RUMTARA (RUMAH NUSANTARA) “STRATEGI JANGKA PANJANG BAGI PARIWISATA INDONESIA
Oleh: Gusti Ayu Yulia D.
Kemandirian ialah kemampuan untuk memenuhi kebutuhan sendiri. Berbicara mengenai Negara, maka kemandirian nasional merupakan kemampuan negara dalam memenuhi kebutuhannya baik berupa barang maupun jasa melalui produksi dalam negeri sendiri, tanpa bergantung pada pihak luar misalnya negara lain atau organisasi internasional lainnya. Kemandirian negara meliputi banyak aspek misalnya pangan, sandang, energi, obat-obatan, alkes, dan sebagainya yang mampu dipenuhi oleh kapasitas produksi dalam negeri. Kemandirian itu akan membawa pertumbuhan pada devisa negara sehingga berdampak pada kemandirian finansial dan tidak tergantung pada hutang luar negeri.
Perjuangan Indonesia dalam memperbaiki sektor finansial perekonominan, makin membesar di tahun 2020 hingga beberapa tahun mendatang. Pandemi menjadi faktor terbesar atas melambatnya pertumbuhan ekonomi sehingga makin jauh pula Indonesia pada kemandirian finansial. Berdasar data dari Bappenas, pertumbuhan ekonomi global pada tahun 2020 diprediksi tetap tumbuh namun melambat pada rentang -0,4 hingga 2,3 % yang puncak perlambatannya terjadi pada triwulan II tahun 2020. Mengutip pada laman katadata.co.id (Victoria, 2020), dalam laporan Global Economic Prospects Juni 2020 Bank Dunia mengingatkan atas resiko ketergantungan pada dana asing untuk memenuhi pembiayaan di sejumlah negara.
Informasi dari laporan berjudul Statistik Utang Luar Negeri Indonesia bulan Agustus 2021 yang dirilis oleh Bank Indonesia, Utang Luar Negeri Indonesia pada triwulan II tahun 2021 sebesar 415,1 miliar USD atau setara Rp 5.966,2 triliun (kurs Rp 14.373 per dolar AS), turun 0,1% dibanding posisi ULN triwulan I, yang disebabkan oleh pertumbuhan ULN Pemerintah dan ULN swasta yang menurun dibanding triwulan sebelumnya. Namun meskipun memiliki utang sejumlah tersebut, Bank Indonesia menyatakan bahwa struktur ULN Indonesia tetap sehat karena utang didominasi oleh ULN jangka panjang, dan perannya terus diptimalkan untuk menopang pembiayaan pembanungan dan mendorong pemulihan ekonomi nasional. Untuk itu, negara harus berupaya menguatkan ekonomi dan meningkatkan pendapatan dalam negeri agar mengurangi tingkat ketergantungan pada dana asing kedepannya.
Kegiatan ekonomi di Indonesia masih ditopang oleh sektor industri pengolahan, perdagangan, pertanian, dan bidang jasa seperti jasa keuangan dan asuransi, informasi dan komunikasi, pendidikan, serta jasa kesehatan dan kegiatan sosial. Sementara itu, industri pariwisata Indonesia yang memiliki potensi sangat besar untuk menaikkan devisa negara terkena dampak yang cukup berat atas pandemi ini. Pariwisata memiliki potensi besar namun juga sensitifitas yang sangat tinggi atas isu ataupun kejadian yang sedang terjadi.
Berdasar pada Data Badan Pusat Statistika , jumlah kunjungan wisatawan mancanegara ke Indonesia pada tahun 2020, sejumlah 4.052.923 kunjungan, menurun jauh dibanding tahun 2019 yang menyentuh angka sejumlah 16.106.954. Penyebab penurunan salah satunya karena Indonesia mengeluarkan kebijakan pembatasan lalu lintas orang asing untuk masuk ke Indonesia sementara waktu. Wisatawan mancanegara yang mengunjungi Indonesia sebagian besar didominasi oleh warga asal benua Asia yaitu Timor Leste, Malaysia, Singapura, Tiongkok, dan benua Australia. Arus kunjungan wisman (wisatawan mancanegara) ke Indonesia terdeteksi melalui lima pintu masuk yaitu Ngurah Rai (Bali) sebesar 26,13%, Bandara Soekarno-Hatta (Jakarta), sebesar 10,74%, pintu masuk Batam sebesar 7,29%, Pelabuhan Tanjung Uban sebesar 1,60%, dan Bandara Kualanamu sebesar 1,02%. Karakteristik demografi wisatawan yang datang berkunjung didominasi oleh laki-laki sebesar 56%, dan kelompok usia 25-44 tahun.
