Banyuwangi, kmhdi.org – Hari Raya Galungan yang jatuh pada Rabu 23 April 2025 kemarin masih dapat kita rasakan dengan penuh suka cita, salah satunya dapat kami rasakan di Banyuwangi. Hal ini juga saya rasakan ketika saya pulang kampung ke Banyuwangi, Saya saat ini menjabad sebagai ketua PC KMHDI Buleleng.
Namun sedikit perbedaan beberapa tahun terakhir, Hari raya Galungan biasanya ditandai dengan berdirinya penjor sebagai simbol kemenangan dharma melawan adharma hari ini mengalami kemunduran.
“Biasanya kita melihat sepanjang jalan pulang kerumah penjor berdiri dengan gagah dan indah, hari ini saya rasakan jumlahnya semakin sedikit, entah jumlah umat Hindu yang semakin berkurang atau umat Hindu tidak memasang penjor?”
Sebagai Hindu diluar Bali tentunya banyak tantangan dan rintangan dalam berkehidupan bermasyarakat, yang paling mencolok hari ini adalah banyaknya jumlah konfersi agama Hindu di Jawa berpindah memeluk keyakinan agama lain. Artinya, dengan banyaknya jumlah generasi Hindu kita tidak tumbuh dalam jumlah justru berkurang. Data dari BPS (Badan Pusat Statistik) pada tahun 2020 menunjukkan bahwa pemeluk agama Hindu di Kabupaten Banyuwangi adalah sekitar 1,53% dari total penduduk. Meskipun belum ada data terbaru dengan melihat fenomena yang ada saat ini barang tentu sebagai pemuda Hindu juga diselimuti ke khawatiran, semakin lama jodoh saya sesama Hindu semakin dikit dong? (pikiran anak bujang jomblo kelamaan).
Mari kita intropeksi bersama, bawasanya untuk Hindu kedepan bukan hanya tanggung jawab pemuda Hindu tetapi peran kita semua, orang tua memberi support dan mendukung aktivitas kepemudaan agama dan mendorong generasi muda Hindu untuk tampil sebagai calon pemimpin Hindu kedepan melalui pendidikan. Tugas kita bersama tidak hanya saling dorong-mendorong tetapi mengajak dalam meningkatkan kesadaran Hindu.
Berbicara tentang hal tersebut perlu kita sadari kita juga perlu membranding nilai-nilai yang terjandung dalam agama Hindu dengan cara yang berbeda. Bagaimana tidak ketika agama lain sudah matang dengan pendidikan keagamaannya generasi muda Hindu tumbuh dengan kekhawatiran dan bagaimana meningkatkan sradhanya.
“Membangun tidak harus menjadi seorang pemimpin, membangun dimulai dari peran kita masing-masing dari diri sendiri dan menjadi contoh kepada yang lain”