SEKRETARIAT PIMPINAN PUSAT KMHDI

Sekretariat Operasional (Surat Menyurat):
Jalan Kakatua Blok AA No. 14 Perumahan Cipinang Indah II, Kelurahan Pondok Bambu, Kecamatan Duren Sawit Jakarta Timur 13430
* Fax. : 021 – 86600779
Sekretariat Domisili :
Jalan Anggrek Nelly Murni Blok A No. 03, RT/RW 02/03 ,
Kelurahan Kemanggisan, Kecamatan Palmerah – Jakarta Barat 11480

Loading

Karangasem, kmhdi.org – Bali merupakan pulau yang terkenal dengan keindahan alam dan warisan budayanya. Meskipun Bali menjadi destinasi wisata yang mempesona bagi jutaan orang dari seluruh dunia, di balik kemegahannya, terdapat kenyataan kelam yang tidak bisa diabaikan dan mencemaskan yaitu peningkatan kasus bunuh diri di kalangan masyarakat.

Dilansir dari laman Instagram (@nusabali.com) Salah satu kejadian terbaru yang menjadi sorotan adalah insiden ulahpati yang terjadi di kawasan Tukad Bangkung, Badung pada awal bulan April tahun 2025, di mana ditemukan seorang perempuan yang berada dibawah Tukad bangkung dalam kondisi tidak bernyawa. Dalam postingan tersebut terdapat penuturan dari Gubernur Bali yaitu I Wayan Koster.

Fenomena belakangan di bali menjadi terlihat banyak karena terekspos media sosial. Pada dasarnya kasus bunuh dirii sudah ada sejak dulu dan bukan sesuatu yang baru, tentunya karena saat ini pemberitaan nya luas sehingga menjadi suatu problem yg kompleks.

Dengan adanya kejadian ini menambah daftar panjang kasus bunuh diri di Bali dan menyisakan banyak pertanyaan, terutama tentang apa yang salah di balik fenomena ini, dan siapa yang peduli dengan masalah yang semakin mendesak ini?

Lalu apa yang Salah dengan Meningkatnya Kasus Ulahpati di Bali?

Fenomena bunuh diri yang terus meningkat di Bali mencerminkan berbagai masalah sosial dan psikologis yang sering kali tak terlihat oleh mata masyarakat. Banyak kasus bunuh diri di Bali, termasuk yang terjadi di Tukad Bangkung, berakar dari perasaan kesepian, stres berat, dan ketidakmampuan dalam menghadapi masalah hidup. Dalam kasus tersebut, tekanan emosional dan mental yang dialaminya mungkin semakin diperburuk oleh stigma sosial dan kurangnya pemahaman tentang kesehatan mental.

Stigma terhadap kesehatan mental masih sangat kuat di Indonesia, termasuk di Bali. Banyak orang yang menderita gangguan mental merasa malu atau takut untuk mencari bantuan profesional karena dianggap lemah atau tidak mampu menghadapi hidup. Hal ini memperburuk kondisi mereka, yang pada akhirnya bisa berujung pada tindakan ekstrem seperti bunuh diri.

Lalu Siapa yang Peduli?

Pertanyaan besar yang muncul dari fenomena ini adalah: siapa yang peduli dengan mereka yang berjuang dengan masalah mental di Bali? Dalam banyak kasus, keluarga dan teman-teman mungkin tidak selalu menyadari atau tidak tahu bagaimana cara memberikan dukungan yang tepat. Terlebih lagi, kurangnya akses terhadap layanan psikologis atau konseling di daerah-daerah tertentu memperburuk keadaan. Banyak orang yang merasa bingung atau tidak tahu harus menghubungi siapa ketika mereka atau orang terdekat mereka mengalami masalah mental.

Beberapa lembaga sosial dan organisasi non-pemerintah telah berusaha memberikan solusi terhadap masalah ini dengan menyediakan layanan konseling dan edukasi tentang kesehatan mental. Namun, usaha ini masih terbatas dan belum merata di seluruh Bali. Dibutuhkan upaya yang lebih besar dan sistematis dari pemerintah dan masyarakat untuk memperkenalkan pentingnya kesehatan mental dan menghapus stigma terkait.
Lalu Apa yang bisa dilakukan oleh Keluarga, Masyarakat, dan Pemerintah?

Banyak hal yang dapat dilakukan untuk mengatasi meningkatnya angka bunuh diri di Bali yaitu adanya pendekatan secara holistik dan komprehensif. Pertama-tama, perlu ada perubahan besar dalam cara masyarakat memandang kesehatan mental. Pendidikan mengenai tanda-tanda gangguan mental dan cara-cara untuk mendapatkan bantuan harus dimulai sejak dini, baik di sekolah-sekolah maupun dalam kehidupan sehari-hari. Kampanye publik tentang pentingnya menjaga kesehatan mental, mengurangi stigma, dan mengedukasi masyarakat mengenai cara-cara mengatasi stres dan kecemasan sangatlah penting.

Pemerintah juga perlu meningkatkan ketersediaan layanan kesehatan mental yang terjangkau dan mudah diakses oleh masyarakat Bali, terutama bagi mereka yang tinggal di daerah-daerah yang lebih terpencil. Penyuluhan kepada tenaga medis dan pekerja sosial tentang bagaimana mendeteksi gangguan mental dan memberikan dukungan yang tepat juga sangat penting.

Dari berbagai kasus bunuh diri di Bali dapat disimpulkan yaitu bunuh diri yang terjadi merupakan cermin dari sebuah masalah yang lebih besar di Bali. Meskipun Bali dikenal dengan pesona alam dan pariwisatanya, banyak warga lokal yang terperangkap dalam perasaan kesepian dan tekanan emosional yang tak terungkapkan. Bunuh diri adalah hasil akhir dari perjuangan panjang yang sering kali tidak terlihat oleh orang lain.

Perubahan besar diperlukan, mulai dari penghapusan stigma terhadap masalah kesehatan mental hingga peningkatan layanan psikologis yang lebih mudah diakses. Kita semua (pemerintah, keluarga, teman-teman, dan masyarakat) memiliki peran untuk memastikan bahwa tidak ada lagi nyawa yang hilang sia-sia akibat kesepian dan ketidakmampuan untuk menghadapi masalah hidup. Hanya dengan perhatian dan aksi yang lebih besar, kita bisa mencegah lebih banyak tragedi serupa terjadi di masa depan.

Harapannya dengan adanya tulisan ini dapat memberikan wawasan mengenai pentingnya perhatian terhadap masalah kesehatan mental di Bali dan perlunya kesadaran kolektif dalam menangani fenomena bunuh diri yang semakin meningkat.

Penulis : Ni Nengah Dwiantari (Kabid Organisasi PC KMHDI Karangasem)

Share:

administrator