SEKRETARIAT PIMPINAN PUSAT KMHDI

Sekretariat Operasional (Surat Menyurat):
Jalan Kakatua Blok AA No. 14 Perumahan Cipinang Indah II, Kelurahan Pondok Bambu, Kecamatan Duren Sawit Jakarta Timur 13430
* Fax. : 021 – 86600779
Sekretariat Domisili :
Jalan Anggrek Nelly Murni Blok A No. 03, RT/RW 02/03 ,
Kelurahan Kemanggisan, Kecamatan Palmerah – Jakarta Barat 11480

Loading

Oleh:I Dewa Gede Darma Permana (Kabid Litbang PC KMHDI Denpasar)

Beberapa hari lalu, citta dan asmalibrasi saya kembali mencuat dengan hebatnya. Hal ini bukanlah karena cuitan dari si dia di luar sana. Bukan juga akibat kabar baik dari dosen pembimbing yang menerima revisian susunan skripsi saya dengan suka cita. Melainkan hal tersebut dikarenakan kembali bergeloranya tulisan-tulisan di blog KMHDI.org. yang mencerminkan rasa dan citta kader KMHDI terhadap kondisi organisasi secara bersahaja. Hal ini tentu sangat positif untuk kita dalam mengetahui problematika hari ini, sehingga bisa dijadikan refleksi untuk bermulat sarira.

Diantara beberapa tulisan yang menggema, manah dalam diri ini cukup terperanga terhadap salah satu tulisan yang dibuat oleh kakak senior saya. Dimana melalui media suara kader, beliau menuangkan sebuah pemikiran dalam tulisan yang berjudul “Kesatuan Mahasiswa Hindu Dharma Indonesia (KMHDI) itu Organisasi Kader Bukan Massa.” Tulisan tersebut dilatar belakangi oleh kondisi KMHDI hari ini yang menunjukkan gelagat penurunan dari sisi keanggotaan dan pengkaderan. Melalui pisau analisis dari pendekatan studi experience (pengamalan), beliau menjabarkan beberapa point mengenai latar belakang penurunan kader hari ini, yakni:

  1. Pelaksanaan sosialisasi organisasi yang tidak efektif
  2. Nilai tawar KMHDI yang masih minim
  3. Program Kerja (Proker) yang monoton atau sama dengan organisasi lainnya
  4. Serta terbenturnya jadwal kegiatan pengkaderan KMHDI dengan kegiatan di kampus.

Kemudian sebagai klimaks dari tulisan yang dibuat, beliau menyimpulkan bahwa KMHDI sesungguhnya adalah organisasi kader dan bukan massa. Hal ini didasari oleh sistem kaderisasi KMHDI yang mengedepankan pendidikan dan pelatihan berjenjang sebagai roh atau marwah organisasi. Bukan sebuah organisasi yang mengedepankan jumlah massa yang dipimpin oleh pemimpin karismatik.

Dari sisi esensi, saya selaku adik yang baik tentu sependapat dengan isi tulisan tersebut yang melanggengkan KMHDI sebagai organisasi kader. Hal ini tentu menjadi pelita jawaban dari identitas KMHDI sebagai sebuah organisasi. Namun di satu sisi, saya juga merasa sedikit agak parno dengan isi tulisan tersebut. Apakah dengan kejelasan bahwa KMHDI merupakan organisasi kader dan bukan massa, bisa berpotensi menjadikan organisasi ini terpusat pada proses pengkaderan yang tidak lagi melirik massa sebagai bagian dari potensi organisasi?

Kualitas Lebih Penting dari Kuantitas?

“Tenang, kualitas lebih penting dari kuantitas!”, seperti itulah jawaban dari beberapa organisasi dan instansi yang sempat saya temui sebagai dalih dari anggotanya yang dirasa tidak terlalu banyak. Kutipan itu pula yang saya jadikan sebagai jawaban hiburan untuk teman yang bertanya mengenai jumlah peserta setiap kegiatan pengkaderan di KMHDI selama ini. Dimana masih lekat dalam ingatan saya ketika mengikuti kegiatan KT1 di PC KMHDI Denpasar pada bulan September tahun 2021 yang lalu. Dimana dengan jumlah peserta yang hanya diikuti oleh 5 orang laki-laki dan 1 orang perempuan, membuat saya nyeletuk melabeli KT1 tersebut sebagai Kaderisasi Indraprastha. Hal tersebut dikarenakan KT1 tersebut sukses mengundang Panca Pandawa dan Drupadi sebagai peserta di dalamnya :v.

