![]()
Jakarta, kmhdi.org – Tulisan ini mungkin akan panjang. Tulisan yang berawal dari kegelisahan dan berbagai diskusi dengan beberapa kawan-kawan seperjuangan KMHDI. Ternyata, saya memiliki kegelisahan yang sama, pendapat yang sama dan tujuan yang bermuara sama.
Kegelisahan ini bermula dari 2 tahun yang lalu, tepat di tahun 2023 ketika seorang kawan saya yang juga seorang pengurus Inti di salah satu Pimpinan Daerah bertanya, “Vir, dari semua pekerjaan yang kamu dapetin, ada nggak yang pake jaringan KMHDI?” saya berpikir sejenak, and i said, “Iya, ada”. Kemudian dia menimpali lagi, “Aku nggak ada, semua kerjaan yang aku dapet itu dari usahaku sendiri. Malah KMHDI yang minta tolong ke aku”. Saya cukup berpikir lama setelah percakapan daring itu. Terus membekas dan menjadi topik pikiran jika selalu berpikir dan berbicara tentang KMHDI, hingga hari ini.
Saya terus berpikir keras, KMHDI kah yang memang tidak memberikan apapun atau justru kita yang memberi baru sedikit tapi sudah merasa memberikan segalanya?
Rasanya pepatah, usaha tidak akan mengkhianati hasil seharusnya juga berlaku pada hal ini.
Ada sebuah quotes dari salah seorang senior saya yang juga kini menjadi prinsip saya dalam menjalankan organisasi, “Jangan tanya apa yang KMHDI berikan untukmu, tapi tanya apa yang kamu sudah berikan untuk KMHDI”. Sebagai seorang mahasiswa yang masih memiliki hutang produktif kepada masyarakat, bukankah dengan ber-KMHDI adalah salah satu cara kita membayarnya? Sejalan juga dengan salah satu dari Catur Marga Yoga yang kita jalankan dalam gerak perjuangan ini yaitu Karma Marga Yoga. Sudah pasti kawan-kawan tahu, tertuang dalam sloka Bhagavad Gita II. 47:
Karmany Evàdhikàras te
Mà phalesu kadàcana
Mà karma-phala-hetur bhùr
Mà te sango ‘stv akarmani
Artinya:
Engkau berhak melakukan tugas kewajibanmu yang telah ditetapkan, tetapi engkau tidak berhak atas hasil perbuatan. Jangan menganggap dirimu penyebab hasil kegiatanmu, dan jangan terikat pada kebiasaan tidak melakukan kewajibanmu.
Ah, rasanya kalimat tersebut sudah pasti paten dan mendarah daging. Seperti mudah dicerna, tapi terkadang sulit dijalankan.
Saya masih terus berpikir, apakah proses yang saya lalui di luar KMHDI adalah tanpa KMHDI atau iya. Dengan berbagai diskusi lagi dan lagi. Finally, i got the point. Izinkan saya mengibaratkannya dengan mata pelajaran matematika, walau bahkan hingga mata kuliah matematika dasar, aljabar bahkan kalkulus.
So many people doesn’t like mathematics. Mereka bilang matematika sangat sulit dan tidak kita gunakan di dunia nyata. Ya, memang kita tidak menggunakan rumus phytagoras untuk menghitung berapa sisa uang yang kita gunakan untuk belanja, kita tidak menggunakan rumus integral untuk menghitung seberapa luas kamar yang kita tempati. Tetapi kita perlu memahami terlebih dahulu, tujuan sebenarnya matematika diajarkan disemua tingkatan pendidikan. Bahkan tak jarang mahasiswa mengambil program studi hanya untuk menghindari mata kuliah yang ada “hitung menghitung”. Tetapi nyatanya angka selalu ada pada mata kuliah hampir semua program studi, bahkan program studi agama.
Saat proses analisis berpikir beberapa bagian otak bekerja secara bersamaan seperti lobus frontal, lobus parietal, hippocampus dan korteks prefrontal. Ketika seseorang melatih kemampuan berpikir analitis, otak mengalami proses yang disebut neuroplastisitas yaitu kemampuan otak untuk beradaptasi dan membentuk jalur saraf baru. Sehingga informasi lebih cepat diproses dan pengambilan keputusan menjadi lebih efisien.
