SEKRETARIAT PIMPINAN PUSAT KMHDI

Sekretariat Operasional (Surat Menyurat):
Jalan Kakatua Blok AA No. 14 Perumahan Cipinang Indah II, Kelurahan Pondok Bambu, Kecamatan Duren Sawit Jakarta Timur 13430
* Fax. : 021 – 86600779
Sekretariat Domisili :
Jalan Anggrek Nelly Murni Blok A No. 03, RT/RW 02/03 ,
Kelurahan Kemanggisan, Kecamatan Palmerah – Jakarta Barat 11480

Loading

Ngideran ogoh-ogoh (bahasa Bali) atau dalam bahasa Indonesia ‘parade ogoh-ogoh’ merupakan salah satu tradisi yang dimiliki Indonesia yang sudah biasa dilakukan oleh masyarakat Hindu. Memang sudah biasa bahkan mutlak ada sebelum Catur Brata Penyepian, tetapi tetap menarik untuk disimak dan dihadiri dalam realita pelaksanaannya. Ngideran ogoh-ogoh biasanya dilakukan pada hari Tawur Agung Kesanga (satu hari sebelum nyepi).
Ngideran ogoh-ogoh memiliki makna untuk menghapus keburukan sifat maupun kondisi banjar, keluarga dan lingkungan masyarakat. Tetapi yang menjadi titik utama adalah untuk menghapus sifat-sifat buruk yang ada didalam diri kita, atau dalam agama Hindu disebut dengan Sad Ripu,” demikian papar bapak Pursi selaku ketua adat di desa Karang Sari. Desa Karang Sari merupakan salah satu desa yang berada didekat perbatasan antara sumatera selatan dan Lampung.
“Desa kami ini dapat dikatakan desa yang terpencil dan sulit untuk dijangkau oleh pemerintah daerah, sehingga berbagai perkembangan infrastruktur atau kemajuan fasilitas umat Hindu disini sebagian besar karena banjar sendiri yang sering melakukan iuran sebagai tindakan kemandirian. Meskipun demikian kami sebagai kaum minoritas disini, kami tetap mempertahankan budaya Bali sebagai hal yang sangat kami hargai” tambahnya. Desa Karang Sari memang desa yang tergolong terpencil, karena letaknya yang berada diantara beribu-ribu hektar kebun tebu serta kondisi jalan yang harus dilewati untuk sampai di desa ini cukup sulit.

http://kmhdi.files.wordpress.com/2013/04/22.jpg
Gambar 1. Gambaran situasi jalan/infrastruktur desa

Kondisi tersebut tidak menurunkan semangat warga sekitar untuk tetap melestarikan budaya Bali yang seolah sudah menyatu dalam aliran darah dan syaraf pusat pemikiran mereka. Terbukti bahwa setiap hari raya Nyepi, pembuatan ogoh-ogoh tidak pernah absen dalam kelengkapan agenda perayaan hari raya Nyepi. Belakangan ini, muncul tradisi baru yang dilaksanakan yang belum pernah dilakukan oleh warga di tahun-tahun sebelumnya. Dimana tradisi ini muncul secara fleksibel yang sebenarnya berada diluar runtunan dalam menyambut perayaan hari raya Nyepi di desa Karang Sari. Tradisi-tradisi tersebut adalah seperti adanya pementasan seni tari oleh siswa-siswi Sekolah Dasar, Calon Arang oleh muda-mudi desa, beleganjur dan satu tradisi istimewa mengejutkan yang dilakukan di desa Karang Sari adalah melantunkan mantram Gayatri sebanyak sebelas kali sebelum ngideran ogoh-ogoh.
Gayatri mantram adalah mantram yang paling mulia diantara semua mantra. Dinyanyikan oleh semua mantra. Ia adalah ibu mantram, dinyanyikan oleh semua orang beragama Hindu sewaktu sembahyang (sumber: Kupasan Mantram-Mantram Tri Sandhya.hal.1). Definisi tersebut selaras dengan apa yang dikatakan oleh salah satu pemangku di desa Karang Sari sebelum ngideran ogoh-ogoh “gayatri mantram adalah mantra yang sangat istimewa dan sakral, untuk itu mari kita melantunkan gayatri mantram sebanyak sebelas kali untuk mendapatkan restu dan keselamatan dari Ida Shang Hyang Widi Wasa.”
Secara utuh, tradisi tersebut dimulai dengan bersembahyang dan nunas tirtha seperti biasa, semua warga mulai dari anak-anak sampai tetua di desa tersebut melantunkan Gayatri mantram dengan berjalan melingkar mengelilingi ogoh-ogoh sebanyak sebelas kali, kemudian setelah itu masyarakat mendapatkan tirtha untuk yang kedua kalinya dari pemangku sebagai lambang ketenangan atau agar acara ngideran ogoh-ogoh berjalan dengan lancar. Bahkan segenap umat muslim yang turut berpartisipasi dalam nginderan ogoh-ogoh juga nunas tirtha selayaknya yang dilakukan oleh umat Hindu, karena memang di desa yang umat Hindu-nya minoritas ini sudah tercipta hubungan yang harmonis antar umat beragama sejak dulu. Sehingga tradisi yang ada, meskipun mereka tidak melaksanakan secara ritual mereka tetap memiliki sebagai wujud toleransi yang baik.

