Mataram, kmhdi.org – Tulisan ini muncul pasca saya mengikuti Ruang Kaderisasi pada tanggal 15 Desember 2024. Artikel ini bertujuan untuk menegaskan kembali gagasan dan ide yang saya sampaikan saat kegiatan tersebut. Saya menyadari bahwa tidak semua trainer KMHDI mengikuti kegiatan itu, maka melalui tulisan ini saya berharap dapat meningkatkan mutu trainer, yang secara tidak langsung akan berkontribusi pada kualitas pengkaderan di KMHDI. Tulisan ini murni adalah pandangan pribadi saya berdasarkan pengalaman selama menjadi trainer di KMHDI. Jika terdapat perbedaan fenomena yang dialami oleh trainer lainnya, saya membuka pintu seluas-luasnya untuk saling berbagi dan memberikan masukan.
Tahun 2022, saya lulus dari TOT Regional Jabanusra-Istimewa di Buleleng, Bali. Beberapa bulan kemudian, saya dipercaya untuk mengisi materi pada MPAB ke-28 PC KMHDI Mataram. Setelah memberikan materi, seperti biasa, para pemateri mendapatkan lembar evaluasi dari peserta. Dari lembar evaluasi tersebut, saya menemukan evaluasi yang hampir sama diberikan kepada semua pemateri, termasuk saya. Evaluasi itu berbunyi: “Pembawaan terlalu kaku.” Evaluasi serupa terus berulang hingga beberapa kegiatan kaderisasi berikutnya yang saya ikuti sebagai pemateri. Waktu berlalu, saya kembali mengikuti TOT Regional Jabanusra-Istimewa 2023 di DIY sebagai fasilitator. Ketika kembali ke daerah dan memantau trainer baru menyampaikan materi selama beberapa kali, saya kembali menemukan evaluasi yang serupa terhadap hampir semua pemateri.
Fenomena ini membuat saya merenungkan bahwa ada sesuatu yang belum optimal dalam pelaksanaan kaderisasi di KMHDI, khususnya yang berkaitan dengan mutu trainer. Saya menyadari bahwa tidak semua trainer KMHDI memiliki dasar yang kuat dalam bidang public speaking, khususnya presentasi. Hal ini wajar mengingat tidak semua lulusan TOT memiliki latar belakang di bidang tersebut. Namun, ada faktor lain yang juga menjadi perhatian saya, yaitu kurangnya minat trainer dalam meningkatkan kualitas diri dalam menyampaikan materi. Berdasarkan pengalaman saya, tidak sedikit trainer yang abai terhadap lembar evaluasi pemateri. Bahkan, lembaran tersebut kadang hanya disampaikan secara lisan oleh fasilitator, tanpa diberikan langsung kepada pemateri. Hal ini membuat para trainer cenderung mengabaikan umpan balik yang sebenarnya penting untuk refleksi diri. Akibatnya, tidak sedikit trainer yang menjadi terlena dengan anggapan bahwa “yang penting sudah memberikan materi.”
Lalu, mengapa hal ini penting? TOT telah menjadi langkah awal yang sangat baik dalam membangun trainer di KMHDI. Namun, agar hasilnya lebih optimal, diperlukan tindak lanjut berupa pelatihan lanjutan yang terfokus pada pengembangan keterampilan public speaking. Dengan kualitas penyampaian yang lebih baik, kualitas output kaderisasi KMHDI juga akan meningkat. Selama ini, banyak yang beranggapan bahwa menurunnya jumlah peserta dalam kegiatan kaderisasi KMHDI disebabkan oleh konsep kegiatan yang monoton. Panitia pelaksana sering dituntut berpikir ekstra untuk merancang konsep kegiatan yang menarik. Namun, menurut saya, masalah ini tidak sepenuhnya terletak pada konsep kegiatan. Inti permasalahan sebenarnya ada pada penyampaian materi oleh pemateri. Peserta yang harus duduk berjam-jam menerima materi akan lebih mudah bosan jika pematerinya tidak mampu mengemas materi dengan menarik.
Sebagai bagian dari solusi, ada beberapa hal yang saya tawarkan. Pertama, perlu dilakukan penyempurnaan kembali materi TOT, khususnya terkait public speaking dan pendidikan partisipatif. Namun, TOT saja tidak cukup. Trainer hanya belajar public speaking sekali, yaitu saat TOT, dan itupun hanya beberapa jam. Karena itu, saya mengusulkan pelatihan public speaking lanjutan secara berkala. Lembaga Pendidikan KMHDI dapat mengadakan pelatihan ini setiap 1-2 bulan sekali untuk seluruh trainer aktif. Selain itu, KMHDI juga bisa mempertimbangkan untuk menyelenggarakan pelatihan public speaking bersertifikat resmi. Dengan cara ini, trainer tidak hanya mendapatkan pengetahuan baru, tetapi juga nilai tambah berupa gelar non-akademis seperti CPS (Certified Public Speaker), yang akan sangat bermanfaat di dunia kerja. Saat ini KMHDI telah memiliki Lembaga Pendidikan. Lembaga ini diharapkan mampu menjadi salah satu alternatif dari isu yang saya bahas. Melalui tulisan ini saya berharap bisa membantu Lembaga Pendidikan KMHDI untuk merumuskan program kerja yang bisa dijalankan nantinya dalam rangka memajukan kualitas kader KMHDI serta membantu mengenalkan Lembaga ini kepada seluruh kader KMHDI.
KMHDI dapat bekerja sama dengan lembaga-lembaga pelatihan untuk mengadakan kegiatan ini, baik secara online maupun offline. Dengan model kerja sama ini, biaya pelatihan bisa diminimalkan atau bahkan digratiskan untuk peserta. Hal ini akan menjadi alternatif yang sangat membantu dalam meningkatkan kualitas trainer tanpa membebani mereka secara finansial. Harapan saya, upaya-upaya ini dapat menjadi langkah konkret untuk meningkatkan kualitas trainer KMHDI.
Penulis : I Gede Wira Aditya Tanaya (Anggota PC KMHDI Mataram)