasiswa yang merasa sendirian menghadapi tekanan hidup.

“Kita semua punya peran menjaga satu sama lain,” tutup Tri Budi Santoso.

Share:

administrator