Denpasar, kmhdi.org – PC KMHDI Denpasar menerima Roadshow Organisasi Eksternal Kampus dari BEM PM Universitas Udayana secara daring melalui Google Meet, pada Kamis (22/7). Selain untuk menjalin silahturahmi antar organisasi, roadshow tersebut juga berbagi pandangan soal hubungan pariwisata dengan kebudayaan di Bali.
Ketua PC KMHDI Denpasar, I Gusti Putu Putra Mahardika saat ditanyakan pendapatnya soal hubungan pariwisata dengan kebudayaan di Bali, mengatakan bahwa pariwisata dan kebudayaan di Bali diibaratkan sebagai sebuah pohon.

“kebudayaan dan pariwisata itu ibaratkan sebuah pohon. Yang menjadi akar atau pondasi dari pariwisata tersebut sebetulnya adalah pertanian yang kemudian melahirkan tradisi dan budaya. Budaya ini kita ibaratkan sebagai batangnya, kemudian bercabang dan menumbuhkan daun yang lebat. Pohon yang subur dan berdiri kokoh tersebut kemudian akan berbunga dan berbuah. Bunga dan buah inilah yang disebut sebagai bonus yakni pariwisata itu sendiri,” papar putu mahardika.
Pemuda yang kerap disapa Guswah ini juga menyampaikan bahwa Ketergantungan masyarakat Bali hari ini terhadap pariwisata menjadi perhatian tersendiri bagi PC KMHDI Denpasar dan berharap masyarakat tidak melupakan pertanian.
“Jangan sesekali melupakan akar dan batang yang telah menumbuhkan buah dan bunga. Ketika ini terbalik, jangan salahkan saat pandemi datang seketika Bali itu hancur. Ini tentu berdampak besar terhadap masyarakat dengan lumpuhkan sektor perekonomian. Hal inilah yang perlu menjadi dasar pemikiran kita bersama, bahwasanya kita perlu kembali ke budaya adiluhung yaitu pertanian,” tandasnya.
Hal yang senada juga disampaikan oleh Ketua Bidang Penelitian dan Pengembangan (Litbang) PC KMHDI Denpasar, I Dewa Gede Darma Permana, bahwa dasar kehidupan di Bali itu memang tidak murni dari pariwisata saja tetapi dari pertanian juga.
“Meskipun tidak dipungkiri bahwa penyumbang devisa tertinggi di Bali itu ialah dari sektor pariwisata, namun berbicara mengenai pariwisata Bali kembali lagi ke budaya karena daya tarik dari pariwisata di Bali ialah budaya itu sendiri,” ungkap Dewa.
Di penghujung acara, Guswah berharap agar kedepan kegiatan silahturahmi seperti ini dapat tetap berlanjut, tidak hanya sekali tetapi secara berkala sehingga kolaborasi antar organisasi internal kampus dengan ekternal kampus tetap terjaga.
“Jangan jadikan ini sebagai pertemuan diawal saja, tetapi juga apabila nanti kita memiliki program kerja yang dapat kita kolaborasikan, saya berharap kita bisa berkolaborasi satu sama lain. Hal ini kita lakukan untuk masyarakat Bali dan Bali kedepannya, sekaligus momentum untuk membuktikan bahwa kita generasi muda merupakan agent of change dan agent of social control,” tutup Guswah.