KMHDI (Kesatuan Mahasiswa Hindu Dharma Indonesia) berkarya Indonesia Jaya, slogan ini diangkat dala thema besar Mahasabha X KMHDI yang digelar di Kota Kendari, Sulawesi Tenggara 25 – 28 Agustus 2016. Selain thema besar itu MEA (Masyarakat Ekonomi Asia)juga menjadi fokus dalam mahasabha kali ini. Lantaran meski MEA baru dimulai tahun ini namun dampaknya sudah dirasakan oleh masyarakat Indonesia. Mulai dari membanjirnya investasi, produk-produk impor dan dibidang jasa, tenaga kerja asing telah masuk dan tersebar hingga diplosok-plosok negeri. Sukses tidaknya MEA ditentukan oleh peranmahasiswa sebagai generasi. “Sukses tidaknya MEA serta apakah berjalan sesuai dengan cita-cita mulianya yakni membangun perekonomian global dengan empat pilarnya,”tegas Presidium Pusat KMHDI, Eka Saputra, ST dalam sambutannya dalam Pembukaan Mahasabha KMHDI X di Kendari, Sulawesi Tenggara, Kamis, (25/08/2016).

Menurut Eka, MEA adalah sebuah agenda integrasi ekonomi negara-negara ASEAN yang bertujuan untuk meminimalisasi hambatan didalam melakukan kegiatan ekonomi lintas kawasan, misalnya dalam perdagangan barang, jasa dan investasi. Pembentukan MEA itu sendiri menurutnya dilandaskan pada empat pilar. Pertama, menjadikan ASEAN sebagai pasar tunggal dan pusat produksi. Kedua, menjadi kawasan ekonomi yang kompetitif. Ketiga, menciptakan pertumbuhan ekonomi yang seimbang. “Dan pilar terakhir adalah integrasi ke ekonomi global,” tegasnya.
MEA memang sebuah kesepakatan yang mempunyai tujuan yang luar biasa namun beberapa pihak juga mengkhawatirkan kesepakatan ini. Arus bebas barang, jasa, investasi, modal dan tenaga kerja tersebut tak pelak menghadirkan kekhawatiran tersendiri bagi beberapa pihak. “Dalam hal ini pasar potensial domestik dan lapangan pekerjaan menjadi taruhan,” ucap Eka.Untuk sekedar menjadi bahan renungan, kata dia indek daya saing global Indonesia tahun 2013-2014 (rangking 38) yang jauh di bawah Singapura (2), Brunai Darussalam (26) dan satu peringkat di bawah Thailand (37). “Di sisi lain coba kita lihat populasi Indonesia yang hampir mencapai 40% populasi ASEAN. Sebuah pasar yang besar tapi tak didukung daya saing yang maksimal. Jangan sampai Indonesia mengulang dampak perdagangan bebas ASEAN China. Berharap peningkatan perekonomian malah kebanjiran produk China,” harap Eka.
Kebijakan pemerintah pada fokus pembangunan infrastruktur yang bertujuan untuk mengatasi ketimpangan sosial, mengenjot pertumbuhan ekonomi, membuka lapangan pekerjaan serta mengentaskan kemiskinan sangatlah baik.Namun itu semua menurutnya belumlah maksimal, karena lapangan pekerjaan yang dibuka justru sebagian besar di isi oleh tenaga kerja asing. Bukan saja pada bidang-bidang yang membutuhkan kealian khusu, bahkan pada buruh-buruh kasar.“Lalu timbul sebuah pertanyaan dalam benak kami, jika tenaga kerja asing masuk ke indonesia, kita harus kemana….? apakah menjadi TKI keluar negeri…? atau menjadi penonton di negeri sendiri…?,” ucapnya bertanya.
Melihat persoalan diatas dan untuk menjawab beberapa pertanyaan mendasar tersebut, makamenurutnya KMHDI dalam MAHASABHA X ini juga akan melaksanakan seminar nasional dengan tema “Peran Mahasiswa Dalam Menghadapi MEA” tema ini diangkat karena mahasiswa adalah generasi muda harapan. Diapun berharap kedepanya dengan motor pengerak yang baru, KMHDI dapat memberikan kontribusi yang lebih baik dalam mengimplemantasikan dharma agama dan dharma negara.“Pimpinan KMHDI kedepan kita harapkan mampu membawa KMHDI berbuat lebih banyak dalam memberikan kontribusi yang lebih baik kepada bangsa Indonesia mencapai tujuannya,” harap Eka mengakhiri sambutannya.
Hal yang sama diungkapkan Ketua FA (Forum Alumni) KMHDI, Udi Prayudi saat memberikan sambutan. Udi berharap diusia KMHDI yang menjelang 23 tahun pada 3 September mendatang lebih banyak yang bisa diperbuat dan disumbangkan untuk bangsa ini. “Usai KMHDI yang sudah mendekati 23 tahun sudah cukup dewasa dalam ikut andil dan bersama-sama dengan OKP yang lainnya unuk berbuat untuk bangsa ini,” harapnya. Dalam mahasabha kali ini dia juga berharap ada pergulatan ide untuk mencari formula yang tepat guna membangun bangsa Indonesia ditengah kondisi saat ini. “Jadikan Mahasabha ini sebagai ajang diskusi, pergulatan ide serta melahirkan pimpinan baru yang mampu membawa KMHDI kearah yang lebih baik,” pinta Udi. Hal senada diungkapkan Sekda Provinsi Sulawesi Tenggara, Lukman Abunawas. Dia beharap muncul konsep-konsep pembangunan yang kongkrit bertanggungjawab dan berkomitment serta searah dengan nawacita presiden Jokowi. “Mari kita berkomitment mendukung program-program pemerintah, karena mahasabha X KMHDI ini bagian dari revolusi mental,” ucapnya.
Dipihak lain, Staf Ahli Kemenpora, Faisal Abdulah mewakili Menpora mengapresiasi Mahasabha X yang digelar KMHDI di Kendari tersebut. Faisal berharap Mahasabha X dapat melahirkan pengurus baru yang lebih hebat dari sebelumnya. Diapun berjanji mensuport setiap kegiatan KMHDI. “Saya malu, dalam laporan panitia tadi, Kemenpora tidak diucapkan terima kasih, yang disebutkan hanya kementrian pariwisata, kementrian koperasi, rupanya kemenpora belum memberikan bantuan saya tidak tahu, nanti sepulang dari sini saya akan marahi staf saya sampai di Jakarta,” ucapnya membuat peserta mahasabha tertawa.
http://suaradewata.com/