http://kmhdi.files.wordpress.com/2013/04/untitled-15.jpg
Gambar 2. Bergayatri sebelum ngideran Ogoh-Ogoh

Alhasil bahwa, keistimewaan Gayatri mantram mampu membawa ketenangan pikiran pada saat ngideran ogoh-ogoh, sehingga acara ngideran ogoh-ogoh berjalan dengan sukses sampai acara pembakaran. Hal ini menunjukkan bahwa Gayatri mantram adalah mantra yang sangat istimewa bagi umat Hindu, Gayatri mantram mampu memberikan ketenangan hati dan pikiran. Jika bertanya mengenai latar belakang atau alasan adanya inovasi baru dalam acara ngideran ogoh-ogoh, segenap umat desa tersebut diingatkan akan acara ngideran ogoh-ogoh di tahun sebelumnya yang identik dengan kericuhan dan ketidak nyamanan. Karena itulah muncul persepsi dan pemikiran bersama untuk ber-Gayatri mantram sebelum ngideran ogoh-ogoh dan terbukti hal ini menjadi sebuah pembaharuan yang sangat berarti bagi mereka. Acara menjadi berlangsung dengan kondusif. Disamping itu, ngideran ogoh-ogoh menjadi efektif dalam menjalankan fungsinya sebagai lambang penghapus keburukan baik yang ada di dalam diri maupun di lingkungan dan juga sebagai hiburan banyak orang baik bagi umat Hindu maupun non-Hindu serta semakin mengeksplorasi budaya ogoh-ogoh kesemua mata. Menanamkannya dengan kuat dalam ingatan dan mematenkannya didalam alam bawah sadar bahwa ngideran ogoh-ogoh adalah harga mati dalam ritual Nyepi. Bagian unik, cantik dan menarik.
Ber-Gayatri mantram sebelum ngideran ogoh-ogoh telah mencerminkan sebagai bukti nyata inovasi yang membangun. Hal ini mungkin dapat menjadi bahan ajar bagi kaum muda Hindu saat ini, karena kembali pada jati diri dan kodrat kita sebagai pemuda, sebagai penggerak dan pengisi kemerdekaan, inovasi tersebut sangat kuat membangunkan dan menyadarkan kita untuk tidak berhenti dalam memunculkan hal baru yang bermanfaat dan memberi sumbangan membangun. Dengan berada pada wadah yang tepat, yaitu KMHDI sangat wajar dan tidak berlebihan jika kita berani mengatakan bahwa kemajuan Hindu salah satunya ada ditangan kita. Karena kita adalah miniatur dari calon tokoh Hindu yang akan memajukan Hindu kedepannya. Ditangan kita, akan muncul berbagai impelementasi hasil pemikiran dan gagasan cerdas pemuda-pemuda Hindu.

BIODATA PESERTA
Peserta 1
Nama : I Kadek Andre Nuaba
Tempat/Tgl Lahir : Karang Sari, 11 Januari 1994
Jenis Kelamin : Laki-Laki
Utusan : PD KMHDI Sumatera Selatan
No. Anggota : 2011120052
Alamat Sekretariat: Pura Agung Sriwijaya, Jln. Seduduk Putih No. 19 Kenten Palembang
Perguruan Tinggi : Universitas Sriwijaya
Alamat Perguruan Tinggi : Jln. Palembang-Prabumulih KM. 32 Indralaya
Fakultas/Jurusan : Ilmu Komputer/Sistem Komputer
Nomor Induk Mahasiswa : 09111001046
Handphone: +628 56 6484 6308
e-mail : andre_ikan94@yahoo.co.id

Peserta 2
Nama : Ni Wayan Puspa Pandani
Tempat/Tgl Lahir : Air Saleh, 15 Juli 1992
Jenis Kelamin : Perempuan
Utusan : PD KMHDI Sumatera Selatan
No. Anggota : 2011120043
Alamat Sekretariat: Pura Agung Sriwijaya, Jln. Seduduk Putih No. 19 Kenten Palembang
Perguruan Tinggi : Universitas Sriwijaya
Alamat Perguruan Tinggi : Jln. Palembang-Prabumulih KM. 32 Indralaya
Fakultas/Jurusan : Kedokteran/Pendidikan Dokter Umum
Nomor Induk Mahasiswa : 04101401125
Handphone: +628 52 0818 3828
e-mail : wayancardiacaa@yahoo.com

Share:

administrator