SEKRETARIAT PIMPINAN PUSAT KMHDI

Sekretariat Operasional (Surat Menyurat):
Jalan Kakatua Blok AA No. 14 Perumahan Cipinang Indah II, Kelurahan Pondok Bambu, Kecamatan Duren Sawit Jakarta Timur 13430
* Fax. : 021 – 86600779
Sekretariat Domisili :
Jalan Anggrek Nelly Murni Blok A No. 03, RT/RW 02/03 ,
Kelurahan Kemanggisan, Kecamatan Palmerah – Jakarta Barat 11480

Loading

.

Bogor, kmhdi.org – Pendidikan adalah suatu hal yang disepakati menjadi hal yang pokok dalam suatu bangsa manapun. Kualitas pendidikan dalam suatu bangsa menjadi salah satu penentu kemajuan bangsa tersebut. Dengan kata lain, kemajuan suatu bangsa atau negara dapat dilihat dari bagaimana kualitas pendidikan di bangsa dan negara tersebut. Buruknya kualitas pendidikan yang ada akan membuat bangsa atau negara tersebut mengalami ketertinggalan. Menurut Nandika, sejak tahun 1972 UNESCO (United Nations Educational, Scientific, and Cultural Organization) atau Organisasi Pendidikan, Ilmu Pengetahuan, dan Kebudayaan PBB menegaskan bahwa pendidikan memiliki fungsi sebagai kunci membuka jalan dalam membangun dan memperbaiki negarannya (Nandika:2007).

.

Menurut hasil survei mengenai sistem pendidikan menengah di dunia pada tahun 2018 yang dikeluarkan oleh PISA (Programme For International student Assesment) pada tahun 2019 lalu, Indonesia menempati posisi yang rendah yakni ke-74 dari 79 negara lainnya dalam survei. Dengan kata lain, Indonesia berada di posisi ke-6 terendah dibandingkan dengan negara-negara lainnya. Hal ini merupakan kondisi yang sangatlah memprihatinkan. Tentu sangat disayangkan, dengan sumber daya manusia (SDM) yang cukup banyak, seharusnya pendidikan bisa meningkatkan kualitas SDM Indonesia namun nyatanya tidak seperti itu.

.

Analisis Materialis

Setelah mengetahui pengertian dari pendidikan, berikut terdapat beberapa masalah pendidikan di Indonesia adalah:

Kualitas Pendidikan Indonesia yang Rendah

Kualitas adalah tingkat buruk baiknya sesuatu. Adanya kualitas sangat penting untuk mengetahui suatu hal apakah sudah mencapai keberhasilan atau belum.  Samahalnya dengan kualitas pendidikan, kualitas pendidikan diperlukan

untuk mengetahui bagaimana pelaksanaan pendidikan tersebut sudah berjalan sesuai dengan tujuan atau belum

Kurikulum yang Membingungkan dan terlalu Kompleks

Kurikulum merupakan sebuah rancangan atau program yang diberikan oleh penyelenggara pendidikan untuk peserta didiknya. Di Indonesia, terhitung sudah mengalami 10 hingga 11 kali perubahan kurikulum sejak Indonesia merdeka. Tentu perubahan-perubahan kurikulum yang terjadi dapat membingungkan, terutama bagi pendidik, peserta didik, dan bahkan orang tua. Menurut Nasution, mengubah kurikulum juga dapat diartikan dengan turut mengubah manusia, yaitu pendidik , penyelenggara pendidikan, dan semua yang terlibat dalam pendidikan . Itu sebabnya perubahan kurikulum tersebut sering sering dianggap sebagai perubahan sosial atau social change. (Nasutio: 2009:252).

Pendidikan yang Kurang Merata

Indonesia merupakan negara berkembang yang mamsih mengalami berbagai proses pembangunan, termasuk dalam sektor pendidikan. Sehingga, hal ini menyebabkan pelaksanaan proses pendidikan juga masih dihadapkan oleh berbagai tantangan permasalahan di negara yang masih berkembang, seperti kurang meratannya pendidikan terutama didaerah-daerah tertinggal. Ketidakmerataan ini sering dialami oleh lapisan masyarakatbyang miskin. Seperti yang kita ketahui, seemakin tinggi pendidkan semakin mahal juga biayanya. Sehingga, tak jarang banyak orang yang memilih tidak seklah dibandingkan harus mengeluarkan banyak biaya.

