SEKRETARIAT PIMPINAN PUSAT KMHDI

Sekretariat Operasional (Surat Menyurat):
Jalan Kakatua Blok AA No. 14 Perumahan Cipinang Indah II, Kelurahan Pondok Bambu, Kecamatan Duren Sawit Jakarta Timur 13430
* Fax. : 021 – 86600779
Sekretariat Domisili :
Jalan Anggrek Nelly Murni Blok A No. 03, RT/RW 02/03 ,
Kelurahan Kemanggisan, Kecamatan Palmerah – Jakarta Barat 11480

Loading

Denpasar, kmhdi.org – Hari Raya Nyepi merupakan salah satu perayaan yang paling unik dalam kalender Hindu Bali. Dilihat dari namanya yaitu “Nyepi” yang berasal dari kata “Sepi atau sunyi” sudah jelas bahwa perayaan hari raya nyepi ini berbeda dengan perayaan hari raya lainnya dimana umumnya jika hari raya biasanya dirayakan dengan kemeriahan, namun Nyepi justru dirayakan dengan keheningan total selama 24 jam.

Menurut pandangan saya, keunikan Nyepi ini mencerminkan kearifan yang mendalam. Di era modern yang penuh kebisingan dan aktivitas tanpa henti, Nyepi hadir sebagai pengingat pentingnya refleksi diri dan keseimbangan spiritual. Selama sehari penuh, masyarakat Hindu khususnya di Bali menjalankan “Catur Brata Penyepian” yaitu Empat pantangan utama yang terdiri dari:

  1. Tidak menyalakan api/cahaya (amati geni).
  2. Tidak bekerja (amati karya).
  3. Tidak bepergian (amati lelungan)
  4. Tidak mencari hiburan/kesenangan duniawi (amati lelanguan).

Menurut saya untuk Poin Pertama yaitu Amati Geni tidak menyalakan Api itu bukan hanya sekedar kita tidak menyalakan api atau lampu saja melainkan mengendalikan emosi atau api dalam diri kita. Dimana pada hari raya Nyepi ini kita diharapkan mampu mebrata atau mengendalikan diri kita,agar tidak emosi sehingga tidak melakukan sesuatu yang tidak sepantasnya kita lakukan. Selain itu,
Biasanya pada hari raya Nyepi Umat Hindu Juga melaksanakan puasa selama 24 jam sebagai bentuk brata atau pengendalian diri.

Yang lebih mengesankan, seluruh pulau Bali menghormati perayaan ini termasuk non-Hindu. Bandara ditutup, jalan-jalan kosong, dan bahkan wisatawan diminta untuk tetap di dalam penginapan. Ini menunjukkan toleransi beragama yang tinggi dan penghormatan terhadap tradisi lokal.

Dalam konteks yang lebih luas, Nyepi juga memberikan manfaat ekologis yang signifikan. Selama sehari, polusi cahaya, suara, dan udara berkurang drastis. Langit malam Bali menjadi sangat jernih, menampilkan bintang-bintang dengan keindahan yang jarang terlihat di tempat lain.

Saya percaya bahwa konsep “keheningan kolektif” dalam Nyepi sangat relevan untuk direnungkan oleh semua orang, terlepas dari latar belakang agama. Di dunia yang semakin terhubung secara digital namun sering kali terputus secara spiritual, mungkin kita semua perlu “Nyepi” dalam kehidupan sehari-hari, momen untuk berhenti, merenung, dan menghubungkan kembali dengan diri kita yang sejati.

Share:

administrator