SEKRETARIAT PIMPINAN PUSAT KMHDI

Sekretariat Operasional (Surat Menyurat):
Jalan Kakatua Blok AA No. 14 Perumahan Cipinang Indah II, Kelurahan Pondok Bambu, Kecamatan Duren Sawit Jakarta Timur 13430
* Fax. : 021 – 86600779
Sekretariat Domisili :
Jalan Anggrek Nelly Murni Blok A No. 03, RT/RW 02/03 ,
Kelurahan Kemanggisan, Kecamatan Palmerah – Jakarta Barat 11480

Loading

Jakarta, kmhdi.org – Dalam setiap organisasi, perebutan puncak kepemimpinan selalu memberikan euphoria tersendiri bagi para anggotanya—tidak terkecuali Kesatuan Mahasiswa Hindu Dharma Indonesia (KMHDI). Sebagai sebuah organisasi yang kini telah melebarkan sayapnya ke 21 provinsi dan 44 kabupaten/kota, menjadi sebuah keharusan bagi seluruh kadernya untuk secara kritis mempertanyakan sekaligus menyiapkan figur yang tepat memimpin kapal besar ini untuk dua tahun ke depan.

Salah satu langkah yang kiranya telah diambil oleh kader adalah menyebarkan sebuah jajak pendapat melalui platform Instagram dengan akun @satyamevajayate2025 a.k.a KMHDI Garis Lucu. Jajak pendapat yang dibuat melalui kanal pollingkita.com pada 3 Maret 2025 ini menghadirkan 7 (tujuh) nama yang bisa dipilih oleh pengguna instagram. Nama-nama tersebut di antaranya, I Gusti Ayu Ira Apryanthi, Wayan Ardi Adnyana, I Wayan Agus Pebriana, I Wayan Darmawan, Putu Esa Purwita, I Dewa Gede Ginada, dan Gde Bayu Pangestu—nama-nama yang kiranya tidak asing bagi saya. Hingga tulisan ini dibuat, jajak pendapat ini telah menerima 108 suara.

Catatan dari Sebuah Antusiasme

Sebagai seorang kader yang pernah ikut berpartisipasi dalam kontestasi perebutan puncak kepemimpinan di KMHDI, saya menyambut baik hadirnya jajak pendapat yang diinisiasi oleh kader-kader KMHDI. Hal ini setidaknya menunjukkan beberapa hal, pertama, antusiasme dalam diri kader masih menyala dalam rangka menyambut kepemimpinan organisasi yang baru. Kedua, menunjukkan bahwa kader secara aktif melihat figur-figur yang berpotensi untuk duduk sebagai Ketua Umum, dan ketiga, hadirnya akun @satyamevajayate2025 memiliki potensi untuk menghadirkan narasi pembanding dari informasi-informasi resmi yang disajikan telah oleh organisasi melalui akun Instagram @ppkmhdi maupun website www.kmhdi.org.

Menurut saya, jajak pendapat ini bisa disandingkan dengan popular vote—sebuah jajak pendapat yang ditujukan untuk mengetahui seberapa populer nama-nama yang tercantum di dalamnya. Artinya, secara tidak langsung nama-nama tersebut dapat mengukur seberapa populer mereka di tengah publik KMHDI, sebelum memantapkan diri untuk melangkah ke tahap yang lebih serius.

Lantas, apa kiranya hal-hal penting yang dapat direspon dari fenomena jajak pendapat ini?

Saya berpandangan bahwa munculnya jajak pendapat Ketua Umum KMHDI 2025 – 2027 dimulai dengan “keisengan” belaka, tidak berangkat dari diskursus yang serius. Pernyataan tersebut saya bangun melalui beberapa argumen, sebagai berikut: Pertama, nama-nama yang dimunculkan dalam jajak pendapat hanya figur yang sedang berproses di tingkat pimpinan pusat. Jajak pendapat ini seolah-olah menutup ruang bagi kader-kader potensial yang hingga tulisan ini dibuat masih mengabdikan dirinya di tingkat pimpinan daerah maupun pimpinan cabang.

Kedua, biasnya sasaran yang dapat memilih nama-nama dari jajak pendapat tersebut. Melihat bahwa konteks dibuatnya jajak pendapat ini adalah untuk mengukur popularitas masing-masing figur, sudah semestinya jajak pendapat memiliki ruang lingkup yang jelas—artinya jajak pendapat ini hanya diperuntukkan kepada kader KMHDI saja. Dan masing-masing kader hanya diberikan satu kali vote saja. Sayangnya jajak pendapat yang telah tersebar ini sangatlah bias, baik dari sisi ruang lingkup hingga sasaran jajak pendapat. Hal ini sangatlah berpengaruh terhadap besarnya margin of error dari hasil jajak pendapat.

Ketiga, jajak pendapat ini tidak dimulai dengan narasi yang kuat. Jika kader-kader membuka akun @satyamevajayate25, maka postingan pertama langsung dimulai dengan tangkapan layar jajak pendapat. Hal ini menguatkan analisis saya kalau jajak pendapat ini dimulai dari “keisengan” belaka, tanpa memperhatikan faktor-faktor pemengaruh lainnya. Dalam setiap gerakan, idealnya memang harus selalu dimulai dengan narasi yang kuat, termasuk di dalamnya adalah metodologi yang jelas dalam upaya memperoleh data, atau dalam hal ini suara.

Dialektika Kepemimpinan Menyongsong Mahasabha XIV KMHDI

Terhitung beberapa bulan lagi, publik KMHDI akan kembali menyambut permusyawaratan tertinggi organisasi—Mahasabha. Persaingan untuk merebut pucuk pimpinan pun tidak mungkin dapat dihindari, sehingga menjadi penting bagi setiap kader yang memiliki keinginan untuk menjadi Ketua Umum untuk memperlihatkan diri. Tentu menampakkan diri, tidak hanya dalam konteks fisik, tetapi juga gagasan yang ajeg bagi keberlangsungan organisasi.

Jajak pendapat yang telah tersebar ini dapat dijadikan pijakan bagi kader-kader potensial dan sudah barang tentu tidak juga menjadi referensi utama (seperti yang sudah diuraikan pada argumen poin pertama). Meski menyisakan begitu banyak celah di dalamnya, saya menaruh harapan kepada kader-kader KMHDI yang menginisiasi jajak pendapat ini khususnya, dan seluruh kader pada umumnya untuk dapat memperbaiki celah-celah yang telah diuraikan dalam tulisan ini dan menginisiasi gerakan-gerakan baru nan segar berbasis digital untuk mewarnai gerakan mahasiswa Hindu Indonesia.

Akankah kemunculan akun ini akan memberikan warna bagi kontestasi ke depan dan menjadi ruang ekspresi kader yang berkelanjutan, atau justru menjadi ekspresi musiman?

 

Penulis : Teddy Chrisprimanata Putra (Sekretaris Jenderal PP KMHDI)

Share:

administrator