Masalah Penempatan Guru

Pada beberapa kasus pendidikan di Indonesia, masalah penempatan guru ini masih kerap terjadi. Terutama guru bidang studi yang tidak sesuai dengan penempatannya atau keahliannya. Hal ini dapat menyebabkan guru tidak bisa optimal dalam mengajar. Menurut Jakaria, ketidaklayakan mengajar guru dapat disebabkan oleh banyak faktor, salah satunya yaitu ketidaksesuaian antara bidang studi yang diajarkan dengan latar belakang pendidikan guru tersebut (Jakaria: 2014)

  Rendahnya Kualitas Guru

Guru merupakan seorang pengajar yang menyampaikan ilmunkepada peserta didiknya. Peran seorang guru sangatlah penting dalam mencapai keberhasilan pendidikan. Tidaklah mudah hidup menjadi seorang guru, begitu banyak tanggung jawab yang dilakukan . Namun, nyatanya masih banyak guru yang memandang pekerjaannya adalah suatu hal yang mudah dan hanya melakukan pekerjaannya sekedar untuk mendapat penghasilan.

.

Solusi yang Dapat Dilakukan :

Melakukan Pemerataan Pendidikan

Permasalahan ketidakmerataannya pendidkan di Indonesia bukanlah hal yang asing di telinga kita. Sampai saar masih kerap terjadi kasus dimana ada di daerah tertentu yang kurang mendapat perhatian mengenai pendidikannya. Ada beberapa cara yang dapat dilakukan untuk mengatasi masalah ketidakmerataan pendidikan. Menurut Kurniawan, secara tradisonal solusi yang dapat dilakukan yakni seperti:Pembangunan gedung atau ruang belajar untuk siswa di setiap daerah; (2) Melakukan gotong-royong antar warga untuk merawat dan menjaga fasilitas sekolah yang diberikan; (3) mengirimkan guru-guru profesional ke daerah-daerah yang terpencil atau kurang terpehatikan; (4) adanya program untuk pendekatan kepada warga atau melakukan edukasi tentang pentingnya pendidikan (mendatangi rumah-rumah warga); (5) adanya Universitas Terbuka, seperti saat ini sudah banyak diterapkan di berbagai daerah (Kurniawan: 2016)

.

Meningkatkan kesejahteraan Guru

Seperti yang telah dibahas sebelumnya, pendidikan di Indonesia sangat membutuhkan guru yang bisa menjalankan tugas dan fungsinya dengan tepat sesuai dengan Undang-undang Nomor 20 tahun 2003. Untuk mencapai itu semua perlu dibarengi dengan kesejahteraan guru yang terjamin. Kesejahteraan guru dengan profesionalisme guru dinilai memiliki keterkaitan. Menurut Kulla, dampak kurang memadainya kesejahteraan guru terlihat dari masih banyak guru yang melakukan pekerjaan sampingan, seperti berdagang, ataupun beternak (Kulla: 2017).

Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa

Saat ini rendahnya prestasi siswa masih menjadi tantangan tersendiri bagi pendidikan Indonesia. Kenyataan ini sangatlah disayangkan, karena ini membuktikan adanya kegagalan dalam pendidikan di Indonesia. Maka dari itu perlu melakukan tindakan atau upaya yang dapat menjadi solusi atas permasalahan tersebut, diantaranya: (1) Guru menjadikan proses pembelajaran menjadi lebih menyenangkan dan efektif, tidak monoton; (2) Siswa harus aktif dalam kegiatan pembelajaran menjadi pusat belajar, bukan hanya sebagai pendengar; (3) Peran orang tua dalam memotivasi abaknya untuk belajar sangat diperlukan; dan (4) Masyarakat turut membantu proses belajar siswa dengan menciptakan lingkungan yang baik dan nyaman.

