Jakarta, kmhdi.org – Film Komang adalah sebuah karya fenomenal yang patut diapresiasi. Ia berhasil menggugah emosi, membangkitkan simpati, dan menghadirkan realitas yang begitu dekat dengan kehidupan. Karya ini memiliki kekuatan naratif yang kuat dan menyimpan banyak pelajaran yang bisa dipetik. Namun, di tengah kekuatan ceritanya, ada satu hal yang perlu dikritisi secara mendalam—yakni ketika sebagian generasi muda Hindu mulai mengidealkan karakter Komang sebagai sosok yang layak ditiru, tanpa menyaring nilai-nilai yang dikorbankan di dalamnya.
Sangat disayangkan, ketika muncul tren “pengen jadi seperti Komang,” namun yang terserap bukan keteguhan hatinya, melainkan keberaniannya meninggalkan keyakinan Dharma demi cinta. Jika ini dibiarkan, maka kita akan menyaksikan generasi muda Hindu yang tidak hanya FOMO terhadap tren budaya populer, tapi juga FOMO untuk meninggalkan spiritualitasnya sendiri.
Padahal, menjadi seperti Komang seharusnya memantik perenungan, bukan pengidolaan. Komang adalah gambaran dari bagaimana seorang wanita Hindu bisa kehilangan arah dalam badai emosi dan konflik batin. Ia adalah refleksi dari kegagalan menjaga Panca Sradha—lima dasar keyakinan umat Hindu. Maka dari itu, penting bagi kita untuk tidak terbawa arus, tapi justru menempatkan film ini sebagai bahan evaluasi: apakah kita sedang kuat memegang Dharma, atau justru sedang rapuh dan terbawa arus duniawi?
Jika memang keinginan menjadi seperti Komang adalah untuk “diratukan,” maka pertanyaannya adalah: sudahkah kau pantas menjadi ratu?
Pertanyaan ini memang terdengar pedas, namun perlu direnungi dengan jujur. Menjadi seorang wanita Hindu yang pantas diratukan bukan hanya soal dicintai, dipuja, atau diperjuangkan. Tapi sejauh mana kamu sebagai perempuan Hindu:
- Memperkuat intelektualitas dan kedewasaan emosionalmu
- Menyayangi dirimu dan pasanganmu secara utuh
- Peduli terhadap sesama dan lingkungan sekitarmu
- Dan yang paling utama, sejauh mana kamu mengimplementasikan ajaran Dharma dalam hidupmu sehari-hari
Sebaliknya, bagi para pria Hindu, ingatlah bahwa perempuan memang layak diperlakukan sebagai ratu. Maka tugas kita sebagai pria bukan hanya mencintai mereka, tetapi juga menjadi pribadi yang bertanggung jawab—giat bekerja, menjaga tutur kata, dan yang terpenting, menjadi pemimpin dalam kebaikan. Jangan berlaku kasar, jangan menjadi beban. Ajarkan pesan-pesan kebajikan, tuntun pasanganmu menuju kebijaksanaan, bukan sebaliknya.
Kita butuh generasi muda Hindu yang kuat, yang tak mudah tergoda oleh kisah cinta yang mengharukan tapi kehilangan nilai-nilai suci. Jadikan Komang sebagai pengingat, bukan panutan. Sebab dalam dunia yang penuh godaan ini, mempertahankan Dharma adalah bentuk cinta tertinggi—bukan hanya untuk Tuhan, tapi juga untuk diri kita sendiri dan mereka yang kita cintai.
Penulis : Wayan Ardi Adnyana (Ketua Departemen Sosial Kemasyarakatan PP KMHDI)