![]()
Jakarta, kmhdi.org – Sejarah Indonesia adalah cerita panjang yang penuh perjuangan, penindasan dan pembebasan. Sejak penjajahan hingga kemerdekaan beragam bentuk penindasan baik yang dilakukan bangsa pribumi pemangku jabatan yang tamak dan rakus sampai para kolonial yang dengan sistemnya memperbudak rakyat Indonesia. Sejarah leluhur memperjuangkan kebebasan dari penjajahan bangsa Belanda juga memiliki kaitan dengan gagasan – gagasan yang di kemukakan oleh Karl Max, terutama mengenai penindasan kelas dan pembebasan sosial. Rakyat Indonesia pada masa penjajahan Belanda tidak berbeda jauh dengan kondisi para budak. Mereka diperbudak dengan system ekonomi yang menindas, di mana hak-hak mereka sebagai manusia dirampas demi kepentingan kekuatan kolonial.
Pengaruh Karl Marx pada Pemikiran Sosial di Indonesia
Meskipun Karl Marx tidak pernah datang ke Indonesia, pemikiran – pemikirannya tentang perlawanan kelas dan penindasan oleh kaum borjuis (penguasa) sesuai dengan keadaan yang dialami oleh rakyat Indonesia pada masa penjajahan. Karl Marx menekankan membebaskan diri dari penindasan, kelas tertindas harus membangun kesadaran kolektif dan melakukan perlawanan terhadap system yang menindas mereka.
Awal abad ke – 20 pemimpin pergerakan kemerdekaan Indonesia mulai terinspirasi oleh gagasan – gagasan Karl Marx. Salah satu contoh yang paling jelas adalah lahirnya organisasi – organisasi pekerja buruh yang berjuang melawan eksploitasi ekonomi dan pemikiran tentang perjuangan kelas juga memberi pengaruh besar pada kelompok – kelompok kiri Indonesia yang mendukung perjuangan untuk keadilan sosial dan ekonomi rakyat Indonesia.
Perjuangan dari Penindasan dan Pembebasan
Perjuangan kemerdekaan Indonesia, yang dipimpin oleh tokoh – tokoh seperti Soekarno, Hatta dan Sutan Sjahrir merupakan wujud kesadaran kolektif yang berkembang di kalangan rakyat Indonesia untuk membebaskan diri dari system kolonial. Meskipun tidak semua pemimpin kemerdekaan mengadopsi ideologi Karl Marx secara langsung atau mengadopsi pemikiran Karl Marx secara menyeluruh, gagasan tentang kebebasan dan keadilan sosial yang dikemukakan Karl Marx sangat relevan dengan kondisi Indonesia saat itu.
Tan Malaka dan D.N. Aidit merupakan tokoh pergerakan yang juga terpengaruh pemikiran – pemikiran Karl Marx dan menganggap perjuangan kemerdekaan Indonesia tidak hanya melawan penjajahan, tetapi juga melawan system sosial ekonomi yang menindas. Penindasan adalah hasil dari structural sosial yang tidak adil dan pembebasan hanya bisa tercapai melalui perubahan fundamental dalam struktur tersebut.
Mewujudkan Keadilan Sosial Pasca Kemerdekaan
Setelah Indonesia Merdeka pada tahun 1945, perjuangan untuk keadilan sosial dan ekonomi tetap berlanjut. Konsep – konsep Karl Marx, seperti pentingnya redistribusi kekayaan dan control atas alat – alat produksi oleh rakyat, menjadi bahan perdebatan dalam proses oembangunan Indonesia yang baru Merdeka. Namun, perjuangan untuk kesejahteraan rakyat tak selalu mulus tetap dihantui dengan tantangan – tantangan besar dalam membangun ekonomi yang adil dan Sejahtera. Ketimpangan sosial dan Ekonomi tetap ada dan masih banyak kelompok yang merasa bahwa Indonesia belum Merdeka, kemerdekaan belum benar – benar memberikan kebebasan dan keadilan bagi seluruh rakyat Indonesia. Dalam hal ini pemikiran Karl Marx tentang ketidaksetaraan dan penindasan tetap relevan, karena banyak dari golongan – golongan Masyarakat yang berjuang untuk hak – hak buruh, petani dan kaum tertindas merasa bahwa mereka masih diperbudak dalam system ekonomi yang eksploitatif.
Pemikiran Karl Marx dan Kondisi Indonesia Saat Ini
Hampir delapan dekade Indonesia Merdeka namun kita masih melihat banyak ketidakadilan yang dihadapi Masyarakat kelas bawah (proletar) diantara lain ketidaksetaraan ekonomi yang sangat kontras, kemiskinan dan ketidakadilan sosial masih menjadi masalah yang besar. Sebagai bangsa yang telah Merdeka, kita harus melihat perjuangan leluhur kita yang terperangkap dalam system kolonial yang menindas. Dalam konteks ini, kita berasal dari leluhur yang di perbudak dan melalui perjuangan kolektif yang terinspirasi oleh gagasan pembebasan sosial.
Kita semua, sebagai bangsa Indonesia tidak hanya berasal dari tanah yang subur dan leluhur yang pernah dipaksa untuk mengorbankan kebebasan mereka di bawah penindasan kolonial.
“ Di zaman feodal, seorang yang mempunyai darah raja – raja, biarpun bodohnya seperti kerbau, boleh menaiki ainggasana dengan pertolongan pendeta dan bangsawan, menguasai Nasib berjuta – juta manusia “ – kutipan buku Aksi Massa karya Tan Malaka pada tahun 1926.
Dalam catatan Sejarah cara kolonialisme masuk ke Nusantara justru dengan berkawan dengan elit Kerajaan, maka feodalisme dipelihara dengan bentuk yang berbeda, pembedaan strata sosial klop dengan gagasan kolonialisme. Raja – raja dijadikan perantara penindasan rakyat jelata oleh kolonial. Raja – raja yang bersedia akan dimuliakan sembari terus di gerogoti kolonialisme. Sampai saat ini cara pandang feodal masih terbawa dalam politik Indonesia. Gelar kebangsawanan di ganti dengan jabatan politik dan gelar akademisi sehingga para pejabat dan tokoh politik masa kini mengejar gelar akademisi dengan menghalalkan segala cara.
Penulis : I Gusti Ayu Ira Apryanthi – Ketua Departemen Penelitian dan Pengembangan PP KMHDI