Analisis Purwaka : Dalam Dharma Agama dan Negara

Dalam Agama Hindu, kehidupan dibagi berdasarkan jenjang kehidupan yang mesti dilalui sesuai dengan tingkatan-tingkatan yang disebut dengan Catur Asrama. Jenjang kehidupan manusia berdasarkan alas tatanan rohani, waktu, umur dan sifat perilaku manusia. Catur Asrama berasal dari Bahasa Sansekerta yaitu dari kata Catur dan Asrama. Catur berarti empat dan Asrama berarti tempat atau lapangan “Kerohanian”. Kata Asrama sering juga dikaitkan dengan jenjang kehidupan. Jenjang Kehidupan itu berdasarkan atas tatanan rohani, waktu, umur, dan sifat perilaku manusia.

Catur Asrama adalah empat tingkatan hidup manusia, antara lain Brahmacari yaitu masa menuntut ilmu pengetahuan dan teknologi, Grhasta yaitu masa membina rumah tangga atau hidup bersuami istri, Wanaprasta yaitu masa mengasingkan diri menekuni ilmu kerohanian dengan melakukan Panca Karma (lima macam perawatan) atau istilah lainnya Panca Yadnya (lima persembahan), dan Bhiksuka adalah meninggalkan ikatan dunia ini dengan jalan meminta-minta, semua yang ada di dunia ini tidak menjadi miliknya, karena tidak terikat lagi, hidup meminta-minta sebagai ciri khasnya (Sanyasin)

Terkait pendidikan ini diatur dalam peraturan pemerintah republik indonesia nomor 47 tahun 2008 tentang wajib belajar. Pada Bab 1 Pasal 2 menyatakan bahwa Pendidikan dasar adalah jenjang pendidikan yang melandasi jenjang pendidikan menengah, berbentuk Sekolah Dasar (SD) dan Madrasah Ibtidaiyah (MI) atau bentuk lain yang sederajat serta sekolah menengah pertama (SMP) dan madrasah tsanawiyah (MTs), atau bentuk lain yang sederajat.

Oleh : I Kadek Windu Sri Darmadi (Peserta KT 1 KMHDI Bogor).

.

.

DAFTAR PUSTAKA

.

Idris, R. (2010). Apbn Pendidikan Dan Mahalnya Biaya Pendidikan. Jurnal Lentera Pendidikan, 13 (1), 3 – 10.

Isa, K., Rosni, N., & Palpanadan, S. (2021). MALAYSIAN UNIVERSITY STUDENTS’ PERCEPTIONS AND KNOWLEDGE LEVEL OF INDUSTRIAL

REVOLUTION 4.0. Academy of Education Journal, 12(2), 169-178. https://doi.org/10.47200/aoej.v12i2.571

Jakaria, Y. (2014). Analisis Kelayakan Dan Kesesuaian Antara Latar Belakang Pendidikan Guru Sekolah Dasar Dengan Mata Pelajaran Yang Diampu. Jurnal Pendidikan Dan Kebudayaan, 20 (4), 3 – 8.

Kartiani, B. S. (2015). Pengaruh Metode Pembelajaran Dan Motivasi Belajar Terhadap Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Ips Kelas V Kabupaten Lombok Barat Ntb. Jurnal Pendidikan Dasar, 6 (2), 3 – 8.

Kulla, S. K. (2017). Pengaruh Kesejahteraan Guru, Motivasi Kerja Dan Kompetensi Guru Terhadap Kinerja Guru Smk Di Kabupaten Sumba Barat. Jurnal Dinamika Manajemen Pendidikan, 1 (2), 2 – 9.

Kurniawan, R. Y. (2016). Identifikasi Permasalahan Pendidikan Di Indonesia Untuk Meningkatkan Mutu Dan Profesionalisme Guru. Konvensi Nasional Pendidikan Indonesia (Konaspi) (Pp. 2 – 5). Jakarta: Universitas Negeri Jakarta.

Musanna, A. (2017). Indigenisasi Pendidikan: Rasionalitas Revitalisasi Praksis Pendidikan Ki Hadjar Dewantara. Jurnal Pendidikan Dan Kebudayaan, 2 (1), 2 – 9.

Nandika, D. (2007). Pendidikan Di Tengah . Jakarta: Pt. Remaja Rosda Karya. Nasution. (2009). Asas – Asas Kurikulum. Jakarta: Bumi Aksara.

Share:

administrator