MAHASISWA ADALAH JEMBATAN UNTUK MENDUKUNG KEBERTAHANAN SEKTOR UMKM DALAM MENGHADAPI KRISIS KEMANDIRIAN NASIONAL ABAD 21 NATAH SAMI PADA
Oleh: Ni Luh Putu Indah Wahyuni
Perjalanan Indonesia dari tahun ke tahun terekam dalam jejak digital. Sorotan terkini Indonesia memasuki abad 21, jika dilihat berdasarkan angka tahun, maka periodisasi abad 21 terhitung mulai tahun 2001 hingga 2100. Tak terasa dua dekade telah berlalu perjalanan Indonesia, begitu banyak kebanggaan, kejadian hingga hantaman terlewati. Pasca adanya krisis moneter 1998 yang menjatuhkan perekonomian di Indonesia, memberikan berbagai dampak hingga beberapa tahun, untuk kebangkitan Indonesia. Meski, Bank Indonesia terus berusaha menjaga kestablian kondisi keuangan, namun tetap saja nilai rupiah terhadap dollar AS kala itu semakin menyusut. Kejadian ini mencerminkan ketergantungan perekonomian dunia pada Amerika Serikat sebagai poros, juga terjadi di Indonesia.

Kilas balik perjalanan Indonesia sebelum abad ke-21, tepatnya pada masa penjajahan, begitu banyak penetrasi ekonomi yang terjadi di Indonesia, berbagai sistem pengelolaan terhadap sumber daya manusia dan alamnya begitu berdampak terhadap kemajuan perekonomian Indonesia. Sistem tanam paksa yang berubah menjadi sistem sewa menunjukkan sistem perekonomian liberalis diterapkan di Indonesia. Banyak investor dari negara asing seperti Inggris dan Spanyol kemudian hadir pada masa pemerintahan Hindia Belanda, memberikan nafas segar pada perekonomian Indonesia yang tak lagi menyengsarakan tenaga rakyat.
Kesempatan diberikan kepada rakyat untuk menerima upah atas kerjanya namun justru menjadi catatan bahwa kepemilikian kekayaan intektual rakyat Indonesia tidak sepenuhnya diakui. Kedatangan investor ke Indonesia memang memberikan peluang yang besar terhadap perekonomian Indonesia. Sistem perekonomian Raffles pula memberikan keuntungan yang besar pada pemerintah, karena pola yang ditanamkan inggris bahwa seluruh sumber daya alam adalah milik pemerintah akhirnya membentuk sebuah pola kerjasama menjadi jawaban atas keterpurukan sebuah negara. Inikah yang menjadi indikasi bahwa Indonesia belum dapat dikatakan mandiri secara nasional?
Kondisi Ekonomi Indonesia dalam 2 dekade terakhir
Kebanggaan kaum muda atas perjuangan heroik mendesak pimpinan untuk segera memproklamasikan kemerdekaan Indonesia tak cukup hanya hampai di sana. Banyak hal yang kemudian perlu diperhatikan, bahwasanya mendirikan sebuah negara yang merdeka, maka perlu menyoroti aspek yang membangun negara tersebut. Wallace menyebutkan pada bukunya yang berjudul American Government (1966), beberapa aspek yang harus ada sebagai syarat berdirinya suatu negara adalah rakyat, wilayah, kesatuan, organisasi politik, kedaulatan dan ketetapan1. Maka aspek inilah yang akan menjadi tanggungjawab yang harus dijaga bersama. Rakyat adalah elemen utama dalam menjalankan roda kehidupan bernegara. Seyogyanya juga menjadi hal yang perlu disejahterakan untuk mengimbangi aspek lainnya dalam bernegara.
Berbagai masalah yang dirasakan rakyat muncul sehingga mempengaruhi kondisi ekonomi Indonesia. Krisis Finansial Asia salah satu yang dirasakan Indonesia utamanya pada akhir hingga awal abad ke-21, mememperlihatkan keterpurukan ekonomi di Indonesia yang begitu terasa pada tahun 2000 hingga tahun 2004. Reformasi ekonomi besar-besaran terjadi di Indonesia ketika itu, dengan waktu yang relatif singkat jika dibandingkan dengan kesiapan dan kondisi negara Indonesia saat itu. Justru menjadikan Indonesia mendapatkan predikat negara paling terpuruk pada krisis moneter2. Lagi-lagi Indonesia mengalami keterpurukan pasca kemerdekaan.