Sektor pariwisata berpeluang besar pada peningkatan devisa negara yang akan berdampak pula pada pemulihan ekonomi nasional. Terlebih banyak potensi yang bisa menjadi daya tarik wisata di Indonesia. Kemenparekraf membagi potensi pembangunan pariwisata Indonesia menjadi 4 bagian. Pertama, potensi pada pengembangan destinasi pariwisata, yang meliputi fasilitas wisata di daerah tujuan, fasilitas umum, dan kemudahan akses sarana-sarana yang tersedia. Kedua, potensi pengembangan pemasaran pariwisata. Ketiga, potensi pembangunan industri pariwisata. Terakhir, potensi pembangunan kelembagaan kepariwisataan. Pada bidang pembangunan ekonomi kreatif, Indonesia memiliki potensi pada keragaman budaya dan SDM yang tinggi, keragaman SDA sebagai bahan baku kuliner dan kriya, bonus demografi, serta konsumen produk ekonomi kreatif sangat besar (Baparekraf, 2021)
Industri pariwisata merupakan satu kesatuan, yang pengembanganngannya tidak bisa hanya fokus pada keunikan dan daya tarik destinasi saja melainkan ada aspek lain meliputi keamanan dan keselamatan, kesehatan dan kebersihan, lingkungan, kualitas infrastruktur, informasi, dan komunikasi. Jika melihat sekilas sistem pembangungan pariwisata di negara lain, ada negara Singapura, Malaysia dan Thailand yang dapat diamati strategi pariwisatanya. Dalam segi informasi ketiga negara tersebut sudah sangat memadai, dan tersedia bagi wisatawan bahkan saat wisatawan baru menapakkan kaki di negara mereka.
Promosi wisata secara nasional yang terkonsep merupakan wujud dari nation branding. nation branding merupakan salah satu strategi komunikasi dan teknik informasi pemasaran untuk membentuk citra bangsa (Putri, 2020). Pada Negara Malaysia mereka menggunakan strategi national branding dengan tagline “Malaysia Truly Asia” yang menggunakan serangkaian media cetak dan televisi untuk membawa pesan bahwa Malaysia mewakili seluruh negara Asia. Selama bertahun-tahun mereka menampilkan Wanita yang menggunakan pakaian etnik di berbagai situs dan media pemasaran. Tidak hanya itu, Malaysia juga membuat aplikasi smartphone sebagai media promosi dan pemasaran bernama MyMOTAC, yang dapat membantu masyarakat dalam memeriksa agen perjalanan dan operator tur hotel yang berlisensi sesuai standard mereka serta aplikasi Malaysia Trip Planner yang merupakan keluaran aplikasi resmi dari Tourism Malaysia untuk membantu wisatawan menemukan tempat-tempat unik, event menarik, dan perayaan budaya sepanjang tahun. Branding ini tidak dilakukan dalam waktu singkat melainkan menjadi program jangka panjang bertahap dalam setiap kurun waktu 5 (lima) tahun hingga 10 tahun (Putri, 2020).
Berbeda dengan Negara Thailand yang mengalami penurunan pada kunjungan wisatawan asal Australia, maka pemerintah setempat melakukan nation branding melalui tagline “Amazing Thailand” dan menurunkannya pada TAT’s Market Plan 2015 dan 2nd National Development Plan, serta pendekatan terpusat menggunakan beberapa program nasional guna mempromosikan Thailand pada wisatawan Australia dan menargetkan mereka untuk melakukan kunjungan Kembali (Ayna, 2019). Saat pandemi ini pun, Thailand masih tetap melakukan promosi wisatanya dengan mengedepankan “rasa kepercayaan”. Thailand bersiap untuk menyediakan wisata yang minim resiko virus Covid-19 salah satunya dengan upaya menetapkan standard sertifikasi bagi hotel dan tempat wisata di sana agar menyediakan pelayanan yang aman untuk mencegah peenularan.
