SEKRETARIAT PIMPINAN PUSAT KMHDI

Sekretariat Operasional (Surat Menyurat):
Jalan Kakatua Blok AA No. 14 Perumahan Cipinang Indah II, Kelurahan Pondok Bambu, Kecamatan Duren Sawit Jakarta Timur 13430
* Fax. : 021 – 86600779
Sekretariat Domisili :
Jalan Anggrek Nelly Murni Blok A No. 03, RT/RW 02/03 ,
Kelurahan Kemanggisan, Kecamatan Palmerah – Jakarta Barat 11480

Loading

Denpasar, kmhdi.orgFleksibilitas budaya adalah keampuan suatu budaya atau adat istiadat untuk beradaptasi dengan perubahan global tanpa mengalami kelunturan jati diri atai nilai-nilai awal budaya itu sendiri. Adaptasi budaya mencakup pemeliharaan identitas budaya asal seseorang, sambil mengembangkan kapasitas untuk berinteraksi secara efektif dengan anggota budaya lain. Kim, Y. Y. (2001). Ini mencerminkan sebuah keterbukaan dan mampu menerima perbedaan, menyesuaikan sikap dan prilaku, berinovasi dan membangun ruang interaksi dengan budaya asing, serta tetap menjaga keseimbangan pelestarian indetitas budaya asli.

Budaya bali merupakan budaya yang terkenal memiliki fleksibilitas tinggi. Ini terlihat dari kemampuan masyarakat Bali yang mampu menjaga nilai-nilai adat  serta kearifan lokal seperti, adanya konsep Tri Hita Karana. Salah satu konsep inti dari budaya Bali adalah Tri Hita Karana, yang berartitiga penyebab kebahagiaanatautiga hubungan yang harmonis“, yaitu: Parahyangan adalah hubungan manusia dengan Tuhan, Pawongan adalah hubungan manusia dengan manusia, dan Palemahan adalah hubungan  manusia dengan alam semesta itu sendiri.

Budaya bali memiliki struktur yang kompleks dan menyatu erat dengan kehidupan sehari-hari masyarakatnya. Salah satu elemen yang paling sering kita temui antara lain ; Adat istiadat Bali yang mengatur berbagai aspek kehidupan, yang dimuali dari kehidupan sampai kematian dengan nilai Tatwam Asi sebagai dasar segala aspek di Bali ; Desa adat merupakan kesatuan komunitas yang memiliki landasan hukum tradisional dan diberi kebebasan untuk mengelola kehidupan adat dan praktik keagamaannya. Terdapat dalam komunitas ini seperti struktir pemerintahan tradisional meliputi bendesa adat dan krama desa ; serta Ritual keagamaan seperti odalan, ngaben, melasti, dan tumpek merupakan bagian integral dari kehidupan masyarakat. Upacara ini dilakukan secara rutin dan diwariskan turun-temurun.

Budaya yang unik dan mempesona dari dulu menjadi daya tarik pariwisata, tetapi dibalik ini ada tekanan dari luar yang bisa membuat tantangan besar bagi kelestarian bahkan pergeseran budaya. Salah satu nya adalah bentuk komersialisasi ritual dan tarian. Upacara keagamaan yang sakral yang seharusnya menjadi ekspresi ritual murni, sekarang dimodifikasi menjadi tontonan wisata yang berpotensi mengikis makna spiritual dan menggesernya menjadi sebuah atraksi. Sama halnya tarian yang seharusnya dipentaskan di upacara tertentu, kini dipentaskan di tempat hiburan komersial. Selain pariwisata, faktor moderenisasi juga memberi tekanan, yaitu pengaruh media social yang secara cepat penyebaran gaya hidup global sehingga anak muda Bali mulai terpapar beberapa tren ataupun gaya hidup yang bertentangan dengan budaya lokal. Tidak sampai disitu, tuntunan lokal seperti lontar (Asta Kosala-Kosali) dipaksa beradaptasi dengan bentuk bentuk modern barat bahkan pura kini dibuka untuk tujuan komersial.

Perubahan budaya Bali adalah fenomena yang kompleks dan tidak dapat disederhanakan dengan satu faktor. Pada kenyataannya, perubahan ini disebabkan oleh interaksi dinamis antara kebutuhan masyarakat Bali sendiri dan tekanan kuat dari luar. Tidak mungkin untuk memisahkan kedua komponen ini sepenuhnya karena mereka sering saling memengaruhi dan memperkuat satu sama lain.salah satu faktor dari dalam yaitu, efisiensi dalam sebuah ritual, sedangkan faktor luar karena tekanan ekonomi dan industri pariwisata global juga memaksa sebagian masyarakat untuk menyesuaikan budaya demi keuntungan, yang bisa menyebabkan komersialisasi dan penyederhanaan makna sakral.

Jika faktor-faktor luar lebih berpengaruh dalam perubahan budaya dibandingkan kesadaran dari dalam, maka kelangsungan budaya Bali berpotensi terancam. Kehilangan arti sejati dalam ritual, hilangnya jarak antara yang sakral dan yang biasa, serta pergeseran nilai-nilai masyarakat menjadi ancaman yang nyata. Masa depan budaya Bali akan sangat bergantung pada kemampuan untuk menjaga nilai-nilai sekaligus bersiap menghadapi perubahan zaman.

Adalah sangat penting bagi masyarakat, pemerintah, dan industri pariwisata untuk membangun kesadaran kritis mengenai berbagai perubahan budaya. Setiap modifikasi yang terjadi harus dianalisis secara etis: apakah perubahan tersebut mampu melestarikan inti budaya atau justru mengorbankannya demi keuntungan komersial? Pendekatan kritis terhadap komersialisasi dan keterlibatan aktif dalam pendidikan budaya adalah faktor kunci agar Bali tetap dapat bertahan sebagai warisan yang berharga, bukan sekadar daya tarik yang menarik perhatian.

Penulis : I Wayan Yunan Pradipa (Kabid Sosmas PC KMHDI Denpasar)

                            

.

Share:

administrator