Dampak terjadinya krisis moneter dewasa ini semua permasalahan dalam krisis ekonomi berputar-putar sekitar kurs nilai tukar valas, khususnya dollar AS, yang melambung tinggi jika dihadapkan dengan pendapatan masyarakat dalam rupiah yang tetap, bahkan dalam beberapa hal turun ditambah PHK, padahal harga dari banyak barang naik cukup tinggi, kecuali sebagian sektor pertanian dan ekspor. Imbas dari kemerosotan nilai tukar rupiah yang tajam secara umum sudah kita ketahui: kesulitan menutup APBN, harga telur/ayam naik, utang luar negeri dalam rupiah melonjak, harga BBM/tarif listrik naik, tarif angkutan naik, perusahaan tutup atau mengurangi produksinya karena tidak bisa menjual barangnya dan beban utang yang tinggi, toko sepi, PHK di mana-mana, investasi menurun karena impor barang modal menjadi mahal, biaya sekolah di luar negeri melonjak tinggi sehingga mempengaruhi perekonomian Indonesia3.
Memasuki akhir dekade kedua pada abad ke-21, Indonesia mengalami keterpurukan ekonomi diakibatkan adanya pandemi Covid-19. Virus yang tak pernah diduga muncul menyerang Kesehatan yang berdampak pada seluruh sektor kehidupan. Termasuk berimbas pada perekonomian. Tak hanya Indonesia, negara di seluruh dunia tengah melawan kondisi ini. Ketidaksiapan Nngara termasuk masyarakatnya dalam menghadapi krisis ini menunjukkan penurunan kondisi ekonomi. Pendapatan per kapita pada tahun 2020 tercatat US$ 3.870 atau turun dari 2019 yang sebesar US$ 4.050. Selain mengalami penurunan pendapatan per kapita, Indonesia juga turun kelas ke negara berpendapatan menengah ke bawah (lower middle-income country) setelah pada tahun lalu masuk ke dalam kategori negara upper middle-income4.
Perusahaan-perusahan besar swasta hingga pemerintah terpaksa menutup serta mengurangi operasionalnya secara langsung, sehingga memunculkan implikasi terhadap karyawannya. Virus yang menyerang Kesehatan ini menyebabkan pemerintah mengambil kebijakan untuk mengadakan pembatasan kegiatan masyarakat. Hal tersebut kemudian menyebabkan tidak adanya perputaran ekonomi secara stabil selama tahun 2020 hingga saat ini. Banyak karyawan yang kemudian dirumahkan tanpa upah serta tanpa persiapan finansial yang matang untuk melewati kondisi ini. Proses ekspor barang juga mengalami penurunan diakibatkan permintaan pasar serta perputaran barang sangat turun drastis.
Mahasiswa adalah jembatan untuk mendukung kebertahanan Sektor UMKM dalam menghadapi Krisis
Deputi Pengkajian Strategik Prof. Dr. Ir. Djagal Wiseso Marseno, M.Agr, menyebutkan sektor UMKM menjadi salah satu sektor yang paling mampu bertahan pada krisis yang pernah terjadi di tahun 19985. Sektor UMKM memiliki potensi sebagai sektor yang dapat menjaga kestabilan pertumbuhan pendapatan per kapita, sumber pertumbuhan lapangan pekerjaan, sebagai motor penggerak pembangunan pedesaan, pengurangan impor, penyelamat kegiatan ekonomi pada masa krisis, sebagai wadah pengembangan kewirausahaan, dan sumber investasi produksi.
Kondisi ekonomi Indonesia harus bangkit Kembali, rakyat harus mendapatkan kesejahteraan, masyarakat dan pemerintah harus bekerjasama menemukan jalan untuk keluar dari masalah ini. Generasi muda adalah generasi penggerak, mahasiswa adalah generasi yang memiliki intelektualitas yang terawat. Maka banyak hal yang dapat dilakukan untuk menghadapi situasi yang tidak mudah ini. Mahasiswa harus menjadi motor penggerak akan situasi seperti sekarang melalui kehadirannya ditengah-tengah kondisi saat ini. Bentuk-bentuk diskusi hingga symposium harus diadakan guna merawat nalar serta bahu-membahu saling memperkuat mentalitas.
Setahun lebih Indonesia telah berjuang melawan covid-19, Indonesia memang tidak sempurna, namun tidak ada kata terlambat untuk memperbaiki. Kondisi yang terjadi saat ini, Sektor UMKM khususnya pada perekonomian dipedesaan, belum memperlihatkan kondisi maksimal, namun menjadi sektor yang paling menunjukan kebertahanan dan menjaga kestabilan pada tatanan terkecil yakni masyarakat.
