SEKRETARIAT PIMPINAN PUSAT KMHDI

Sekretariat Operasional (Surat Menyurat):
Jalan Kakatua Blok AA No. 14 Perumahan Cipinang Indah II, Kelurahan Pondok Bambu, Kecamatan Duren Sawit Jakarta Timur 13430
* Fax. : 021 – 86600779
Sekretariat Domisili :
Jalan Anggrek Nelly Murni Blok A No. 03, RT/RW 02/03 ,
Kelurahan Kemanggisan, Kecamatan Palmerah – Jakarta Barat 11480

Loading

Bandar Lampung, kmhdi.org – Pernahkah kita benar-benar duduk diam sejenak dan bertanya dalam hati: Siapa aku sebenarnya? Untuk apa aku ada di dunia ini? Apakah sekadar mengikuti arus, mengejar kenyamanan, kesenangan, dan pengakuan? Atau….ada tujuan yang lebih suci di balik kelahiran ini?

Sebagai umat Hindu, kita percaya bahwa hidup bukanlah kebetulan. Kita adalah atma yang diberi kesempatan lahir sebagai manusia untuk menapaki perjalanan spiritual, menunaikan dharma, dan pada akhirnya mencapai moksa. Tapi… apakah arah hidup kita hari ini masih menuju ke sana?

Mari lihat ke sekitar dan juga ke dalam diri kita.

Apakah nilai-nilai dharma masih menjadi kompas hidup kita? Atau sudah tergeser oleh gemerlap dunia yang meninabobokan?

Saat mabuk-mabukan dianggap hiburan, pergaulan bebas dianggap modern, dan ajaran suci dianggap ketinggalan zaman. Kita mulai kehilangan rasa malu pada hal yang keliru, dan perlahan lupa pada arah hidup yang seharusnya kita jaga.

Kita sering berkata Hindu itu fleksibel, dan memang benar. Tapi apakah kita memahami maksudnya? Fleksibel bukan berarti kita bebas membenarkan segala hal. Hindu mengajarkan keseimbangan, bukan kebebasan yang liar. Desa kala patra bukanlah alasan untuk mengabaikan dharma, tapi petunjuk agar kita bijak menyesuaikan tanpa kehilangan arah.

Menjadi Hindu bukan hanya tentang datang ke pura, memakai pakaian adat, atau mengikuti upacara. Itu penting. Tapi lebih dari itu, menjadi Hindu adalah tentang kesadaran.

Apakah aku hidup dengan penuh kesadaran hari ini?

Atau hanya sekadar mengaku Hindu, tapi kehilangan semangat spiritualnya?

Kita diajarkan untuk hidup dengan sadar : berpikir sebelum bertindak, menimbang sebelum memutuskan.

Mari bertanya kembali kepada diri sendiri:

Apakah aku bangga menjadi Hindu karena memahami maknanya? Atau hanya karena kebetulan terlahir dalam keluarga Hindu?

Cermin Diri dari Kitab Suci

.

Chandogya Upanishad 8.7.1

.

ya ātmāpahatapāpmā vijaro vimṛtyurviśoko vijighatso’pipāsaḥ satyakāmaḥ satyasaṃkalpaḥ so’nveṣṭavyaḥ sa vijijñāsitavyaḥ sa sarvāṃśca lokānāpnoti sarvāṃśca

kāmānyastamātmānamanuvidya vijānātīti ha prajāpatiruvāca Artinya :

Prajāpati pernah berkata: Diri itu bebas dari dosa, bebas dari usia tua, bebas dari kematian, bebas dari kesedihan, dan bebas dari rasa lapar dan haus. Itulah penyebab keinginan akan Kebenaran dan komitmen terhadap Kebenaran. Diri ini harus dicari dan dikenali secara menyeluruh.

Orang yang telah mencari dan mengenali Diri akan mencapai semua alam dan semua keinginan.

Di dalam Hindu, kamu diberi kesempatan untuk menemukan kebenaran lewat pengalaman dan kesadaran. Kemudian, salah satu cara untuk mengenali diri adalah melalui perenungan seperti yang tertuang pada Bhagavad Gītā 18.63 :

Vimṛśyaitad aśeṣeṇa yathecchasi tathā kuru

(Renungkan semuanya dengan saksama, lalu bertindaklah sesuai kehendakmu)

Jika dirimu sedang gelisah, ragu, atau merasa kosong, itu bukan dosa dalam Hindu. Itu tanda jiwa sedang tumbuh dan perlahan menyadari hakikat sejatinya:

Tat Twam Asi”

( Aku adalah Engkau, Engkau adalah Aku.

.

.

Pesan untuk kita hari ini :

.

“Jangan percaya karena aku berkata. Temukan karena kamu sadar.”

(Swami Vivekananda)

Kutipan ini menekankan bahwa kebenaran harus ditemukan melalui pemikiran dan pengalaman sendiri. Dengan kesadaran, seseorang dapat mengevaluasi informasi, menganalisisnya, dan menarik kesimpulan berdasarkan bukti dan pemahaman mereka sendiri.

Kalau kita merasa resah, itu tandanya jiwa kita masih hidup. Jika kita merasa terusik membaca ini, mungkin itu artinya Tuhan sedang membisikkan pesan-Nya. Bahwa kita perlu kembali,

kembali ke jati diri, kembali pada jalan dharma, dan kembali menjadi manusia Hindu yang hidupnya punya arah dan tujuan.

Dalam perjalanan menemukan diri dan menjaga arah hidup, kita tidak bisa berjalan sendirian. Kita butuh ruang untuk bertumbuh, belajar, berbagi, dan saling mengingatkan yaitu salah satu nya adalah dengan berorganisasi.

Berorganisasi bukan sekadar aktif dalam kegiatan atau hadir dalam rapat, lebih dari itu, berorganisasi adalah proses menempa diri.

Saat organisasi dijalani dengan kesadaran, ia menjadi sarana spiritual juga tempat kita belajar menjadi manusia yang utuh, bukan hanya untuk diri sendiri, tetapi juga untuk umat, bangsa, dan semesta.

KMHDI : Rumah untuk Jiwa-Jiwa yang Mencari

Dan di sinilah KMHDI hadir, bukan sekadar organisasi, tapi tempat bagi kita untuk bercermin. KMHDI adalah tempat kita tumbuh, belajar mengenal diri, memperkuat iman, dan membentuk karakter sebagai kader Hindu yang utuh : bukan hanya cerdas secara intelektual, tapi juga tajam secara moral dan spiritual.

Apakah aku sudah benar-benar menjadi bagian dari perjuangan itu, atau hanya ikut-ikutan tanpa jiwa di dalamnya?

Mari berhenti sejenak.

Lihat ke dalam. Renungkan langkah kita selama ini.

Penulis : Kadek Dewi Septi Suryani (Bendahara PC KMHDI Bandar Lampung)

Share:

administrator