Indonesia juga memiliki nation brand-nya sendiri yaitu “Wonderful Indonesia” yang menonjolkan pengalaman akan sejarah dan warisan budaya Indonesia. Rangkaian rencana untuk mewujudkannya tidak dimulai dalam waktu yang singkat. Indonesia telah melakukannya sejak tahun 2013 di Amerika Serikat pada Pawai Kendaraan Hias Terbesar di Dunia “Tournament of Roses”, dan ikut kembali di tahun berikutnya guna mempromosikan budaya dan daya tarik wisata Indonesia ke warga Amerika. Indonesia juga tampil di acara-acara dunia guna mengenalkan Indonesia. Event-event unggulan kemudian dimasukkan dalam Calender of Event Wonderfull Indonesia (CoE WI).
Dalam menyiapkan pariwisata yang unggul, kemenparekraf juga memberdayakan masyarakat dalam negeri dalam program “wonderful startup academy” untuk mengembangkan UKM bidang pariwisata, karena untuk menciptakan iklim wisata yang bagus tidak hanya mengedepankan destinasi dan keunikan tetapi juga SDM setempat, keamanan, transportasi, kuliner, dsb.
Berdasar contoh strategi yang telah dilakukan oleh negara lain, dan melihat strategi apa yang telah dilakukan oleh Indonesia, maka konsep RUMTARA (Rumah Nusantara) akan membantu dalam memaksimalkan tujuan program “Wonderful Indonesia”. Dari pemaparan yang diatas, Indonesia unggul dalam mengikuti event-event mengenalkan budaya Indonesia ke masyarakat luar pada tanggal-tanggal tertentu dalam kalender acara. Sedangkan RUMTARA dapat digunakan sebagai cerminana daerah Indonesia di luar negeri yang dapat dilihat dan dikunjungi kapanpun.
RUMTARA merupakan program untuk membangun dan menghadirkan jendela Indonesia di luar negeri dalam bentuk rumah makan. RUMTARA merupakan bangunan yang mengambil bentuk arsitek rumah-rumah adat di Indonesia, misalnya rumah adat suku Jawa, rumah adat Sunda, rumah adat bali, Rumah Betawi dan sebagainya. Bangunan itu nantinya digunakan sebagai tempat berjualan kuliner asli masakan daerah dimana rumah adat tersebut berasal. Misalnya rumah joglo dari daerah Jawa Tengah, didalamnya menjual berbagai masakan khas Jawa Tengah, dengan nuansa Jawa didalamnya. Segala suasana yang ada di dalam rumah itu, menggambarkan budaya Jawa Tengah, bahkan hingga bau ruangan diatur sedemikian rupa agar orang dapat menikmati salah satu daerah Indonesia walaupun sedang berada di Luar Negeri. Agar makanan mudah diterima di lidah orang asing, maka perlu diracik agar citarasa menyesuaikan selera warga setempat tanpa meninggalkan identitas makanan daerah. Pelayanan, cara makan, alat makan, cara berbicara, hingga pakaian semuanya diatur untuk mengkomunikasikan budaya Indonesia namun tetap menyesuaikan selera warga di negara asing.
Kehadiran teknologi pada RUMTARA diterapkan pada fasilitas video yang dapat diakses pengunjung ketika berkunjung dan membeli makanan di sana. Video yang akan dinikmati bukanlah video biasa, melainkan video 360o, yang dapat digerakkan kemanapun pengunjung memutar gadget dalam satu putaran penuh. Video akan menampilak suasana penampakan alam dan wisata unggulan di daerah yang diwakilkan. Dengan begitu pengalaman seperti berada di tempat asli menjadi bertambah dan kegiatan makan di restoran menjadi lebih berkesan.
Dilihat dari data asal negara wisatawan mancanegera yang mengunjungi Indonesia didominasi oleh warga Asia, maka RUMTARA bisa dihadirkan di salah satu daerah di Benua Eropa yang memiliki pangsa pasar besar. Pembangunan RUMTARA ini baiknya dilakukan secara bertahap dan terfokus dari pembangunan di satu negara, ke pembangunan di negara lain. Targetnya RUMTARA akan berdiri merata di titik-titik potensial, dengan bentuk arsitek yang bermacam-macam sesuai budaya adat yang ada di Indonesia.
