Denpasar, kmhdi.org – Dalam tradisi Hindu, masa brahmacari adalah periode kehidupan yang didedikasikan untuk pendidikan, disiplin, dan pembentukan karakter. Selama tahap ini, individu diharapkan untuk memfokuskan diri pada tugas dan kewajiban mereka sebagai siswa, mengembangkan diri dengan panduan ajaran-ajaran suci. Namun, di tengah tuntutan untuk menjalankan dharma dengan tekun, muncul pertanyaan mengenai bagaimana berpacaran ditempatkan dalam konteks ini. Apakah berpacaran dianggap sebagai gangguan yang dapat menghambat fokus pada pendidikan, atau dapatkah hubungan tersebut dijalani dengan cara yang mendukung pertumbuhan pribadi tanpa melewati batas-batas yang ditentukan? Artikel ini akan mengeksplorasi perspektif dalam ajaran Hindu tentang berpacaran selama masa brahmacari, dan bagaimana hal tersebut seharusnya dijalankan dengan bijak. Dalam Bhagavad Gita 3.35 menyatakan :
śreyān sva-dharmo viguṇaḥ
para-dharmāt sv-anuṣṭhitāt
sva-dharme nidhanaṁ śreyaḥ
para-dharmo bhayāvahaḥ
Artinya : “Lebih baik melaksanakan tugas kewajiban sendiri dengan tidak sempurna daripada melaksanakan tugas kewajiban orang lain dengan sempurna. Lebih baik mati dalam menjalankan kewajiban sendiri ketimbang terlibat dalam tugas lain, sebab mengikuti jalan orang lain itu berbahaya”.
Sloka dari Bhagavad Gita ini memiliki relevansi yang signifikan dalam konteks masa brahmacari dalam agama Hindu, tahap kehidupan pertama dalam sistem ashrama yang menekankan pendidikan, disiplin, dan pengembangan diri sambil tinggal dengan guru di guru-kula. Dalam masa brahmacari, individu belajar untuk memahami dan melaksanakan dharma atau tugas dan kewajiban mereka. Sloka ini menegaskan pentingnya fokus pada dharma pribadi, yaitu tugas sebagai siswa, dan menjalankannya dengan sebaik-baiknya meskipun mungkin ada kesulitan atau ketidaksempurnaan. Brahmacari dituntut untuk mematuhi aturan dan disiplin ketat dalam hidup mereka.
Sloka ini mendorong mereka untuk tetap teguh pada jalur mereka sendiri dan tidak tergoda untuk mengambil jalan yang mungkin tampak lebih mudah atau lebih menguntungkan tetapi tidak sesuai dengan dharma mereka. Masa brahmacari adalah waktu untuk mengembangkan identitas dan pemahaman diri. Sloka ini mengingatkan bahwa mengikuti jalan orang lain atau mencoba meniru tugas orang lain dapat berbahaya dan tidak sesuai dengan perkembangan diri yang sejati. Brahmacari juga belajar dari guru mereka dan mengikuti ajaran yang diberikan. Sloka ini mendukung pentingnya setia pada ajaran dan bimbingan guru mereka, yang merupakan bagian integral dari dharma mereka selama masa pendidikan.
Sejauh ini tidak ada sloka yang secara gamblang menyatakan larangan untuk berpacaran dalam agama hindu namun dalam konteks ini, hendaknya perlu pertimbangan apabila memutuskan untuk berpacaran selama masa brahmacari, sebab hal ini dapat mengalihkan fokus dari tugas dan kewajiban pribadi serta menimbulkan distraksi yang menghambat perkembangan karakter dan disiplin. Dengan demikian, sloka ini memberikan arahan moral dan spiritual yang kuat bagi individu dalam masa brahmacari untuk fokus pada perkembangan diri melalui pelaksanaan tugas dan kewajiban pribadi mereka, serta menjaga disiplin dan kesetiaan pada jalan yang telah ditetapkan bagi mereka, termasuk menjauhi kegiatan yang dapat mengganggu fokus seperti berpacaran.
Dalam agama Hindu, berpacaran tidak dilarang. Perlu diingat agar hubungan tersebut tidak melewati batas. Berpacaran diperbolehkan selama digunakan sebagai sarana untuk menjalin hubungan yang lebih dekat dengan lawan jenis, bertukar pikiran, berbagi pengalaman, dan mengembangkan karakter untuk tumbuh bersama ke arah yang lebih baik. Hubungan ini seharusnya mendukung dan memotivasi, serta melibatkan hal-hal positif lainnya. Selama berpacaran itu tidak mengganggu fokus pada tugas dan kewajiban yang harus diselesaikan selama masa brahmacari, seharusnya itu tidak menjadi masalah. Hal ini kembali pada individu masing-masing: apakah mereka memiliki keteguhan hati untuk tetap fokus pada kewajiban dan tugas mereka dalam menuntut ilmu dan apakah mereka mampu untuk tidak terdistraksi? Mengingat bahwa berpacaran dalam konteks ini tentunya melibatkan banyak emosi dan perasaan, diperlukan sikap dewasa dan bijak dalam mengelola perasaan tersebut. Jika seseorang merasa belum memiliki keteguhan hati dan kemampuan yang baik dalam mengelola perasaan, maka sebaiknya menunda berpacaran selama masa brahmacari, kemudian nanti setelah masa menuntut ilmu telah selesai, seorang individu disarankan untuk menjajaki fase hidup selanjutnya yakni Grhasta atau masa berumah tangga.
Ditulis oleh : Dewa Ayu Pramita Widya Cahyaningrum (PC KMHDI Denpasar)