Oleh : Ni Luh Putu Febriyanti Suntari Devi – PD KMHDI Jawa Barat
“Beri aku seribu orang tua, niscaya akan kucabut Semeru dari akarnya. Beri aku sepuluh pemuda, niscaya akan kuguncangkan dunia“ (Bung Karno, 1901 – 1970)
Pemuda adalah aset fundamental yang menjadi sanksi otentik peradaban bangsa. Pemuda sebagai pemrakarsa pembangunan bangsa dalam segala aspek, dan pemuda pula insan pemangku cita yang menjadi jati diri dan visualisasi kemajuan bangsa (Widyantari, 2016). Demikian sekiranya makna yang tersirat dalam kutipan tokoh proklamator tersebut, sekaligus menjadi prolog yang membangkitkan semangat penulisan karya ini.

Perkembangan globalisasi dan derasnya pengaruh akselerasi zaman menciptakan ketidakpastian lingkungan, terlebih di situasi pandemi Covid-19. Kekhawatiran yang timbul, mendorong pemerintah untuk mengeluarkan kebijakan bekerja dari rumah (WFH) dan belajar dari rumah, dengan membatasi berbagai aktivitas industri, jasa, termasuk pendidikan. Padahal, pendidikan diyakini sebagai salah satu bidang yang dapat menjembatani insan dalam menghadapi berbagai tantangan global yang semakin masif. Hedward Humrey dalam Yusuf (2018) mendefinisikan pendidikan sebagai sebuah penambahan pengetahuan dan pemahaman, serta pengembangan keterampilan sebagai hasil dari studi, latihan, maupun pengalaman. Pengertian tersebut mengeksplisitkan makna bahwa pendidikan mampu mendorong terjadinya perubahan sikap bagi setiap insan sebagai hasil dari pengembangan potensi dirinya.
Pendidikan Hindu sebagai pedoman pemberdayaan sumber daya manusia (SDM) yang bertujuan untuk menguatkan kualitas manusia dengan berpedoman pada ajaran agama Hindu juga ikut terkena dampaknya. Misalnya saja, peran pasraman sebagai tempat berlangsungnya kegiatan pembelajaran berbasis pendidikan Hindu, terpaksa harus dibatasi untuk meminimalisir potensi penularan Covid-19. Perubahan tersebut secara empiris dilakukan relatif cepat tanpa ada persiapan yang matang, baik dari segi infrastruktur teknologi informasi maupun kesiapan SDM (Masriadi, 2020). Kegiatan pembelajaran yang awalnya dilakukan dengan penuh interaksi, canda tawa, dan kegiatan yang menyenangkan, seketika berubah menimbulkan kejenuhan. Problematika ini tentunya memicu terjadinya disorientasi ke arah negatif seperti turunnya minat belajar, motivasi, dan semangat.
Urgensi tersebut selanjutnya menuntut manusia untuk senantiasa berinovasi agar dapat mempertahankan setiap bagian kehidupan. Jika ditelaah, sebenarnya situasi ini mendorong terjadinya transformasi pendidikan Hindu menuju dijitalisasi. Hal ini sejalan dengan upaya dijitalisasi yang sedang digencarkan oleh pemerintah, di mana setiap aspek kehidupan harus mendapatkan sentuhan teknologi (Siteki, 2020 dalam Maksum & Fitria, 2021). Dengan demikian, diperlukan suatu strategi dalam menyusun media pembelajaran dijital yang interaktif terhadap pendidikan Hindu, misalnya menggunakan Virsram 360. Pengembangan Virsram 360 juga dapat dijadikan sebagai aset dijital untuk menghadapi tantangan di masa depan. Sehingga, diharapkan inovasi ini mampu mendukung keberhasilan program pembelajaran Hindu dan membangkitkan motivasi belajar peserta didik.
Konsep Virsram 360 mengadopsi dari salah satu permainan menembak yang dikembangkan oleh Riot Games, Inc. Berkaitan dengan konsep tersebut, pengguna Virsram 360 dibuat seolah-olah merasakan virtual tour untuk mempelajari segala materi terkait pendidikan Hindu. Virtual tour adalah pengembangan teknologi yang memungkinkan pengguna untuk meningkatkan kesadaran situasional melalui daya tangkap, daya lihat, dan menganalisis data virtual secara signifikan dengan menempatkan pengguna di dalam gambar (Wulur, Sentinuwo, & Sugiarso, 2015). Virsram 360 memuat materi-materi keagamaan, budaya, dan video yang edukatif agar pembelajaran terkesan lebih interaktif dan mudah dipahami. Melalui Virsram 360, pengguna diberikan pengalaman seolah-olah “pernah berada” dan “sedang melakukan” kegiatan di pasraman, meskipun hanya menggunakan layar monitor. Secara sederhana, rancangan desain Virsram 360 adalah sebagai berikut.
Gambar 1. Rancangan desain Virsham 360