Agar khalayak dapat mengentahui bahwa RUMTARA satu dengan RUMTARA lain saling terkait sebagai jendela Indonesia, maka identitas brand digunakan pada nama rumah makan itu. Secara serentak RUMTARA akan menggunakan awalan kata “Rumah” yang kemudian diikuti oleh nama daerah sesuai daerah apa yang diwakilkan.
Promosi wisata ini tidak bisa dilakukan dalam waktu yang singkat, sehingga penerapannya perlu dimasukkan pada agenda jangka panjang. Namun pelaksanannya harus mulai dilakukan sejak dini, agar tidak makin jauh dan lama Indonesia meningkatkan pariwisatanya.
References
Ayna, N. N. (2019). Amazing Thailand sebagai nation branding thailand dalam mempromosikan industri pariwisata nasional terhadap wisatawan Australia (2015-2019).
Baparekraf. (2021, Maret 23). Panduan Potensi Pembangungan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif. Retrieved from kemenparekraf.go.id: https://kemenparekraf.go.id/ragam-pariwisata/Panduan-Potensi-Pembangunan-Sektor-Pariwisata-dan-Ekonomi-Kreatif
Bappenas. (2020, Mei 1). Perkembangan Ekonomi Indonesia dan dunia. Retrieved from bappenas.go.id: https://www.bappenas.go.id/files/4215/9236/1094/ND_269_Penyampaian_Laporan_Perkembangan_Ekonomi_Indonesia_dan_Dunia_untuk_Triwulan_I_Tahun_2020.pdf
Indonesia, B. (2021, Agt). Statistik Utang Luar Negeri Indonesia. Retrieved from bi.go.id: https://www.bi.go.id/en/statistik/ekonomi-keuangan/sulni/Documents/SULNI-August-2021.pdf
Pengamat Sebut Daya Saing Pariwisata Indonesia Lemah. (2019, Agt 7). Retrieved from cnnindonesia.com: https://www.cnnindonesia.com/gaya-hidup/20190807114045-269-419136/pengamat-sebut-daya-saing-pariwisata-indonesia-lemah
Putri, A. T. (2020). Strategi Malaysia Dalam Meningkatkan Wisatawan Indonesia Melalui Slogan “Malaysia Truly Asia” Sebagai National Branding Pada Tahun 2013-2014. JOM FISIP , Vol. 7, Hal 1-10.
Simanjutak, T. R. (n.d.). Efektivitas Nation Branding “Wonderful Indonesia” Sebagai Sebuah Strategi Dalam Hubungan Diplomasi Pemerintah Indonesia Tahun 2011-2018. Jurnal Cakrawala, 29-59.
Statistika, B. P. (2021, Juni). Statistik Kunjungan Wisatawan Mancanegara Tahun 2020. Retrieved from bps.go.id: https://www.bps.go.id/publication/download.html?nrbvfeve=ZGRlYTE4MjNiYzljZDYzNzg5ZDUxYjA1&xzmn=aHR0cHM6Ly93d3cuYnBzLmdvLmlkL3B1YmxpY2F0aW9uLzIwMjEvMDYvMzAvZGRlYTE4MjNiYzljZDYzNzg5ZDUxYjA1L3N0YXRpc3Rpay1rdW5qdW5nYW4td2lzYXRhd2FuLW1hbmNhbmVnYXJhLTIwMjAuaHRt
Swabawa, K. (2020, Feb 27). Pariwisata Indonesia Masih Lemah. Retrieved from Balipost.com: https://www.balipost.com/news/2020/02/27/106566/Pariwisata-Indonesia-Masih-Lemah.html
Utami, S., & Gaffar, V. (2014). Pengaruh Strategi Nation Branding “Wonderful Indonesia” Terhadap Proses Keputusan Berkunjung Wisatawan Australia Ke Indonesia. Tourism and Hospitality Essentials Journal, 4(1), 693-704. Victoria, A. O. (2020, Juni 9). Bank Dunia Peringatkan Resiko RI Ketergantungan Dana Asing. Retrieved from katadata.co.id: https://katadata.co.id/agustiyanti/finansial/5ee01280ddcbf/bank-dunia-peringatkan-risiko-ri-ketergantungan-dana-asing