SEKRETARIAT PIMPINAN PUSAT KMHDI

Sekretariat Operasional (Surat Menyurat):
Jalan Kakatua Blok AA No. 14 Perumahan Cipinang Indah II, Kelurahan Pondok Bambu, Kecamatan Duren Sawit Jakarta Timur 13430
* Fax. : 021 – 86600779
Sekretariat Domisili :
Jalan Anggrek Nelly Murni Blok A No. 03, RT/RW 02/03 ,
Kelurahan Kemanggisan, Kecamatan Palmerah – Jakarta Barat 11480

Loading

Bangli, kmhdi.org – Meriahkan dan peringati Bulan Bahasa Bali tahun 2022,  Pimpinan Cabang Kesatuan Mahasiswa Hindu Dharma Indonesia (PC KMHDI) Bangli gelar diskusi dengan Gerakan Literasi Aksara Terkini (Geliat) Jilid II di Ruang Sidang Lantai 3 Rektorat Universitas Hindu Negeri I Gusti Bagus Sugriwa Denpasar Kmapus Bangli pada, sabtu (26/02).

Mengusung tema “Uriping Sastra” yang memiliki makna sastra sebagai sumber kehidupan, Diskusi ini turut Menghadirkan Wakil Dekan III Fakultas Dharma Acarya UHN IGBS Denpasar, Kasubag TU Kementrian Agama Babupaten Bangli, Staff/Pegawai PHDI Kabupaten Bangli, Pimpinan Daerah KMHDI Bali, Pimpinan Cabang (PC) KMHDI se-Bali dan Peserta dari Mahasiswa/I serta SMA/K di Kecamatan Bangli.

Kepala Kementerian Agama Kabupaten Bangli yang diwakili oleh Kasubag Tata Usaha (TU) dalam sambutannya menyampaikan bahwa semulanya semua kehidupan bersumber dari sastra yang kemudian tersohor karena beberapa factor seperti agama, adat dan budaya.

“Sejatinya Bali tersohor karena agama, adat dan budayanya. Hal inilah yang menjadikan Bali sebagai pulau yang bercahaya (bawa Maurip/Metaksu dan berjiwa) tertata dalam harmoni Tri Hita Karana. Dimana sejatinya adat, agama dan budaya semua berdasarkan sastra, seperti lagu pupuh ginanti saking tuhu mana guru pada bait kaweruhin luwih sanjata dimana pengetahuan (sastra) adalah tolak ukur kita dalam bertindak” Ucapnya.

Sementara itu, I Wayan Degus Jaya, S.S selaku pematik dalam diskusi ini menyampaikan bahwa banyak anggapan negative tentang seorang penekun sastra (sastrawan) dan penikmat sastra, padahal sejatinya seorang sastrawan memiliki peran penting di masyarakat bukan hanya sekedar menjadi balian ataupun penekun ilmu hitam (leak) seperti anggapan kaum awam.

“Memang benar banyak anggapan orang khususnya kaum awam pasti mengatakan bahwa seorang sastrawan tidak memiliki prospek kerja yang menjanjikan jadi buat apa kita belajar sastra? Padahal seorang sastrawan tidak hanya untuk menjadi seorang pemangku atau balian namun seorang sastrawan bisa menjadi seorang penulis, presenter, dan peneliti, jadi seberapa pentingkah kita belajar sastra? itu sangat penting karena dengan mempelajari sastra kita bisa mengetahui apa, kenapa dan bagaimana dari suatu fenomena di masyarakat karena agama, adat dan budaya kita semua berdasarkan sastra” Sampai Degus panggilan akrabnya.

Senada dengan I Wayan Degus Jaya, S.S., Pemantik kedua dalam acara Geliat I Gede Mardi Yasa juga menguatkan bahwa dengan terjun ke dalam sastra entah sebagai penekun maupun penikmat sastra dapat mempercepat perkembangan karakter.

“Penanaman karakter dan pemurnian emosi dapat melalui sastra bali tradisional dan modern, dengan memahami arti sesungguhnya dari karya sastra bali modern serta pengungkapan emosi melalui sebuah karya dapat mempercepat perkembangan dalam pengendalian emosi dimana di era serba cepat banyak platform yang dapat dimanfaatkan untuk menyalurkan minat dalam bersastra entah tulisan maupun karya lisan (nyanyian)” Jelas Pemuda asal Kintamani itu.

Diskusi pun diakhiri dengan penyerahan Sertifikat dan Ucapan Terimakasih kepada Pemantik dan seluruh pihak yang telah mendukung kegiatan ini.

Share:

administrator