SEKRETARIAT PIMPINAN PUSAT KMHDI

Sekretariat Operasional (Surat Menyurat):
Jalan Kakatua Blok AA No. 14 Perumahan Cipinang Indah II, Kelurahan Pondok Bambu, Kecamatan Duren Sawit Jakarta Timur 13430
* Fax. : 021 – 86600779
Sekretariat Domisili :
Jalan Anggrek Nelly Murni Blok A No. 03, RT/RW 02/03 ,
Kelurahan Kemanggisan, Kecamatan Palmerah – Jakarta Barat 11480

Loading

GENERASI HINDU MENYONGSONG INDONESIA EMAS 2045 DALAM POLITIK DEMOKRASI NKRI: AKTOR ATAU PENONTON?

Oleh: Yoga Wiyana

Sejarah perkembangan agama Hindu yang masuk ke Indonesia telah mengakhiri masa prasejarah dan memulai kehidupan dengan masa sejarah yang memberikan warna pada perjalanan peradaban di negeri ini. Dahulu sebelum republik ini terbentuk, sudah pernah berdiri kerajaan-kerajaan Hindu yang berjaya dan menguasai hampir seluruh wilayah republik Indonesia saat ini, seperti kerajaan Majapahit. Pengaruh agama Hindu pada masa kejayaan kerajaan Hindu tidak saja terbatas pada sistem pemerintahan saja, melainkan juga melingkupi seluruh bidang kehidupan, misalnya pengaruh terhadap agama, budaya, politik, pendidikan, ekonomi, sosial dan lain sebagainya.

Seiring perjalanan waktu, terjadi perubahan di negeri ini yang mengakibatkan agama Hindu menjadi agama yang dulunya menguasai berbagai bidang kehidupan menjadi bagian minoritas di masyarakat. Walau demikian, peradaban Indonesia sampai saat ini tidak bisa dilepaskan dari pengaruh ajaran agama Hindu, bahkan beberapa simbol dan bahasa dalam agama Hindu masih eksis digunakan sampai saat ini. Hal tersebut terlihat dari digunakannya semboyan dan dasar negara  Indonesia yang berasal dari bahasa Sanskerta serta instansi-instansi pemerintah, rumah sakit, lembaga pendidikan, yayasan, TNI, Polisi, sangar, organisasi, bahkan dipakai untuk memberi nama orang, yang pada hakikatnya bahwa bahasa Sanskerta adalah bahasa yang digunakan dalam kitab suci agama Hindu. Oleh karena itu, kita sebagai generasi Hindu tidak boleh minder dan merasa kecil hati, namun juga sepatutya berbangga dengan peradaban agama Hindu di Indonesia serta mengimplementasikan ajarannya.

Generasi Hindu juga tidak boleh terlalu jumawa dan larut dalam peradaban masa lalu. Melainkan generasi saat ini sepatutnya memikirkan strategi bagaimana caranya supaya dapat mengulang kembali masa kejayaan tersebut pada masa depan yang memiliki tantangan dan dinamika kehidupan yang makin kompleks. Saat ini, dalam rangka menyongsong 100 tahun kemerdekaan Indonesia, pemerintah sedang menggagas visi Indonesia emas pada tahun 2045 dan untuk mempercepat terwujudnya visi Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagaimana dikutip dalam Peta Jalan Generasi Emas Indonesia 2045, Presiden Joko Widodo menggagas “Impian Indonesia 2015-2085”, yaitu sebagai berikut:

(1) Sumber daya manusia Indonesia yang kecerdasannya mengungguli bangsa-bangsa lain di dunia; (2) Masyarakat Indonesia yang menjunjung tinggi pluralisme, berbudaya, religius dan menjunjung tinggi nilai-nilai etika; (3) Indonesia menjadi pusat pendidikan, teknologi, dan peradaban dunia; (4) Masyarakat dan aparat Pemerintah yang bebas dari perilaku korupsi; (5) Terbangunnya infrastruktur yang merata di seluruh Indonesia; (6) Indonesia menjadi negara yang mandiri dan negara yang paling berpengaruh di Asia Pasifik; dan (7) Indonesia menjadi barometer pertumbuhan ekonomi dunia. Dalam mewujudkan impian tersebut disusun Visi Indonesia Tahun 2045 dengan 4 (empat) pilar, yaitu: (1) Pembangunan manusia serta penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi, (2) Pembangunan ekonomi berkelanjutan, (3) Pemerataan pembangunan, serta (4) Pemantapan ketahanan nasional dan tata kelola kepemerintahan (Kemendikbud, 2017).

