SEKRETARIAT PIMPINAN PUSAT KMHDI

Sekretariat Operasional (Surat Menyurat):
Jalan Kakatua Blok AA No. 14 Perumahan Cipinang Indah II, Kelurahan Pondok Bambu, Kecamatan Duren Sawit Jakarta Timur 13430
* Fax. : 021 – 86600779
Sekretariat Domisili :
Jalan Anggrek Nelly Murni Blok A No. 03, RT/RW 02/03 ,
Kelurahan Kemanggisan, Kecamatan Palmerah – Jakarta Barat 11480

Loading

Badung, kmhdi.orgKMHDI dan banyak organisasi mahasiswa lainnya hari ini mengalami suatu kemerosotan gerakan. Kita bisa amati hal itu dari menurunnya intensitas berita online tentang pergerakan organisasi mahasiswa eksternal kampus di hampir setiap daerah di Indonesia. Karena beberapa tahun belakangan berita tentang pergerakan mahasiswa didominasi oleh isu-isu strategis yang dibawakan BEM-BEM secara parsial. Pudarnya eksistensi pergerakan organisasi mahasiswa seperti Cipayung-plus membuat penulis curiga bahwa ini menandakan masing-masing organisasi mahasiswa eksternal kampus sedang berfokus pada satu permasalahan internal yang sama, yaitu krisis minat anggota.

Dalam kasus KMHDI, penulis berpikiran bahwa krisis minat yang terjadi adalah karena KMHDI belum memfasilitasi kesadaran yang dimiliki oleh generasi mahasiswa hari ini yang tergolong sebagai Generasi Z.

Alam Pikir Gen-Z dan Visi Hidupnya

Gen-Z adalah generasi kelahiran 1997-2012 dimana generasi mengalami transisi pola hidup masyarakat yang terjadi secara radikal. Gen-Z adalah generasi yang lahir dari rahim generasi milenial yang cenderung disiplin dan kaku, sedangkan Gen-Z memiliki karakter yang cenderung terbuka dan inklusif. Perbedaan karakter antara Milenial dan Gen-Z ini dipengaruhi oleh perbedaan usia ketika menerima teknologi informasi dan internet.

Teknologi yang penulis maksud adalah smartphone, internet dan medsos. Kita ketahui bahwa internet sudah masuk ke Indonesia sejak tahun 1990an, namun terkhusus pada rentang kelahiran Gen-Z inilah media sosial masuk. Diawali Twitter masuk ke Indonesia pada tahun 2006 yang sekarang berganti nama menjadi X, lalu Facebook masuk tahun 2008, Instagram tahun 2010. Perubahan besar juga didorong dengan mulai masuknya smartphone tipe Android yang membuat komunikasi dan informasi berada dalam genggaman yang beredar di Indonesia mulai tahun 2009.

Tak sampai disitu, pada usia remajanya Gen-Z dipertemukan dengan Whatsapp yang masuk pada tahun 2014, dan industri digital seperti Shopee, Traveloka, Gojek, Tiktok yang masuk mulai tahun 2015-2017. Banyak teknologi dan aplikasi lain yang tumbuh di tahun itu, namun penulis memilih teknologi dan aplikasi yang mendominasi kehidupan manusia hari ini.

Kembali pada pembahasan pertama tentang perbedaan karakter antara Generasi Milenial dengan Generasi Z, pertanyaannya adalah sejak kapan milenial memiliki semua teknologi dan aplikasi itu dalam genggamannya? Dan, Sejak kapan Gen-Z mulai memilikinya?.

Milenial yang rentang kelahirannya adalah tahun 1981-1996 mulai menggenggam smartphone kira-kira tercepatnya mulai pada usia 28 tahun, sedangkan Gen-Z memegang smartphone kira-kira tercepatnya mulai pada usia 13 tahun. Masa kecil dan masa remaja milenial diisi dengan pola hidup masyarakat yang berinteraksi secara langsung selama hampir 30 tahun, sehingga ketika beranjak dewasa terbentuk karakter yang mengedepankan disiplin dan moral. Sedangkan Gen-Z mengalami masa transisi dimana sejak remaja mereka telah mengalami globalisasi informasi, kepraktisan, dan kehidupan yang selalu berubah-ubah dalam waktu singkatm, sehingga ketika dewasa Gen-Z akan mengedepan karakter pragmatis, kreatif dan kritis.

Kehidupan yang ter-globalisasi dengan akses informasi tanpa batas mengakibatkan Gen-Z memiliki visi yang dipengaruhi oleh media sosial yang terus memamerkan pragmatisme dan liberalisme, hal ini bisa diketahui bila kita melihat siapa orang-orang yang menciptakan teknologi dan aplikasi tersebut. Dengan adanya pragmatisme dan liberalisme tersebut Gen-Z cenderung memiliki ekspektasi masa depan yang tinggi yang digambarkan dengan jargon “financial freedom”, “live love balance”, dan jargon kebarat-baratan lainnya. Namun, di sisi lain kepraktisan dalam alam pikir Gen-Z membuat pilihan-pilihan yang diambil Gen-Z cenderung bersifat jangka pendek, FOMO, dan impulsif.

Sehingga untuk membina dan memimpin Gen-Z, dibutuhkan suatu misi organisasi yang mengarahkan pada masa depan kemandirian ekonomi anggotanya melalui praktek-praktek yang realistis yang dibalut dengan pendidikan ideologi dan karakter.

KMHDI harus segera mengadakan reintegrasi gagasan organisasi, yang artinya merangkai ulang gagasan-gagasan organisasi yang relevan untuk Gen-Z sebelum mereka merasa termarginalkan, tersisihkan, dan terpinggirkan di organisasi ini karena mereka merasa alam pikirnya tidak terfasilitasi di KMHDI.

Penulis: Arya Dhanyananda, Ketua PC KMHDI Badung

Share:

administrator