SEKRETARIAT PIMPINAN PUSAT KMHDI

Sekretariat Operasional (Surat Menyurat):
Jalan Kakatua Blok AA No. 14 Perumahan Cipinang Indah II, Kelurahan Pondok Bambu, Kecamatan Duren Sawit Jakarta Timur 13430
* Fax. : 021 – 86600779
Sekretariat Domisili :
Jalan Anggrek Nelly Murni Blok A No. 03, RT/RW 02/03 ,
Kelurahan Kemanggisan, Kecamatan Palmerah – Jakarta Barat 11480

Loading

Jakarta, kmhdi.org – Setiap tahun, umat Hindu di Indonesia merayakan Hari Raya Nyepi dengan menjalankan Catur Brata Penyepian, yang meliputi amati geni (tidak menyalakan api), amati karya (tidak bekerja), amati lelungan (tidak bepergian), dan amati lelanguan (tidak bersenang-senang). Keheningan ini bukan sekadar perenungan spiritual, tetapi juga memberikan dampak nyata terhadap lingkungan, terutama dalam peningkatan kualitas udara.

Pada tahun 2025, keheningan Nyepi kembali memberikan kesempatan bagi alam untuk beristirahat dari aktivitas manusia yang padat. Di Bali, yang menjadi pusat perayaan Nyepi, udara yang biasanya tercemar oleh kendaraan dan aktivitas industri menunjukkan peningkatan kualitas yang signifikan. Saya melihat bagaimana cuitan di media sosial dari teman-teman dunia maya yang merupakan masyarakat Bali mengungkapkan bahwa satu hari tanpa aktivitas berdampak nyata pada peningkatan kualitas udara di pulau ini.

Hal serupa juga terjadi saat Idulfitri, terutama di kota-kota besar seperti Jakarta. Momentum mudik membuat sebagian besar penduduk meninggalkan ibu kota untuk merayakan Lebaran di kampung halaman mereka. Akibatnya, jalanan yang biasanya macet menjadi lengang, polusi udara berkurang drastis, dan langit Jakarta pun terlihat lebih cerah. Saya merasakan sendiri perbedaan ini ketika berkeliling di kota metropolitan, di mana suasana begitu berbeda dari biasanya. Ini menjadi bukti bahwa mobilitas manusia memiliki dampak besar terhadap kualitas udara di perkotaan.

Dua momen ini, Nyepi dan Idulfitri, memberikan refleksi penting tentang bagaimana aktivitas manusia berkontribusi terhadap pencemaran lingkungan, khususnya udara. Jika dalam satu atau dua hari saja udara bisa membaik secara signifikan, bayangkan jika kebijakan lingkungan yang berkelanjutan diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Pengurangan emisi kendaraan, efisiensi energi, dan pelestarian alam seharusnya tidak hanya menjadi efek samping dari hari raya, tetapi menjadi bagian dari gaya hidup kita sehari-hari.

Momentum Nyepi dan Idulfitri di tahun 2025 ini harus menjadi inspirasi bagi masyarakat untuk lebih peduli terhadap lingkungan. Keheningan di Bali dan langit cerah di Jakarta menunjukkan bahwa alam memiliki mekanisme pemulihan alami jika diberi kesempatan. Oleh karena itu, kita perlu menjadikan refleksi ini sebagai langkah awal dalam membangun kesadaran kolektif untuk menjaga kelestarian lingkungan, bukan hanya saat hari raya, tetapi setiap hari dalam kehidupan kita

Share:

administrator