Hal senada juga dinyatakan oleh Menkopolhukam RI yaitu Prof Dr. H. M. Mahfud MD yang dikutip dari www.medcom.id, mengatakan bahwa cita-cita Indonesia menjadi bangsa yang maju, adil, dan beradab dalam rangka menyongsong Indonesia Emas pada tahun 2045 akan terwujud jika memenuhi sejumlah syarat. Syarat tersebut antara lain jika ideologi bangsanya kokoh, ekonominya baik, hukum dan keadilan ditegakkan, politik yang demokratis, budaya gotong royong, serta mengedepankan persaudaraan (https://nusantara.medcom.id/jawa-timur/peristiwa-jatim/3NOB22XK-2045-indonesia-menyongsong-masa-emas).

Persyaratan dalam rangka menyongsong Indonesia Emas di tahun 2045 di era saat ini dapat dibilang kontras dengan implementasi di lapangan. Salah satu persoalan yang menghambat kemajuan Indonesia, berkaca dari peristiwa yang sering terjadi adalah mengenai bidang politik dan pemerintahan. Hal ini terlihat dari tingginya praktik KKN (korupsi, kolusi, dan nepotisme), Kecurangan dalam sistem demokrasi, hegemoni politik dan sosial, dan berbagai ketidakadilan sosial lainya yang menjadi permasalahan dalam demokrasi politik di negeri ini, Akibatnya, negara dan masyarakat yang dirugikan serta pembangunan nasional tidak berjalan secara optimal.

Masyarakat di Indonesia dihadapkan dengan banyaknya dampak yang dihasilkan oleh kehidupan politik demokrasi. Bukan hanya terbatas pada persoalan kebijakan pemerintah, masyarakat dan segenap elemennya harus menerima kenyataan dan menelan pil pahit perilaku para politikus yang masih senang melakukan hal yang mencederai marwah demokrasi di Indonesia ini. Bagi kita para generasi muda Hindu, perilaku yang mencerminkan kemerosotan moral politik di Indonesia ini juga berdampak secara langsung terhadap kehidupan kita. Lantas, bagaimana yang bisa kita lakukan? Apakah berdiam diri di rumah saja menjadi penonton dalam menyikapi hal ini?

PEMBAHASAN

Ajaran politik dalam agama Hindu sesungguhnya bukanlah hal yang baru, melainkan sudah diajarkan dalam beberapa teks kitab suci bahkan dalam beberapa peradaban di dunia, ajaran yang membahas mengenai sistem politik, pemerintahan, tata negara, etika dan moral politik maupun filosofi ajaran politik Hindu dapat diimplementasikan pada masyarakat, salah satunya di Indonesia yaitu pada masa kerajaan Hindu mencapai kejayaannya.  Ajaran agama Hindu yang tidak anti politik terlihat dari beberapa teks kitab suci yang ajaran didalamnya mengajarkan mengenai kehidupan politik seperti Itihasa, Dhanurveda, Manawadharma Sastra, Niti Sastra, Artha Sastra dan yang lainnya serta beberapa tokoh spiritual Hindu yang terjun di dunia politik  seperti Maha Rsi Cāṇakya dan Mahatma Gandhi. Secara garis besar ajaran politik dalam teks kitab suci agama Hindu membahas mengenai etika, moral politik, kepemimpinan, tata negara, kewajiban raja atau pemimpin dan warga negara, serta cara untuk mencapai kesejahteraan dalam kehidupan bernegara.