Gambar 2. Diagram alir Virsham 360

Perancangan Virsram 360 tidak dimaksudkan untuk menggantikan posisi guru sebagai tenaga pendidik, melainkan menguatkan potensinya melalui dijitalisasi. Hal ini di dasari pula atas pertimbangan bahwa persebaran guru agama Hindu di Indonesia yang masih belum merata. Peran guru dalam Virsram 360 dibutuhkan untuk menyusun materi pembelajaran dan memberikan siraman rohani pada sesi dharma wacana. Hasil penelitian Tasbihah & Suprijono (2021) menemukan adanya pengaruh yang signifikan antara media pembelajaran berbasis virtual tour terhadap motivasi belajar karena peserta didik mendapatkan stimulus dalam bentuk audio-visual. Selain itu, hasil penelitian Haris & Osman (2015) dalam Wibowo (2020) menyatakan bahwa metode pembelajaran virtual tour yang terintegrasi dengan teori konstruktivisme, kognisi pembelajaran multimedia, dan pemrosesan informasi berkorelasi positif terhadap prestasi belajar jika dibandingkan dengan metode pembelajaran konvensional. Media pembelajaran berbasis Virsram 360 menyajikan data pada berbagai skala dan gambar dari berbagai sudut pandang. Berkaitan dengan hal tersebut, pengguna bisa merasakan sensasi belajar sambil berekreasi.
Pendidikan Hindu sebagai garda pembentuk karakter memiliki peranan penting bagi umat Hindu. Pentingnya peran pendidikan Hindu dan penurunan angka Covid-19 merupakan dua hal yang menjadi pertimbangan saat ini. Sebagaimana telah disinggung sebelumnya, salah satu upaya yang dapat diimplementasikan agar pendidikan Hindu bisa berjalan lancar adalah dengan mengembangkan inovasi yang solutif dan adaptif. Dalam hal ini, Virsram 360 dirasa relevan untuk dikembangkan dan dijadikan sebagai alternatif. Selain sebagai media pembelajaran yang interaktif dan upaya memutus penyebaran Covid-19, Virsram 360 juga dapat dijadikan sebagai aset dijital dalam menghadapi tantangan di masa depan. Dengan demikian, peserta didik akan lebih termotivasi dan antusias untuk mengikuti kegiatan pembelajaran Hindu.
DAFTAR PUSTAKA
Maksum, A., & Fitria, H. (2021). Transformasi dan Digitalisasi Pendidikan Dimasa Pandemi. Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Program Pascasarjana Universitas PGRI Palembang, 121-127.
Masriadi. (2020, Juli 2). Suka Duka Kuliah Online Saat Pandemi Corona: Dosen dan Mahasiswa “Gaptek” hingga Mengeluh Boros Paket Data. Retrieved from Kompas.com: https://regional.kompas.com/read/2020/04/07/22044941/suka-duka-kuliah-online-saat-pandemi-corona-dosen-dan-mahasiswa-gaptek?page=al
Tasbihah, N. L., & Suprijono, A. (2021). Pengaruh Pembelajaran Daring Berbasis Media Virtual Tour to Museum terhadap Motivasi Siswa Belajar IPS di Kelas VIII SMPN 1 Gresik. Jurnal Dialetika Pendidikan IPS, Vol. 1 (1), 16-25.
Wibowo, T. U. (2020). Pemanfaatan Virtual Tour Museum (VTM) dalam Pembelajaran Sejarah di Masa Pandemi Covid-19. Prosiding Seminar Nasional Pendidikan FKIP, p-ISSN 2620-9047, e-ISSN 2620-9071, 390-396.
Widyantari, D. P. (2016). Pribadi Nasionalis : Garda Pendidikan Karakter dalam Perspektif Budaya yang Kreatif dan Inovatif.
Wulur, H. W., Sentinuwo, S., & Sugiarso, B. (2015). Aplikasi Virtual Tour Tempat Wisata Alam di Sulawesi Utara. E-Journal Teknik Informatika, Vol. 6, No. 1, ISSN : 2301-8364, 1-6.
Yusuf, M. (2018). Pengantar Ilmu Pendidikan. 1-23.