Oleh : Pitriyou (PD KMHDI Bali)
Hari yang dinanti kini sudah hampir tiba! layaknya pemilu 2024. Kesatuan Mahasiswa Hindu Dharma Indonesia (KMHDI) juga sudah mulai merancang semua hal yang sekiranya dibutuhkan dalam acara pegelaran demokrasinya. Baik dari pembentukan Panitia Seleksi dan persiapan individu itu sendiri dalam mencalonkan dirinya untuk menjadi pemimpin baru di Cabang maupun di daerah melalui Sabha, Lokasabha maupun Mahasabha. Seperti partai politik yang sudah mengibarkan atributnya berupa bendera. Tidak mau kalah, KMHDI melalui ruang “Suara Kader” juga sudah mulai unjuk gigi seakan memberi sinyal bahwa pemimpin yang akan meneruskan KMHDI harus paham segala hal seperti yang dituliskan.

Seperti tulisan yang ramai menghiasi sosial media, ada yang mengatakan secara mendasar bahwa KMHDI harus menjalankan serta mengimplementasikan amanat yang tertuang dalam Asta Prasetya Brahmacarya yang wajib dibacakan dalam peresmian setiap anggota baru. Juga tidak kalah menarik, yaitu tulisan dua kader KMHDI yang saling berbalas, menjelaskan kondisi KMHDI dan serasa ingin menjawab kondisi tersebut dengan meletakkan KMHDI harus begini dan KMHDI jangan begitu.
Hal tersebut sangat kita amini, khususnya KMHDI di Bali. Kita sebagai organisasi yang memiliki perjalanan serta tahapan yang begitu jelas tentu mempunyai dasar-dasar yang jelas pula untuk melangkah. Melihat kondisi sekarang dan menghadapi kondisi yang mendatang kita ingin sosok yang seperti apa?
Paham Organisasi Melalui Pahamnya Kaderisasi!
”Kaderisasi adalah arwah dari organisasi, maka dari pada itu Kaderisasi harus tetap hidup untuk kemajuan organisasi”
KMHDI sudah memberikan ruang belajar untuk setiap kadernya, kita bisa melihat dari tahapan-tahapan kaderisasi sebagai alur pendidikan. Tentunya hal ini sangat terstruktur, dan tiap tahapnya memiliki tujuan yang jelas.
Masa Penerimaan Anggota Baru (MPAB) memiliki tujuan dan maksud yang jelas, yaitu mengenalkan diri kepada tiap Mahasiswa Hindu yang ada bahwa KMHDI itu ada dan merupakan wadah mahasiswa Hindu Nusantara.
Kemudian Kaderisasi Tahap 1 (KT1) ada juga memiliki maksud tersendiri, yaitu memperjelas bahwa KMHDI itu seperti apa. Dengan adanya KT1 ini memaksa kita sebagai kader untuk tidak sekadar mengenal tapi lebih jauh, yaitu Paham. KMHDI harus dipahami secara utuh melalu KT1 ini sehingga roh organisasi diketahui untuk apa KMHDI memiliki nafas dan mengapa KMHDI hidup.
Dengan demikian pengenalan dan pemahaman mengenai sebuah organisasi sudah disampaikan, maka langkah konkrit tentu dibutuhkan, yaitu bagaimana caranya menjalankan organisasi tersebut, bagaimana menjalankan KMHDI itu sendiri. Maka menjawab itu pelatihan dalam sebuah organisasi muncul, yaitu dengan Diklat Manajemen Organisasi (DMO) memberikan pelatihan-pelatihan konkrit. Dalam pendidikan kali ini kita dibekali sebuah pelatihan agar di lapangan kita mampu melakukan segala hal yang menjadi kebutuhan KMHDI seperti cara membentuk, menjaga yang sudah terbentuk, dan memperbaiki bentuk yang rusak. Dari Analisis SWOT sampai Mekanisme Komunikasi dan Manajemen Konflik-nya kita diajarkan.
Tiga tahapan di atas merupakan alur pendidikan yang terstruktur yang hendaknya dikuasai oleh setiap kader KMHDI. Jika hal ini sekiranya teman-teman kuasai, maka tidak ada keraguan bagi kita memilih untuk menjadi seorang pemimpin dan KMHDI tidak bingung pemimpin yang seperti apa yang akan kita butuhkan.
Pemimpin itu akan lahir dari orang yang paham Kaderisasi.