Menurut I Gede Suwantana, teks-teks Hindu Nusantara juga tidak tabu dengan hal-hal yang berbau politik seperti yang tertuang dalam ajaran  Nawa Natya, Asta Brata, Sad Warnaning Rajaniti, Sad Upaya Guna, Pañca Upaya Sandi, Pañca Dasa Paramiteng Prabhu,  Pañca Satya, Catur Kotamaning Nrpati, serta Tri Upaya Sandi yang bersumber dari naskah kuna berbahasa Jawa Kuna dan Sanskerta (Suwantana, 2019).  Selain ajaran dalam teks suci yang telah diuraikan di atas, terdapat istilah yang merujuk terhadap keberadaan politik dalam ajaran agama Hindu yakni dengan istilah Dharma Negara dan Guru Wisesa yang memiliki konotasi sebagai kewajiban seorang warga terhadap negaranya serta kewajiban menghormati pemerintah sebagai pemimpin bangsa. Oleh sebab itu, sudah sepatutnya sebagai generasi Hindu dengan berbagai ajaran politiknya, ikut aktif berpartisipasi dalam kehidupan politik demokrasi di negeri ini, karena generasi saat ini, khususnya generasi muda terdapat kecenderungan bersifat pasif dan apatis terhadap dunia politik.

Kecenderungan sifat apatis dalam kehidupan politik pada generasi saat ini senada dengan survei yang dilakukan oleh Jeune & Raccord (J&R) terhadap tingkat golput milenial pada pemilu tahun 2019 yang dimuat dalam www.voaindonesia.com, hasil survei tersebut menyebutkan bahwa potensi golput atau tidak memilih di kalangan milenial pada pemilu presiden 2019 mencapai lebih dari 40%. Survei itu melibatkan 1.200 responden di seluruh provinsi Indonesia pada tanggal 10 sampai 16 Maret 2019 dengan margin of error kurang lebih 2,8%. CEO Jeune & Raccord, Monica JR mengatakan, tingginya angka golput tersebut disebabkan oleh keapatisan generasi milenial terhadap politik dan kurangnya informasi waktu pencoblosan pilpres, dengan persentase masing-masing 65,4% dan 25,3%. Oleh karena itu, menurut Monica, perlu gerakan nasional untuk mengurangi potensi golput dan apatisme politik di kalangan milenial (https://www.voaindonesia.com/a/potensi-golput-milenial-capai-40-persen/4861708.html).

Dikutip dari hasil survei BPS tahun 2020, dari keseluruhan jumlah penduduk di Indonesia sebanyak 27,94% atau 270,20 juta jiwa merupakan bagian dari Gen-Z.  Sebanyak 25,87% diantaranya adalah generasi Milenial dan 21,88% Gen-X (Badan Pusat Statistik, 2020). Jumlah sebaran penduduk ini diperkirakan akan  terus bertambah sejalan dengan puncak bonus demografi pada tahun 2025-2035, Dengan bertambahnya jumlah penduduk yang makin besar maka generasi muda sebagai generasi penerus bangsa akan menjadi penentu dalam kehidupan politik. Dalam menyongsong generasi emas pada tahun 2045, bonus demografi sepatutnya diantisipasi dan dipersiapkan dengan baik. Faktor yang penting dan sangat menentukan salah satunya adalah dalam kehidupan politik dan pemerintahan. Politik memang bukanlah persoalan yang mudah, politik dalam implementasinya saat ini banyak kepentingan dan ambisi individu didalamnya, apabila generasi muda khususnya generasi Hindu saat ini apatis terhadap dunia politik, lantas, nanti apakah kita hanya menjadi penonton pertunjukan politik yang semacam itu?