Maka kenapa orang Yahudi salah satu yang unggul dalam bidang intelektual dan akademik? Karena orang Yahudi dikenal menjunjung tinggi pendidikan dan intelektualitas. Sehingga ibu hamil di Yahudi memilih untuk terus belajar. Salah satunya kalkulus, karena ibu yang aktif berpikir akan menstimulus perkembangan kognitif janin. Selain itu, dalam studi Talmud, perbedabatan adalah metode utama yang digunakan dimana setiap murid diajarkan bertanya, membantah dan menyelidiki alasan dibalik setiap hukum. Hal ini melatih kemampuan berpikir dan abstrak.
Begitu juga dengan dampak dari kaderisasi yang telah KMHDI berikan kepada setiap kadernya. Sesuai dengan tujuan kaderisasi KMHDI salah duanya yaitu mendorong tercapainya output dari setiap jenjang kaderisasi KMHDI secara maksimal dan meningkatkan kualitas generasi muda Hindu. Terutama Kaderisasi Pokok yang merupakan core dari sistem kaderisasi di KMHDI untuk menanamkan nilai-nilai ideologi KMHDI dan proses pendidikannya. Tanpa kita sadari itu membentuk ucapan, pola pikir dan tingkah laku. Otak semakin berkembang karena dilatih untuk berpikir dan mendorong kesadaran untuk maju.
Kemudian, dilain kesempatan saya pernah berdiskusi dengan orang yang sama dan orang yang berbeda dengan dua ucapan yang semakna, “Vir, aku capek di KMHDI, apapun yang aku lakuin untuk KMHDI nggak pernah di hargai” and then another sentences are, “Kalo mereka masih kayak gini terus, aku mungkin nggak akan lanjut lagi di KMHDI, Vir”
Bukankah dari 2 kalimat tersebut ada hal yang mungkin kita tidak bisa dapatkan di organisais lain? Bahwa tidak semua orang bisa berhasil menghadapi berbagai karakter orang di KMHDI. Bahwa tidak semua orang memiliki seni, salah satunya seni memahami orang lain. Menghadapi perempuan kata orang, itu hal yang kompleks. Tapi bukankah jika ada kata yang bisa menggambarkan sesuatu yang lebih kompleks dari menghadapi perempuan adalah kata yang tepat untuk menggambarkan bagaimana setiap kader KMHDI bergelut dan berjuang dalam hal memahami persoalan karakter perempuan dan laki-laki?
Setiap dari kita pernah punya fase up and down di organisasi ini. Pernah tertawa tergelak-gelak, pernah sedih sesedih-sedihnya dan setiap acara selalu lelah selelah-lelahnya. Kita pernah runtuh dan rapuh, tapi berulangkali bangun dan tetap bangkit. Pernah merasa terhina dan marah. Pernah dikecewakan dan dikhianati. Tapi juga pernah menitikkan air mata saking bangganya dengan organisasi ini dan atas semua yang telah diberikannya. Jika kecewa, maka kecewalah pada orangnya bukan organisasinya. Wadah ini terlalu memberikan banyak hal yang justru tidak kita sadari dan bisa rasakan dengan cepat, terlepas dari siapapun yang pernah kita temui. Baik dan buruk yang pernah kita rasakan. Tapi KMHDI selalu menjadi tempat pulang, sejauh apapun kadernya pergi.
KMHDI tidak bisa menjamin profesi yang akan diberikan setelah ber-KMHDI. Tapi jika nanti perubahan zaman semakin signifikan, maka kader KMHDI akan selalu mampu dinamis, beradaptasi dan bertahan.
Jika ungkapan rasa cinta Sri Mulyani untuk Indonesia adalah “Jangan pernah lelah mencintai Indonesia”, maka begitu juga dengan kader KMHDI. Apapun masalah yang kita hadapi di KMHDI, sesakit dan selelah apapun prosesnya, “Jangan Pernah Lelah Mencintai KMHDI”.
Salam,
dari perempuan
yang lahir dari Rahim KMHDI.
