Denpasar, kmhdi.org – Kisah inspiratif seorang kader Kesatuan Mahasiswa Hindu Dharma Indonesia (KMHDI) Denpasar dan Mahasiswa Universitas Hindu Negeri I Gusti Bagus Sugriwa Denpasar, orang itu adalah saya sendiri (Ongen Lehalima). Sesuai dengan tekad saya saat masih duduk dibangku SMK bahwa suatu kelak nanti saya bisa membantu anak-anak yang berasal dari keluarga kurang mampu, putus sekolah dan membutuhkan bantuan agar bisa melanjutkan sekolah dengan cara menjaling komunikasi dan jejaring dengan semua pihak. Untuk itulah ketika menginjakkan kaki di Bali saya terus berusaha mengali informasi tentang sekolah-sekolah dan Yayasan yang memiliki sekolah formal dan bisa membiayai siswa/i selama menempuh pendidikan baik jenjang SMP/SMA di Bali.
Hal ini, semakin menggugah hati ini ketika saya mendengar informasi dari ibunda kalau adik saya (Rudi lehalima) ingin sekolah di Bali atau Ambon alasannya karena sekolah di kampung terlalu banyak pengaruh lingkungan. Berikut percakapan saya dengan ibunda saya.
“Nak adikmu sudah SMP dia mau lanjut SMA di Bali atau Ambon, kalau tidak dia tidak mau lanjutkan sekolahnya.
Kemamuan Rudi untuk sekolah di luar jauh dari kampung halaman bukan tanpa alasan, mengingat beberapa temannya telah putus sekolah bahkan ada yang sudah menikah dini, hal inilah yang membuat dirinya ingin sekolah jauh. Akhirnya saya harus berpikir keras untuk membangun komunikasi dan mengali informasi tentang sekolah yang bisa membiayai sekolahnya di Bali.
Saya mulai bergerak untuk mencari informasi Pasraman di Bali salah satunya Pasraman Gurukula Bangli yang memiliki sekolah formal mulai dari Sekolah Dasar (SD) Sekolah Menengah (SMP) Sekolah Menengah Atas (SMA) yang bersedia membiayai anak-anak yang berasal dari keluarga kurang mampu dan anak-anak yang putus sekolah.
Tentu saja ini menjadi kabar gembira bagi ibunda saya yang tidak ingin anaknya putus sekolah karena terhalang biaya sekolah, setelah berdiskusi dengan pihak Pasraman terkait situasi dan kondisi sekolah serta persyaratan agar bisa diterima SMA Gurukula Bangli Bali.
Ketika mendengar informasi secara lengkap dari Kepala SMA dan Ketua Yayasan Gurukula Bangli, membuat diri ini semakin semangat dan senang akhirnya cita-cita dari sang adik untuk bersekolah di Bali tercapai. Tentu ini bukan sebuah kesuksesan ataupun keberhasilan melainkan sebagai perantara dan penyambung lidah dan tangan antara Yayasan Gurukula Bangli dengan Siswa/i dari Kabupaten Buru, Provinsi Maluku.
Setelah memastikan tempat tinggal dan sekolah yang nyaman, akhinya pada bulan Mei 2023 saya kembali ke Pulau Buru untuk menjemput anak-anak yang ingin bersekolah di Bali. Ketika tiba di Derlale di sambut gembira oleh ibunda dan sang adik (Rudi) tentu saja ini adalah angina segar bagi ibu. Bagaimana tidak, ibu saya telah berusaha semaksimal mungkin sekuat tenaga menjadi ibu dan ayah bagi saya dan adik-adik. Kami kehilangan sosok ayah sejak tahun 2012 saat itulah semua impian tentang masa depan akan terkubur. Namun berkat kerja keras sang ibunda menjadikan kami anak-anak yang masih punya harapan untuk sekolah dan memiliki masa depan, saat ayah meninggal saya masih duduk dibangku kelas VIII SMP membuat saya sempat pesimis tentang masa depan sekolah dan tidak terpikirkan untuk kuliah apalagi sampai ke Bali.