Maka dari itu hemat penulis, generasi muda khususnya generasi Hindu harus bersinergi untuk mewujudkan generasi emas pada tahun 2045 bersamaan dengan kemerdekaan Indonesia ke-100 tahun. Generasi Hindu harus mampu berperan secara aktif  sebagai bentuk kewajiban dalam konsep Dharma Negara untuk memperjuangkan hak kewarganegaraannya serta mengkritisi kebijakan politik pemerintah yang tidak selaras dengan kaidah hukum dan HAM. Generasi Hindu pada momen menyongsong Indonesia emas pada tahun 2045 harus ikut berpartisipasi aktif sebagai agent of change dalam kehidupan politik, kemasyarakatan, dan kebangsaan dengan bentuk kerja nyata serta mengimplementasikan ajaran agama Hindu mengenai politik dan kenegaraan yang luhur.

Generasi Hindu dengan berpatokan pada ajaran politik Hindu harus menjunjung tinggi nilai kemanusiaan dan keadilan dalam kehidupan masyarakat atau dalam menghadapi persoalan kehidupan bermasyarakat. Karenanya ajaran agama Hindu yang luhur harus terus diupayakan oleh semua pihak. Generasi muda adalah kuncinya, sebagai generasi penerus bangsa mereka adalah agent of change, pelaku perubahan agar menghasilkan manusia Indonesia yang religius, nasionalis, cerdas, produktif, andal dan komprehensif melalui partisipasi aktif terhadap kehidupan politik dan kenegaraannya, sehingga terwujud generasi emas tahun pada tahun 2045.

PENUTUP

Generasi muda yang cenderung apatis terhadap dunia politik dan diiringi dengan timbulnya berbagai permasalahan politik dan pemerintahan baik yang terjadi di dunia nyata maupun di media sosial yang bersifat korupsi, kolusi dan nepotisme serta mementingkan ambisi kekuasaan saja menambah residu yang membekas lama dalam ingatan banyak generasi muda, termasuk generasi Hindu. Sebagai generasi Hindu, momen menyongsong Indonesia emas pada tahun 2045 ini mengundang kita untuk menyatakan jati diri kita. Kita diundang untuk tidak lantas apatis, berpasrah, dan hanya mengeluh dalam menghadapi persoalan politik demokrasi di negeri ini. Tindakan-tindakan nyata kita yang mencerminkan roh dari ajaran politik Hindu, kiranya dapat kita aplikasikan dalam kehidupan nyata. Ajaran Hindu tidak membatasi ruang antara kehidupan agama dengan politik, namun keduanya saling melengkapi, tanpa politik, ajaran agama tidak dapat dilaksanakan dengan sebaik-baiknya, sebaliknya, tanpa agama, politik rentan mengalami penyelewengan dan menjauhkan dari tujuannya. Peran aktif dalam dunia politik inilah yang menjadi bukti Dharma Negara kita semua sebagai warga negara Indonesia yang tentu tidak diam atas berbagai persoalan mengenai politik demokrasi, melainkan memilih menggunakan kesempatan besar yang tersedia ini untuk menyatakan jati diri kita sebagai warga negara yang religius, nasionalis, cerdas, produktif, andal dan komprehensif. Semoga kedepan demikian dengan kita!

DAFTAR PUSTAKA

Badan Pusat Statistik. (2020). Statistik Pemuda Indonesia 2020. Retrieved from https://www.bps.go.id.

Kemendikbud. (2017). Peta Jalan Generasi Emas Indonesia 2045. Kementerian Pendidikan Dan Kebudayaan Republik Indonesia, 1–30. Retrieved from https://paska.kemdikbud.go.id/wp-content/uploads/2018/08/170822-V.2-Generasi-Emas-2045-.pdf.

Suwantana, I. G. (2019). Politik Hindu, Antara Natural dan Moral. Denpsar: IHDN Press.

https://nusantara.medcom.id/jawa-timur/peristiwa-jatim/3NOB22XK-2045-indonesia-menyongsong-masa-emas (diakses pada tanggal 24 Agustus 2021).

https://www.voaindonesia.com/a/potensi-golput-milenial-capai-40-persen/4861708.html (diakses pada tanggal 24 Agustus 2021).

Share:

administrator