SEKRETARIAT PIMPINAN PUSAT KMHDI

Sekretariat Operasional (Surat Menyurat):
Jalan Kakatua Blok AA No. 14 Perumahan Cipinang Indah II, Kelurahan Pondok Bambu, Kecamatan Duren Sawit Jakarta Timur 13430
* Fax. : 021 – 86600779
Sekretariat Domisili :
Jalan Anggrek Nelly Murni Blok A No. 03, RT/RW 02/03 ,
Kelurahan Kemanggisan, Kecamatan Palmerah – Jakarta Barat 11480

Loading

Palopo, KMHDI.org-Puluhan mahasiswa yang tergabung dalam Front Perjuangan BBM Subsidi menggelar aksi demonstrasi penolakan kenaikan harga BBM yang sebelumnya ditetapkan oleh pemerintah pada Minggu, (03/09/2022). Aksi tersebut berlangsung di depan taman mahkam pahlawan Salubulo, tepatnya Jl. Dr. Ratulangi, Salobulo, Kec. Wara Utara, Kota Palopo, pada Senin, (05/09/2022)

Puluhan mahasiswa menyampaikan tuntutan dengan membentangkan spanduk yang betulisan  “BBM Naik Rakyat Tercekik”. Adapun tuntutan dari Front Perjuangan BBM Subsidi, yakni Menolak kenaikan harga BBM bersubsidi dan Berantas mafia minyak BBM.

Aksi demonstrasi mahasiswa ini diikuti oleh beberapa lembaga mahasiswa, yakni oleh Pimpinan Cabang Kesatuan Mahasiswa Hindu Dharma Indonesia (PC KMHDI) Palopo dan Komando Wilayah Gerakan Aktivis Mahasiswa Luwu Raya yang berpayung dalam Aliansi Front Perjuangan BBM Subsidi. Mereka melakukan Long march dari titik awal lampu lalulintas di Salubulo sampai pada Taman Makam Pahlawan kota Palopo. Selain itu, mereka juga melakukan orasi dan aksi simbolik dengan mendorong motor sebagai bentuk protes.

Mahasiswa menilai kebijakan pemerintah menaikan harga BBM bersubsidi tidak dengan memperhatikan kondisi ekonomi masyarakat yang saat ini masih dalam tahap pemulihan pasca pandemi Covid-19, terlebih kenaikan harga BBM bersubsidi akan sejalan dengan naiknya harga kebutuhan bahan pokok yang mengakibatkan turunnya daya beli masyarakat dan nantinya akan terjadi inflasi. 

Jenderal lapangan aksi demonstrasi, Rihal yang akrab disapa Corsa, dalam orasinya menyampaikan bahwa naiknya harga BBM bersubsidi adalah tamparan keras bagi rakyat dan akan berdampak pada semakin jatuhnya rakyat ke jurang kemiskinan.

“Kebijakan pemerintah menaikan BBM bersubsidi jenis pertalite dan solar  akan sangat berdampak kepada masyarakat menengah ke bawah dan secara tidak langsung akan mendorong pada jurang kesenjangan sosial yang semakin mendalam,” tegas Rihal.

Selain itu,  Rihal juga menilai bahwa naiknya harga BBM bersubsidi jenis pertalite dan solar akan memicu kenaikan harga logistik di berbagai sektor. Pasalnya BBM merupakan salah satu kebutuhan mendasar manusia dalam untuk mendistribusikan barang.

“Kenaikan harga BBM bukan hanya memicu kenaikan biaya transportasi, melainkan kenaikan BBM juga akan membuat harga bahan-bahan logistik meningkat dan secara tidak langsung akan mendorong kenaikan biaya-biaya lainnya,” terangnya.

Sejalan dengan Rihal, wakil jenderal lapangan, Budhi, dalam orasinya menegaskan bahwa mahasiswa menolak kenaikan BBM subsidi, yang harga semula BBM jenis PERTALITE Rp. 7.650/Liter menjadi Rp. 10.000/Liter. PERTAMAX Rp. 12.500/Liter Menjadi Rp.14.500/Liter. SOLAR dari Rp. 5.150/Liter menjadi Rp. 6.800/Liter. Ia juga menilai tidak tepat sasarannya distribusi BBM bersubsidi diakibatkan oleh tidak adanya pengawasan yang ketat dari pemerintah.

“Kita melihat kenaikan harga BBM bersubsidi yang dilakukan oleh pemerintah sangatlah tidak ideal padahal kita dalam posisi transisi dari pandemi menuju endemi. Lebih mirisnya sebanyak 80% BBM subsidi dinikmati oleh kalangan atas dan hanya 20% masyarakat kalangan bawah yang menikmatinya artinya BBM subsidi tidak tepat sasaran. Hal ini diakibatkan oleh gagalnya pemerintah untuk melakukan pengawasan terhadap proses distribusi BBM bersubsidi,” tutup Budhi yang juga merupakan Ketua Bidang PC KMHDI Palopo.

Share:

administrator