Dari sisi kualitas, Panca Pandawa dan Drupadi yang mengikuti KT1 tersebut memang tidak bisa diragukan lagi. Keenamnya mampu mengikuti proses KT1 dengan baik dan memperoleh hasil yang terbilang maksimal. Bahkan output dari KT1 tersebut, juga mampu menciptakan calon-calon pemateri KT1 dalam periode satu tahun setelahnya untuk PC Denpasar maupun PC lainnya di Bali. Sehingga dengan hasil tersebut, semakin memperkuat persepsi saya di awal mengenai konsep bahwa “Kualitas memang Lebih Penting daripada Kuantitas.”

Namun seiring berjalannya waktu munculah sebuah fenomena dalam pelaksanaan KT1 di Bali pada saat itu. Dimana orang yang memberikan materi dalam pelaksanaan KT1 adalah orang yang sama dan monoton untuk setiap PC dalam periode satu tahun. Setelah saya tanya kepada senior mengenai fenomena tersebut, senior pun memberikan jawaban bahwa itu diakibatkan oleh belum masifnya pelaksanaan KT1 di Bali, serta baru sedikitnya kader yang berkenan mencicipi materi KT1 yang sangat family friendly. Akibat fenomena tersebut, membuat citta saya berdalih untuk mempertanyakan kembali konsep yang saya yakini di awal. Apakah memang benar dengan kondisi demikian, menjadi wujud dari keberhasilan pengkaderan sebuah organisasi yang katanya mengutamakan kualitas dibandingkan kuantitas dari sisi massa?

Massa adalah Kekuatan Organisasi!

Massa merupakan cerminan dari jumlah anggota yang mampu diserap dan dimiliki oleh organisasi. Massa juga menjadi cerminan dari seberapa lebar sayap dan seberapa besar daya tawar yang mampu diberikan suatu organisasi untuk mewadahi banyak kepala dalam mencapai tujuan yang sama. Sehingga dapat disimpulkan, daya karismatik pemimpin sebenarnya bukanlah satu-satunya hal yang mampu menarik banyak massa dalam organisasi. Namun hal tersebut juga ditentukan berdasarkan visi dan misi yang diemban oleh organisasi, serta arah juang organisasi yang selaras dengan gerak juang banyak individu di dalamnya.

Dari sisi aksiologi, massa organisasi sebenarnya menjadi faktor kunci dalam keberhasilan organisasi. Ibaratkan seperti sebuah sapu, sapu yang memiliki jumlah lidi sebanyak lima buah tentu tidak akan efektif dalam menyapu halaman dibandingkan sapu yang berisi lidi dalam jumlah yang banyak. Begitu juga dengan organisasi, organisasi yang memiliki jumlah sedikit dan tidak sesuai ekspetasi tentu akan mengalami kesulitan dalam mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan. Berbeda dengan organisasi yang memiliki jumlah massa optimal dan sesuai dengan yang diharapkan, tentu akan memiliki persentase lebih besar dalam mencapai tujuan organisasi. Terlebih ketika massa tersebut mampu diberdayakan dengan sebaik-baiknya dalam proses pengkaderan.

Keadaan demikian tentu bisa kita refleksikan dengan kondisi organisasi KMHDI pada hari ini. Dimana jika dibedah dari pisau analisa SWOT, massa tetap menjadi kekuatan yang mampu melebarkan sayap organisasi KMHDI untuk menjelajah dan terbang lebih tinggi. Dari massa yang banyak, KMHDI juga dapat lebih leluasa dalam mendata dan memilah potensi yang dimiliki oleh setiap anggotanya, untuk dijadikan sebagai senjata dalam mengemban visi dan misi organisasi. Dengan massa yang optimal, juga menjadi peran kunci dalam menjaga kebertahanan dan eksistensi organisasi KMHDI dalam menghadapi setiap tantangan, ancaman, dan permasalahan di masa kini.

Dari pemaparan tersebut, dapat ditariklah sebuah konklusi, bahwa perjuangan organisasi untuk memperoleh massa yang optimal mesti tetap diperjuangkan oleh KMHDI. Apabila berkaca dari kaca mata historis, banyak organisasi yang mati akibat mengabaikan jumlah massa dalam arah juang pergerakannya. Sehingga cara-cara dalam bentuk mensosialisasikan ideologi Purwaka sebagai wujud daya tawar organisasi, menawarkan sosialisasi organisasi dan program kerja yang baru, penyesuaian kalender kegiatan organisasi dengan kalender akademik kampus, serta cara lainnya masih bisa diterapkan selagi tidak melanggar AD/ART organisasi. Karena pada hakikatnya, KMHDI memang sebagai organisasi kader, namun dalam pergerakannya tetaplah membutuhkan massa!

Share:

administrator