Semuanya tidak mudah dan tidak bisa diperikirakan berapa biaya yang harus dihabiskan untuk biaya sekolah hingga kuliah apalagi hanya seorang ibu yang bekerja rasanya tidak mungkin untuk semuanya tercapai. Namun, semuanya bisa terjadi begitu cepat meskipun banyak tantangan dan halangannya, dorongan yang kuat dari sang ibunda, akhinya saya bisa lulus sekolah dan melanjutkan kuliah di Bali. Disinilah kekuatan dan powert ibu untuk bekerja sudah berkurang karena usia sudah semakin menua, oleh karena itu, ibunda berharap agar adik saya (Rudi) kalau bisa lanjut sekolah di SMA/SMK terdekat.
Informasi yang saya sampaikan kepada ibu membuat ibunda saya akhirnya bisa tersenyum bahagia dan sedih, bahagia karena anak-anaknya bisa sekolah dan kuliah di Bali, sedih karena ditinggal pergi oleh anak-anaknya, meskipun demikian ibunda terus support dan bekerja keras untuk membiayai setiap jenjang pendidikan dengan harapan kami bisa mengapai cita-cita dan impian melalui pendidikan.
Tanpaknya kabar gembira ini juga menjadi angina segar kepada seluruh orang tua murid yang mengingnkan anaknya sekolah di Bali ataupun ditempat yang lainnya agar tidak berhenti dan/atau putus sekolah karena berbagai alasan dan faktor. Oleh karena itu, saat saya tiba di Kampung dan berkomunikasi untuk menyampaikan informasi kepada orangtua murid, mereka sangat mengapresiasi dan berharap agar kesempatan ini juga dapat dirasakan oleh semua anak-anak yang memang memiliki keinginan dan kegigihan untuk melanjutkan pendidikannya.
Kendatipun demikian, karena belum ada kesepatakan antara pihak Yayasan Pasraman Gurukula Bangli terkait biaya transportasi, maka siswa yang akan berangkat pada awal bulan Juni 2023 ditanggung penuh oleh orangtua murid salah satunya Rudi. Kemudian setelah ada kesepakatan dengan Yayasan Pasraman Gurukula Bangli untuk membiayai siswa/i asal Pulau Buru Maluku untuk sekolah di Bali. Tentu ini juga tidak terlepas dari kerjasama dengan beberapa pihak salah satunya Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Republik Indonesia, I Gusti Ayu Bintang Darmawati yang turut membantu dan memfasilitasi keberangkatan peserta didik dari Kampung halamannya menuju Bali.
Dari kisah singkat ini setidaknya dapat memberikan gambaran kepada KMHDI dan pemerintah bahwa masih banyak siswa/i yang tidak memiliki akses dan kesempatan untuk bersekolah bahkan ketika mereka sudah sekolah sekalipun harus kandas dan putus sekolah padahal pendidikan seyogyanya dapat dirasakan oleh semua anaka bangsa. Akses pendidikan dan informasi tentang pendidikan perlu disebarluaskan, disosialisasikan dan dilakukan secara holistik sehingga dapat menjangkau ke seluruh pelosok Tanah Air.
Dibeberapa Yayasan yang memiliki sekolah formal mungkin akan memberikan ruang dan kesempatan kepada semua putra putri bangsa yang berasal dari keluarga kurang mampu, anak yatim piatu dan anak terlantar untuk melanjutkan pendidikannya sayangnya informasi tersebut tidak akan sampai pada mereka yang membutuhkan sehingga pada akhirnya kita masih menemukan putra putri yang pendidikannya kandas dipertengahan karena faktor ekonomi, biaya pendidikan mahal dan masih banyak faktor lainnya.
Oleh sebab itulah, KMHDI dan pemerintah melalui Dinas pendidikan harus melakukan pendataaan dan survey terhadap kondisi pendidikan di Indonesia lebih khusus di daerah 3T (tertinggal, terdepan dan terluar) untuk memastikan putra putri generasi penerus bangsa agar mendapat perlakuan yang sama dalam menempuh pendidikan.
Penulis : Ongen Lehalima (Kader PC KMHDI Denpasar)