Kehadiran mahasiswa harus mampu menjadi jembatan penghubung antara masyarakat dengan pemerintah, antara masyarakat dengan jaringan serta relasi yang luas, mahasiswa juga lah yang menjadi fasilitator dalam meningkatkan pembangunan ekonomi nasional yang mandiri. Penguatan infrastruktur, pemberdayaan, peningkatan skill baik keterampilan dan teknologi, relasi dengan BUMN serta pendanaan, dan akses informasi pasar khususnya Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) diperlukan guna meningkatkan kemandirian ekonomi. Sehingga hal-hal tersebut harus dioptimalkan.
Natah Sami Pada; keseimbangan untuk Indonesiaku
Sebagaimana diketahui menjaga keseimbangan diperlukan untuk dapat berjalan pada jembatan yang rapuh sekalipun. Keseimbangan untuk Indonesia bergerak dari sektor terkecil yakni UMKM berhasil menyelamatkan rakyat pasca krisis moneter tahun 1998 yang kemudian bangkit tahun demi tahun hingga menunjukan hasil yang baik rentang tahun 2005 hingga 2019. Begitu pula dengan adanya pandemic covid-19 berimplikasi pada krisis ekonomi, justru menjadi tantangan bagi masyarakat Indonesia, mengeluh tidak aka nada gunanya. Bergerak dan memberikan semangat optimisme sebagai bentuk keteduhan pada bangsa yang sedang terpuruk ini.
Sebuah Konsep “Natah Sami Pada” dapat menjadi landasan pergerakan. Berbekal ketulusan hati untuk membantu dari sisi terkecil bangsa ini, Natah, adalah solusi keseimbangan. Natahdalam Bahasa Bali berarti Halaman Rumah. Rumah adalah tempat berteduh dari segala kondisi dunia, bahkan pada situasi tersulitpun banyak yang harus dirumahkan, banyak yang harus bekerja dari rumah, mengerjakan segalanya hanya dari rumah. Justru rumah adalah awal dari kebangkitan. Keadaan memang menekan, namun mengeluh, sekali lagi, bukan solusi. Kebutuhan pokok manusia seperti sandang, pangan dan papan. Yang paling mendesak dipenuhi adalah kebutuhan pangan.
Kemandirian pangan diciptakan di rumah. Menjadi petani untuk diri sendiri. Sayuran Hidroponik dapat menjadi sebuah solusi untuk memenuhi kebutuhan pokok kemudian bergerak selangkah lebih maju menanamkan jiwa wirausaha, sehingga akan memunculkan perputaran ekonomi setidaknya pada rumpun terdekat. Beranjak kemudian pada Negara ini, kebutuhan pangan akan beras dapat dipenuhi oleh sumber daya alam yang Indonesia telah miliki. Menjadi sebuah kolaborasi yang menyatu, jika Indonesia mampu merawat ‘Natah’nya sendiri.
Sami Pada dalam Bahasa Bali berarti semua sama, bermakna keseimbangan. Sebuah pola keseimbangan yang diciptakan sesuai situasi dan kondisi, yang saya percayai akan terus melahirkan ide-ide kreatif nan solusikatif dalam menghadapi berbagai permasalahan. Sebuah pola tanpa berlebihan, yang kita sebut dengan moderasi (porsi pas) akan menjadi langkah kecil namun berdampak kepada sekitar terutama masyarakat itu sendiri. meski porsi pas setiap individu berbeda-beda, namun manusia adalah makhluk sosial yang diciptakan untuk saling membantu dan melengkapi. Peran pemerintah dalam mendukung peningkatan skill / ketrampilan, infrastruktur, teknologi, juga akan menjadikan negara ini berjalan pada keseimbangan. Mahasiswa adalah motor penggeraknya, mahasiswa merawat nalar intelektualnya dalam satu payung kampus, dapat menggaungkan konsep sekaligus optimisme harapan, Natah Sami Pada, senantiasa memberikan dorongan untuk bergerak inovatif dalam menjaga keseimbangan. Langkah kecil untuk keseimbangan Indonesiaku.
Daftar Pustaka
1 https://www.kompas.com/skola/read/2020/02/07/060000069/syarat-berdirinya-negara-indonesia?page=all
2 https://www.cnnindonesia.com/ekonomi/20180502043045-532-294986/indonesia-jadi-pasien-malpraktik-imf
3 https://www.bmeb-bi.org/index.php/BEMP/article/view/183
4 https://newssetup.kontan.co.id/news/pendapatan-per-kapita-indonesia-turun-ini-kata-faisal-basri-1